yoldash.net

Laut Makin Terancam 3 Hal Ngeri Gara-gara Krisis Iklim

Lautan kini harus menghadapi tiga ancaman imbas dari krisis iklim yang sedang terjadi. Apa saja tiga ancaman itu?
Ilustrasi. Lautan kini harus menghadapi tiga ancaman imbas pemanasan global. (Foto: iStock/mihtiander)

Jakarta, Indonesia --

Sebuah penelitian terbaru membongkar bahwa lautan kini harus menghadapi tiga ancaman serius imbas krisis iklim. Apa saja tiga ancaman itu?

Penelitian yang dipublikasikan di AGU Advances mengungkap sekitar seperlima permukaan laut dunia berada dalam kondisi sangat rentan terhadap ancaman yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, seperti BBM dan batu bara, serta penggundulan hutan.

Imbasnya adalah lautan harus menghadapi tiga ancaman berupa pemanasan ekstrem, hilangnya oksigen, dan pengasaman dengan kondisi ekstrem yang sudah jauh lebih intens dalam beberapa dekade terakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dampaknya sudah terlihat dan dirasakan," kata Joel Wong, penulis utama penelitian dari ETH Zurich, melansir The Guardian, Selasa (4/6).

"Kejadian ekstrem seperti ini kemungkinan besar akan terjadi lagi di masa depan dan akan mengganggu ekosistem laut dan perikanan di seluruh dunia."

ADVERTISEMENT

Para peneliti berpendapat jika krisis iklim terus berlanjut maka di kedalaman 300 meter lautan yang terkena imbasnya.

Kejadian ekstrem berupa pemanasan, hilangnya oksigen dan pengasaman ini bisa berlangsung tiga kali lebih lama dan enam kali lebih intens dibandingkan pada awal tahun 1960an.

Bahkan kejadian ekstrem tersebut dapat berlangsung sampai 30 hari, terutama di wilayah tropis dan Pasifik utara yang terkena dampak ancaman dengan potensi yang semakin besar.

Infografis Dan Bumi pun Makin PanasInfografis perubahan iklim global. (Foto: Indonesia/Basith Subastian)

Selain panas yang memaksa ikan dan spesies lain untuk berpindah ke iklim yang lebih sesuai, lautan juga harus membayar mahal karena menyerap sejumlah besar panas dan karbondioksida dari emisi bahan bakar fosil.

Tambahan CO2 membuat air laut menjadi lebih asam, melarutkan cangkang makhluk laut, serta membuat lautan kekurangan oksigen. Kemudian bagi makhluk hidup di darat, atmosfer akan terasa menjadi lebih hangat dari biasanya.

Temuan tersebut tentunya membuat para ilmuwan iklim lain merasa khawatir, terlebih dengan suhu panas di lautan yang terus meningkat dan mencapai tingkat yang luar biasa dalam beberapa bulan terakhir.

"Ini berarti kehidupan laut semakin tersingkir dari tempat di mana mereka dapat bertahan hidup," kata Andrea Dutton, ahli geologi dan ilmuwan iklim di Universitas Wisconsin Madison, yang tidak terlibat dalam penelitian baru ini.

Dutton menjelaskan bahwa kombinasi penurunan kadar oksigen, peningkatan pengasaman, dan melonjaknya panas laut terakhir terlihat pada akhir periode Permian sekitar 252 juta tahun yang lalu, ketika Bumi mengalami peristiwa kepunahan terbesar dalam sejarahnya, yang dikenal sebagai Great Dying.

"Saat ini kondisi kita tidak sama, namun perlu diperhatikan bahwa perubahan lingkungan yang terjadi juga serupa."

Dengan perubahan lingkungan yang serupa, menurut Dutton ini bisa menjadi alasan bagi masyarakat untuk lebih peduli terhadap ancaman krisis iklim pada lautan.

"Masyarakat harus menyadari bahwa lautan telah melindungi kita dari panas yang kita rasakan di daratan sebagai manusia, namun hal ini bukannya tanpa konsekuensi," pungkas Dutton.

[Gambas:Video CNN]

(rni/dmi)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat