Studi Bongkar Sisi Gelap Starlink yang Bakal Masuk RI
Starlink, layanan internet berbasis satelit milik Elon Musk, bakal segera hadir di Indonesia. Starlink hadir dengan tujuan meningkatkan akses internet di dalam negeri.
Sejumlah pihak antusias menyambut Starlink. Namun, di balik kecanggihan Starlink dalam menyediakan layanan internet, sejumlah penelitian mengungkap 'sisi gelap' kehadiran satelit-satelit Starlink di antariksa.
Misalnya, sebuah studi baru menemukan dengungan dari peralatan elektronik yang menggerakkan satelit Starlink dapat mengganggu pengamatan astronomi radio.
Per Maret 2024, terdapat 5.504 satelit Starlink di orbit, 5.442 di antaranya beroperasi setelah sebelumnya perusahaan mengantongi persetujuan peraturan untuk menyebarkan 12.000 satelit komunikasi broadband dan 30.000 pesawat Starlink lainnya.
Namun dalam studi baru, yang diterbitkan pada 3 Juli di jurnal Astronomy & Astrophysics , para peneliti menemukan satelit Starlink memancarkan sinyal radio yang tidak disengaja dan tidak dikenali, terpisah dari sinyal yang dikirim dan diterima dari planet Bumi.
Ini kemudian menyebabkan beberapa dari sinyal tumpang tindih dengan sinyal yang terdeteksi oleh antena teleskop radio, sehingga menimbulkan masalah kepada para peneliti dalam menangkap sinyal radio.
Dalam hal ini, para peneliti dengan menggunakan perangkat teleskop Low Frequency Array (LOFAR) memantau secara dekat emisi dari 68 satelit Starlink. Dan hasilnya ditemukan bahwa 47 satelit memancarkan radiasi dengan frekuensi antara 110 dan 188 megahertz.
Lihat Juga : |
"Rentang frekuensi ini mencakup pita terlindungi antara 150,05 dan 153 MHz yang secara khusus dialokasikan untuk astronomi radio oleh International Telecommunications Union (ITU)," kata salah satu penulis studi, Cees Bassa, astronom di Institut Astronomi Radio Belanda, melansir Live Science.
Biasanya untuk memaksimalkan kemampuan teleskop dalam mendeteksi sinyal yang paling lemah sekalipun, regulator telah menempatkan zona radio-tenang di sekitar lokasi di mana penggunaan telepon seluler, TV terestrial, atau radio tidak diperbolehkan.
Namun karena satelit Starlink dan pemancar internet lainnya yang dapat dengan bebas melakukan perjalanan di zona tersebut mengganggu pengamatan para peneliti.
Dalam hal ini, perusahaan SpaceX diketahui tidak melanggar aturan apapun karena undang-undang ITU hanya mencegah sumber radio berbasis terestrial memancarkan panjang gelombang tersebut di dekat teleskop radio.
Meskipun demikian, para peneliti berharap bahwa SpaceX dapat berkolaborasi dengan para astronom untuk mencari solusi yang memungkinkan agar emisi sinyal yang ada tidak memberikan dampak negatif.
Masalah dengan FAA
SpaceX dan Starlink milik Elon Musk juga sempat berseteru dengan Federal Aviation Administration atau FAA. Pangkal masalahnya, FAA membuat laporan yang menuding bahwa Starlink dapat menimbulkan risiko besar bagi manusia di Bumi.
Analisis setebal 35 halaman, yang sebagian disusun oleh kelompok penelitian nirlaba The Aerospace Corporation, itu memberikan gambaran mengenai potensi bahaya terkait jaringan satelit besar seperti Starlink. Laporan itu mengungkap pada tahun 2035 Starlink bisa membunuh manusia setiap dua tahun sekali.
"Jika pertumbuhan konstelasi besar yang diperkirakan terjadi dan puing-puing satelit Starlink berhasil masuk kembali ke Bumi, satu orang di planet ini diperkirakan akan terluka atau terbunuh setiap dua tahun sekali," demikian bunyi laporan tersebut, mengutip CNN.
Ancaman Global 10 Tahun ke Depan (Foto: Basith Subastian/Indonesia)
|
Berlanjut ke halaman berikutnya...
Masalah dengan FAA
BACA HALAMAN BERIKUTNYATerkini Lainnya
-
VIDEO: Aksi May Day di Semarang Ricuh, Polisi Tembakkan Water Cannon
-
Ghufron Tak Hadir, Dewas KPK Tunda Sidang Etik 14 Mei
-
Kasus Mayat dalam Koper, Pelaku dan Korban Punya Hubungan Pekerjaan
-
ICC Disebut Rilis Perintah Tangkap Netanyahu Pekan Ini, AS Mengancam
-
PBB 'Ramal' Ada Tragedi Besar Jika Israel Nekat Invasi Rafah, Apa Itu?
-
Viral Polisi Paksa Pedemo Pro-Palestina Lepas Jilbab di Kampus AS
-
Jokowi Resmikan Lima Ruas Jalan di NTB Senilai Rp211 M
-
OCBC NISP Resmi Akuisisi Bank Commonwealth
-
Harga Minyak Dunia Naik Tipis Usai AS Isi Cadangan Strategis
-
Reaksi Megawati Usai Perpanjang Kontrak di Red Sparks
-
AFC Sebut Justin Hubner Absen di Indonesia vs Irak U-23
-
Kabar Baik untuk Indonesia U-23, Irak Kehilangan 2 Pemain Kunci
-
BSSN Ungkap Modus Bobol Rekening Lewat WhatsApp, Cek Cara Cegahnya
-
Uji Coba Rampung, Roket Terkuat China Siap Jajal Luar Angkasa
-
Pakar Respons Klaim Solusi Buat Teori Alien di 3 Body Problem Netflix
-
Di Tengah Kritik Ojol, Volta Klaim Bakal Tambah Stasiun Ganti Baterai
-
Mobil BMW Laris di Indonesia, Cetak Penjualan Tertinggi Q1 2024
-
VIDEO: Pawai Mobil-mobil Klasik di Jalanan Kota Kairo
-
FOTO: Mahdi Karira 'Sulap' Puing-puing Perang Gaza Jadi Boneka
-
Ria Ricis Disebut Siap Mental Hadapi Putusan Sidang Cerai Hari Ini
-
Tiket Tur Konser Sheila on 7 di 5 Kota Ludes Usai War di Bandung
-
FOTO: Kesetiaan ala Kakek Pencukur Rambut di Prancis
-
Alasan Kenapa Sebaiknya Tak Pakai Celana Pendek Saat Naik Pesawat
-
Ci(n)ta Rasa William Wongso