yoldash.net

Susul Jakarta, Kota-kota di AS Diprediksi Tenggelam 2050

Studi terbaru mengungkap kota-kota di kawasan pesisir AS bakal tenggelam pada tahun 2050 imbas kenaikan permukaan air laut.
Ilustrasi. Studi terbaru mengungkap kota-kota di kawasan pesisir AS bakal tenggelam pada tahun 2050 imbas kenaikan permukaan air laut. (Foto: Elijah Nouvelage/Getty Images North America/AFP)

Jakarta, Indonesia --

Sebuah studi mengungkap bahwa kota-kota di Amerika Serikat bakal tenggelam pada tahun 2050 imbas kenaikan permukaan air laut. Simak penjelasannya.

Studi terbaru dari Union of Concerned Scientists (UCS) berjudul Looming Deadlines for Coastal Resilience mengungkap bahwa hampir 1.100 infrastruktur penting yang menopang masyarakat pesisir berpotensi terendam banjir setiap bulannya pada tahun 2050.

Sebanyak 934 infrastruktur tersebut atau hampir sebagian besarnya menghadapi risiko banjir setiap dua minggu sekali, sehingga membuat lingkungan pesisir tidak dapat ditinggali dalam waktu dua hingga tiga dekade.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hampir 3 juta orang saat ini tinggal di 703 kawasan pesisir AS dengan infrastruktur penting yang berisiko mengalami banjir bulanan pada 2050. Infrastruktur itu termasuk perumahan terjangkau dan bersubsidi, fasilitas pengolahan air limbah, lokasi industri beracun, pembangkit listrik, stasiun pemadam kebakaran, sekolah, taman kanak-kanak, dan rumah sakit.

ADVERTISEMENT

Jumlah infrastruktur penting yang berisiko terendam banjir diperkirakan meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2020.

Menurut studi tersebut, California, Florida, Louisiana, Maryland, Massachusetts, dan New Jersey adalah kota-kota dengan infrastruktur penting yang perlu dibuat lebih tahan banjir, atau setidaknya direlokasi ke tempat yang lebih aman.

Juan Declet-Barreto, penulis laporan dan ilmuwan sosial senior untuk kerentanan iklim di UCS, mengatakan banjir rutin pada infrastruktur penting dapat menyebabkan beberapa anak yang paling rentan dan kurang beruntung terpaksa melakukan perjalanan lebih jauh untuk sekolah dan berobat, serta terkontaminasi pasokan air yang tercemar banjir.

"Kegagalan memprioritaskan solusi ketahanan di komunitas-komunitas ini berisiko memperkuat warisan rasisme lingkungan dan kolonialisme yang berbahaya di tempat-tempat yang sudah sangat kurang terlayani dan terabaikan," kata Declet-Barreto, mengutip The Guardian, Selasa (25/6).

Pada tahun 2030, jumlah bangunan dan fasilitas penting yang berisiko terendam banjir rutin dan berulang di sepanjang garis pantai AS diperkirakan akan bertambah 20 persen dibandingkan dengan kondisi tahun 2020.

Di Charleston, Carolina Selatan, tercatat lebih dari 20 kejadian banjir akibat air laut pasang pada tahun lalu. Banjir ini menyebabkan air laut merendam jalan-jalan dan dataran rendah. Studi tersebut memperkirakan pada tahun 2050, setidaknya 23 infrastruktur penting di Charleston akan terendam banjir setidaknya dua kali setiap tahun, dengan asumsi skenario kenaikan permukaan laut sedang.

Para peneliti UCS mengidentifikasi infrastruktur penting di sepanjang wilayah AS yang berdekatan, serta Guam, Puerto Riko dan Kepulauan Virgin AS, menghadapi risiko banjir rutin, dengan menggunakan data termasuk alat pengukur pasang surut dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dan tiga skenario kenaikan muka air laut yang dikembangkan oleh Gugus Tugas Antarlembaga AS.

Infrastruktur penting meliputi bangunan dan fasilitas yang menyediakan fungsi yang diperlukan untuk menopang kehidupan sehari-hari - atau yang jika terendam banjir dapat menimbulkan bahaya lingkungan. Dampak banjir pesisir secara keseluruhan kemungkinan akan jauh lebih buruk, karena fasilitas air minum, stasiun bus dan metro, serta fasilitas pensiun dan perawatan untuk orang tua tidak termasuk dalam studi UCS.

Analisis ini juga hanya melihat banjir yang disebabkan oleh kenaikan permukaan laut dan ketinggian air pasang. Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan iklim, seperti gelombang badai, dan curah hujan yang tinggi yang dapat meningkatkan risiko banjir yang mengganggu, tidak disertakan dalam penelitian ini.

Menurut analisis UCS, tanpa tindakan langkah mendesak untuk memperkuat infrastruktur penting, jumlah sekolah, blok apartemen, fasilitas energi, dan gedung-gedung pemerintah yang berisiko terkena banjir diperkirakan akan meningkat setidaknya tujuh kali lipat pada tahun 2100.

Susul Jakarta

Potensi tenggelamnya kota-kota di AS ini seakan menyusul prediksi yang juga disampaikan Presiden AS Joe Biden soal Jakarta, Indonesia.

Pada 2021, Biden dalam sebuah kesempatan melontarkan 'ramalan' RI memindahkan ibu kotanya imbas tenggelamnya Jakarta.

Hal itu disoroti saat membahas ancaman terbesar yang dihadapi Amerika, yakni perubahan iklim.

"Faktanya, jika permukaan laut naik 2,5 kaki (76,2 cm) lagi, jutaan orang akan bermigrasidan berebut tanah yang subur," ujar Biden, dalam pidato di acara National Counterterrorism Center Liberty Crossing Intelligence Campus McLean, Virginia, 27 Juli 2021, dikutip dari situs Gedung Putih.

"Apa yang terjadi di Indonesia jika proyeksi [kenaikan air laut]-nya benar, bahwa dalam 10 tahun ke depan mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena mereka akan berada di bawah air?" lanjut dia.

Menurut lembaga antariksa AS (NASA), berdasarkan pengukuran satelit, kenaikan permukaan air laut secara global sejak 1993 hingga 2 Mei 2022 mencapai 101,2 mm (10,1 cm), atau 3,3 mm per tahun.

Kenaikan mukalaut itu diperparah oleh faktor perluasan air laut saat memanas, yang juga terkait pemanasan global.

(tim/dmi)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat