Alasan Biden Sebut Tetangga RI Negara 'Kanibal' sampai PM Tak Terima
Presiden Amerika Serikat Joe Biden menjadi sorotan usai diduga menyebut Papua Nugini sebagai "negara kanibal".
Sebutan yang tampak seperti hinaan itu diutarakan Biden saat menceritakan kisah pamannya yang merupakan mantan militer AS dan pernah diterjunkan ke Papua Nugini saat Perang Dunia II.
"Dia menerbangkan pesawat bermesin tunggal, penerbangan pengintaian di atas Papua Nugini. Dia mengajukan diri karena tidak ada yang bisa datang. Dia ditembak jatuh di daerah di mana terdapat banyak kanibal di Papua Nugini pada saat itu," ungkap Biden seperti dikutip Reuters, Selasa (23/4).
Biden mengungkapkan cerita pamannya itu seusai mengunjungi tugu peringatan yang berada di Pennsylvania, AS, pada Rabu (17/4).
Pamannya yang kerap disebut Biden sebagai "Uncle Bosie" merupakan seorang Letnan dua bernama Ambrose Finnegan. Dia bertugas di wilayah Asia-Pasifik saat PD II berlangsung.
"Mereka tidak pernah menemukan jenazahnya. Tapi pemerintah kembali, ketika saya pergi ke sana, dan mereka memeriksa dan menemukan beberapa bagian pesawat dan sejenisnya," ujar Biden.
Mendengar hal itu, Perdana Menteri Papua Nugini James Marape marah dan tak terima lantaran negaranya dicap sebagai 'kanibal'.
Marape menyebut Biden menyiratkan pesan dari cerita paman nya yang dimakan oleh sosok kanibal, usai pesawatnya ditembak jatuh di PNG selama Perang Dunia II.
"Pernyataan Presiden Biden mungkin salah bicara; namun, negara saya tidak pantas diberi label seperti itu," ungkap PM Marape yang dilansir Reuters.
Tanggapan AS atas PM Marape
Pernyataan Biden menuai kontroversi dan polemik karena hubungan antara PNG dan AS sebelumnya berjalan dengan mulus.
Namun, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS mengklaim bahwa Biden hanya bermaksud untuk menceritakan kisah seorang pahlawan sebagai bentuk penghargaan.
Ia juga menambahkan bahwa AS menghormati budaya yang ada di PNG.
"Kami menghormati masyarakat dan budaya Papua Nugini dan tetap berkomitmen untuk memajukan hubungan saling menghormati di antara negara-negara demokrasi kita," ungkap seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri AS.
AS telah menjalin hubungan lama dengan PNG sebagai perpanjangan tangan pengaruh politiknya di kawasan Indo-Pasifik. Berbagai perjanjian kerja sama di bidang pertahanan pun telah mereka sepakati.
Namun, Washington hingga kini masih belum memberi tanggapan lebih lanjut terkait respon dari PM PNG tersebut.
(val/rds)
[Gambas:Video CNN]
Terkini Lainnya
-
Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Penjara Kasus Dana PEN
-
BNPB: 6.125 Warga Masih Mengungsi Imbas Erupsi Gunung Ruang
-
Waketum Sebut Pengurus PAN Se-Indonesia Mau Zulhas Ketua Umum Lagi
-
Pasukan Junta Myanmar Keok ke Milisi Bersenjata, 70 Senjata Disita
-
Panas Ekstrem 41 Derajat Celsius di Thailand, Total 30 Orang Tewas
-
Hamas Bersedia Gencatan Senjata dengan Israel 5 Tahun, Apa Syaratnya?
-
FOTO: Bermimpi Jalur MRT Lanjut Sampai Tangsel
-
Kemendag Bakal Bayar Utang Minyak Goreng Rp484 M ke Peritel Pada Mei
-
Pentingkah Perjanjian Pranikah Pisah Harta Seperti Dibuat Sandra Dewi?
-
Kapten Malaysia U-23 Dihujat karena Curhat Dirujak Netizen
-
Hasil PLN Mobile Proliga: Lavani Allo Bank Hajar Garuda Jaya
-
Erick Thohir Temui STY, Tak Cuma Bahas Kontrak Baru
-
BMKG Ingatkan Bahaya Sesar Lembang, Rumah-Rumah Bisa Rata dengan Tanah
-
VIDEO: 'Iseng' ala China, Nyoba Piara Ikan di Luar Angkasa
-
Bos XL Axiata Soal Wacana Merger dengan Smartfren: Belum Ada Hilal
-
Kumpulan Aksi Koboi Sopir Arogan Fortuner dan Pajero Sport
-
Mobil Listrik Toyota bZ3C dan bZ3X Meluncur di Beijing
-
Kecepatan Rata-rata Kendaraan di Jalan Tol Saat Mudik Naik 68 Kpj
-
Jubir Bantah Melinda Gates Tunangan dengan Eks Reporter: Sudah Putus
-
Dituding HYBE dalam Pengaruh Dukun, Min Hee-jin Buka Suara
-
Review The Tortured Poets Department: Manuskrip Kegetiran Taylor Swift
-
FOTO: Warna-warni Tulip Bermekaran di Lisse Belanda
-
FOTO: Ramai-ramai Belajar Ternak Lebah di Taiwan
-
Ci(n)ta Rasa William Wongso