yoldash.net

Review Film: A Quiet Place, Day One

Review film: kehadiran A Quiet Place: Day One rasanya seperti mesin pengais cuan bagi waralaba horor sepopuler A Quiet Place.
Review film: kehadiran A Quiet Place: Day One rasanya seperti mesin pengais cuan bagi waralaba horor sepopuler A Quiet Place. (Paramount Pictures)

Jakarta, Indonesia --

Saya menaruh ekspektasi tinggi kepada A Quiet Place: Day One saat akhirnya tayang di bioskop. Rilisan ketiga ini seharusnya mampu melengkapi saga A Quiet Place lewat kengerian yang mencekam sekaligus intens.

Film ini sesungguhnya cukup menawan sebagai sebuah prekuel. Namun, kekacauan yang hadir tidak sesuai harapan meski membawa embel-embel hari pertama dalam judulnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Plot yang dikerjakan Michael Sarnoski bagi saya kurang maksimal dalam menghadirkan huru-hara setelah invasi alien. Warga kota New York memang langsung gempar hingga ricuh tidak karuan, tetapi semua terjadi seketika.

Sarnoski seolah melewatkan kesempatan untuk mengeksplorasi kemelut pada hari pertama itu dengan lebih mendalam lagi.

ADVERTISEMENT

Padahal, rasanya ada banyak momen sekaligus tindak-tanduk manusia yang bisa dikembangkan untuk menggambarkan kacau balaunya dunia setelah alien itu menginvasi.

Cerita kemudian cenderung langsung terfokus kepada perjalanan Sam (Lupita Nyong'o), sang karakter utama, bertahan hidup.

A Quiet Place: Day One (2024) yang dibintangi Lupita Nyong'o dan Joseph Quinn.Review A Quiet Place: Day One (2024): Catatan lain yang muncul setelah menonton A Quiet Place: Day One adalah beberapa bagian cerita terasa too good to be true.: (Paramount Pictures)

Catatan lain yang muncul setelah menonton A Quiet Place: Day One adalah beberapa bagian cerita terasa too good to be true. Saya tidak menyangka orang-orang dibuat secepat itu mengetahui karakteristik alien yang sangat sensitif terhadap ultrasonik.

Mereka juga tak butuh waktu lama untuk tahu kelemahan makhluk menyerupai monster itu adalah air.

A Quiet Place: Day One juga mengenalkan si kucing gemas peliharaan Sam yang bernama Frodo. Kucing ini menjadi karakter yang cukup vital karena begitu berharga bagi Sam.

Penonton juga sering dibuat gigit jari saat Frodo berlarian di luar kendali hingga bisa memancing kedatangan para alien. Namun, kucing ini tidak pernah mengeong seolah memahami apa yang sedang terjadi.

Kondisi itu agak membuat saya berpikir heran, tetapi rasanya tak perlu dibawa pusing selama Frodo tetap baik-baik saja. Lagipula, kucing ini sepertinya menjadi satu-satunya karakter yang dapat menjaga mood penonton tetap ceria di tengah kengerian.

Perbedaan soal ketegangan dan intensitas juga terasa jika membandingkan A Quiet Place: Day One dengan A Quiet Place (2018) dan A Quiet Place Part II (2020).

A Quiet Place: Day One (2024)Review film A Quiet Place: Day One (2024):Michael Sarnoski selaku penulis dan sutradara juga mengambil pendekatan yang beda ketika menciptakan adegan horor A Quiet Place: Day One. (Tangkapan layar YouTube Paramount Pictures)

Porsi adegan-adegan yang sunyi dalam rilisan ketiga ini relatif lebih sedikit dibanding kedua film terdahulu. Namun, untungnya sutradara masih sanggup menciptakan beberapa jumpscare yang berawal dari keheningan.

Michael Sarnoski selaku penulis dan sutradara juga mengambil pendekatan yang beda ketika menciptakan adegan horor A Quiet Place: Day One.

Ia membuat variasi sekuens menegangkan itu dari sudut kota hingga gorong-gorong di New York, suatu hal yang tidak ditemukan dalam A Quiet Place maupun A Quiet Place Part II.

Sarnoski juga seolah menyadari A Quiet Place: Day One dibuat untuk memperdalam, bukan memperluas cerita dua film terdahulu. Ia lalu merespons situasi itu dengan memilih menulis cerita yang menekankan sisi emosional.

Nuansa itu sangat terasa ketika menyaksikan perjalanan Sam dan Eric (Joseph Quinn) yang saling melengkapi agar tetap selamat hingga mencapai tujuannya masing-masing.

Pilihan itu menjadikan cerita A Quiet Place: Day One terasa lebih menyentuh, terutama berkat penampilan brilian Lupita Nyong'o dan Joseph Quinn.

[Gambas:Video CNN]



Duo aktor berbeda generasi itu membangun chemistry yang mengesankan. Mereka dapat menghadirkan ketakutan dan ketegangan itu hingga terasa ke bangku penonton.

Penulisan karakter Sam dan Eric juga dibuat dengan begitu pas sehingga mampu saling melengkapi. Penampilan apik Nyong'o dan Quinn itu sanggup menjadi suguhan manis di sela-sela jumpscare yang mengagetkan.

A Quiet Place: Day One memang termasuk prekuel sekaligus spin-off yang cukup bagus. Saya tak bisa memungkiri film ketiga ini masih punya jumpscare yang kerap bikin kesal--tentu dalam konteks positif.

Namun, jika boleh berprasangka, kehadiran A Quiet Place: Day One itu rasanya seperti mesin pengais cuan bagi waralaba horor sepopuler A Quiet Place.

[Gambas:Youtube]



Kesuksesan dua film pertama membuat rilisan ketiga ini kemungkinan besar dapat dengan mudah mendulang laba. Untungnya, film ini tetap digarap dengan sepenuh hati sehingga tidak menjadi investasi bodong penonton.

Para pencinta saga A Quiet Place juga rasanya akan tetap menyukai rilisan terbaru ini dengan segala kurang dan lebihnya.

Meski begitu, harus diakui pula bahwa masih ada banyak pertanyaan yang belum terjawab di prekuel ini. Tanda tanya yang masih muncul itu kemungkinan baru akan terjawab jika A Quiet Place Part III mendapat lampu hijau untuk produksi.

(end)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat