yoldash.net

Profil Alireza Panahian Ulama Favorit Khamenei yang Hina Nabi Muhammad

Ulama Iran Alireza Panahian buat publik marah usai melontarkan pernyataan yang diduga menghina Nabi Muhammad.
Ulama Iran Alireza Panahian diduga hina Nabi Muhammad. Foto: AP/Vahid Salemi

Jakarta, Indonesia --

Ulama favorit pemimpin tertinggi Iran Ali Khamenei, Alireza Panahian, membuat geram publik karena melontarkan kritik mengenai Nabi Muhammad.

Kritik itu disampaikan saat Panahian bicara di stasiun televisi pemerintah. Kala itu, Panahian membahas soal "kecemburuan sosial", di mana ia mengatakan Nabi Muhammad "tidak menyenangkan" dan "tidak memiliki teman, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk Imam Ali."

Komentar Panahian ini pun membuat marah warga Iran. Sebagian besar masyarakat menyebut ucapan Panahian merupakan penghinaan terhadap Rasulullah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun demikian, meski publik geram, pemerintah tak mengambil tindakan tegas apapun terhadap sang ulama. Padahal, di Iran, orang yang membuat pernyataan yang menghina Nabi Muhammad biasanya akan dipenjara hingga lima tahun kurungan.

ADVERTISEMENT

Banyak pihak merasa ada standar ganda yang dilakukan pemerintah Iran. Apalagi, Panahian terlihat mengadakan pertemuan dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi setelah membuat komentar kontroversial tersebut.

Jika kami menggunakan kata ini, mereka akan protes. Tapi jika orang-orang di antara mereka yang mengatakannya, mereka hanya mengklaim salah bicara," kata ulama independen, Hassan Aghamiri, seperti dikutip Middle East Eye (MEE), Kamis (25/4).

Siapa Alireza Panahian?

Alireza Panahian adalah ulama kesukaan Ali Khamenei. Pria 59 tahun tersebut merupakan salah satu pendiri lembaga think tank Ammar Base, organisasi politik-keagamaan yang dekat dengan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC).

Ammar Base merupakan lembaga think tank yang dibentuk setelah pemilihan presiden yang lagi-lagi memenangkan Mahmoud Ahmedinejad.

Kaum reformis percaya surat suara dalam pilpres tersebut telah dicurangi. Jutaan warga Iran pun turun ke jalan untuk memprotes hasil pemilu.

Para pengunjuk rasa saat itu dipukul mundur menggunakan kekerasan. Puluhan demonstran pun dilaporkan tewas.

Di tengah pergolakan itu, Ammar Base berusaha untuk secara politik dan budaya mempengaruhi opini publik demi mendukung kaum konservatif dan Khamenei.

"Mungkin Ammar Base dapat dianggap sebagai titik balik politik paling penting dalam kehidupan Panahian dan telah membuatnya terkait erat dengan inti kekuasaan di Republik Islam Iran," kata jurnalis politik veteran yang ingin anonim kepada Middle East Eye.

Selain karena kedekatannya dengan Khamenei, Panahian juga dikenal karena kerap melontarkan pernyataan kontroversial.

Pada 2013, ia menyebut para pengunjuk rasa yang memprotes Ahmadinejad pada 2009 sebagai pendukung kelompok militan ISIS. Dia juga mengatakan para "penghasut" harus dihukum dengan dieksekusi.

Baru-baru ini, Panahian juga menyebut demonstrasi anti-pemerintah, menyusul kasus kematian Mahsa Amini, sebagai "pemberontakan orang-orang liar" yang dia sebut melakukan "kata-kata vulgar, kutukan, dan pembunuhan brutal."

Mahsa Amini merupakan perempuan 22 tahun yang tewas saat ditahan buntut tak mengenakan pakaian sesuai aturan di Iran.

Proyek Panahian

Sejumlah pengamat Iran mengatakan Panahian memimpin suatu proyek selama beberapa tahun terakhir yang menawarkan perspektif tentang politik Syiah yang dirancang khusus untuk para pendukung Iran.

Proyek itu utamanya fokus pada kepemimpinan Iran, menangani kebutuhan dan tantangan yang mungkin dihadapi para pemimpin Teheran.

"Di antara diskursus Syiah kontemporer, apa yang Panahian promosikan dalam proyeknya yakni wacana dan interpretasi yang paling anti-rakyat dan anti-sosial. Wacana ini menunjukkan sifat anti-mayoritas dan oligarkis," kata sosiolog dan peneliti agama, Mohsen Hesam Mazaheri.

"Dalam wacana ini, massa secara konsisten dikritik karena ketidaktahuan, materialisme, dan keinginan mereka untuk kenyamanan," lanjut dia.

Seorang analis politik yang berbasis di Qom juga mengatakan meski Panahian tidak pernah memegang posisi di pemerintahan maupun tak memiliki pendidikan agama yang lebih tinggi seperti ulama lainnya, pendiriannya telah lama memberi dia panggung yang dia butuhkan untuk menyebarkan retorika ultra-konservatifnya.

"Dia memiliki banyak platform yang dikelola negara selama 10 tahun terakhir untuk menyebarkan dan memperluas ide-idenya sendiri dan rekan-rekannya. Dia beberapa kali memperkenalkan pendapat radikalnya alih-alih pandangan ulama Syiah," kata analis tersebut kepada MEE.

"Panahian menawarkan versi Islam yang radikal dan keras bagi generasi baru konservatif alih-alih Islam kebaikan," imbuhnya.



(blq/dna/bac)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat