Review Film: Challengers - Halaman 2
Guadagnino semakin memperjelas metafora itu lewat pengambilan gambar. Ia merekam secara close up, lalu kamera berpindah setiap kali Tashi dan Patrick melontarkan argumen.
Pergerakan kamera itu digambarkan seperti dalam sebuah rally, yakni saat bola tenis terlempar dari satu area lapangan ke area lainnya secara cepat dan menegangkan.
Ciri khas Luca Guadagnino juga masih tampak jelas di Challengers. Ketiga karakter utama dibekali motivasi dan emosi yang kompleks dan sulit ditebak sepanjang cerita.
Nuansa sensual yang penuh gairah juga tetap muncul dalam karya terbaru Luca Guadagnino ini. Gaya khas ini pula yang menurut saya jadi alasan kuat sang sutradara memilih tenis sebagai pilar cerita.
Karakter permainan tenis yang mempertemukan dua pemain untuk mengerahkan tenaga, otak, serta jiwanya sepanjang laga menjadi modal empuk bagi Guadagnino dalam mengeksplorasi hubungan para karakter.
Ia pun tak ragu mengekspresikan tensi dan betapa intimnya hubungan ketiga karakter secara eksplisit, meskipun ada segelintir adegan yang dipotong karena kena sensor.
Review Challengers: Tensi panas Challengers sudah melecut sejak awal cerita. Film itu langsung menampilkan hubungan rumit Tashi Duncan (Zendaya), Art Donaldson (Mike Faist), dan Patrick Zweig (Josh O'Connor).
(dok. Warner Bros. Pictures via IMDb) |
Sebaliknya, Luca Guadagnino juga piawai dalam mengemas pertandingan tenis menjadi hidup dan mengesankan. Berbagai momen pertandingan itu bisa dinikmati dengan mudah, bahkan bagi saya yang bukan pencinta tenis.
Sang sutradara mencoba mengemas pertandingan tenis itu menjadi benar-benar nyata, seperti dengan menyuguhkan papan skor, serta panduan setiap babak.
Gaya pengambilan gambar adegan tenis itu juga penuh dengan eksperimen. Ia sesekali memakai slow motion, lalu beralih dengan perpindahan kamera yang begitu cepat, hingga menggunakan bola tenis sebagai sudut pandang kamera.
Eksekusi Challengers itu mencapai puncaknya berkat sentuhan musik dari Trent Reznor dan Atticus Ross. Duo komposer itu menyuguhkan scoring musik yang eksentrik serta membuat adegan semakin berwarna.
[Gambas:Youtube]
Dengan berbagai keunggulan itu, Challengers menjadi opsi tontonan menjanjikan di tengah gempuran film-film Hollywood yang tayang di Indonesia setelah lebaran.
Perilisan ini juga menjadi kesempatan langka bagi pencinta film yang ingin menonton karya Luca Guadagnino di layar lebar. Sebab, film-film sang sutradara relatif jarang menembus bioskop Indonesia.
Kualitas apik dari berbagai sisi dan performa menawan Zendaya juga menjadi modal yang cukup untuk mengantar Challengers menjadi petarung kuat pada musim penghargaan 2025.
(end)Terkini Lainnya
-
Brigadir RA Minta Cuti Ketemu Kerabat di Jakarta Sebelum Tewas
-
Ketua RT Mampang: Rumah Tempat Polisi Tewas Milik Bos Batu Bara
-
Polisi Manado Diduga Bunuh Diri di Mobil Alphard Milik Kerabat
-
VIDEO: Momen Pertemuan Menlu AS dan Presiden China Xi Jinping
-
PM Anwar Bantah Beri Izin Buka Kasino di Forest City Johor Bahru
-
Israel Mendadak Tarik Brigade Nahel dari Gaza, Persiapan Invasi Rafah?
-
Survei: 69 Persen Perusahaan RI Setop Rekrut Karyawan Demi Cegah PHK
-
Kemendag Musnahkan Baja Tulang Tak Sesuai SNI Rp257 M
-
13,68 Juta Wajib Pajak Sudah Lapor SPT per 25 April 2024
-
Hasil PLN Mobile Proliga: STIN BIN Gebuk Sukun Badak 3-0
-
Hasil Liga 1: Persija Menang, Rans Tertahan di Zona Degradasi
-
Aksi Berkelas STY, Hibur Pemain Korea Selatan yang Menangis
-
BMKG Ingatkan Bahaya Sesar Lembang, Rumah-Rumah Bisa Rata dengan Tanah
-
Pakar MIT Buat AI yang Bisa Prediksi Tindakan Manusia
-
Kominfo: Satgas Gaet Interpol untuk Berantas Judi Online
-
VIDEO: Pikap Listrik Toyota Hilux Diuji Jadi Kendaraan Umum Thailand
-
Serunya Vespa World Days 2024
-
Jeep Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang
-
Review Film: Challengers
-
Imigrasi Bali Beber Alasan Tahan Hyoyeon, Bomi, dan Kru Pick Me Trip
-
HYBE Buka Suara dan Bantah Semua Tuduhan CEO ADOR Min Hee-jin
-
Gadis Ini Marah Ditegur Seenaknya Rendam Kaki di Danau Situs Historis
-
Bandara Supadio Tak Lagi Internasional Gegara Turis ke Kalbar Sedikit
-
Ci(n)ta Rasa William Wongso