yoldash.net

Ahli Bongkar Crazy Rich Mestinya Paling Tanggung Jawab Masalah Bumi

Ahli mengungkap para crazy rich dunia merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas krisis iklim yang terjadi di dunia.
Ilustrasi. Ahli mengungkap para crazy rich dunia merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas krisis iklim yang terjadi di dunia. (Foto: AP/LAURENT GILLIERON)

Jakarta, Indonesia --

Ahli mengungkap para crazy rich dunia merupakan pihak yang paling bertanggung jawab atas krisis iklim yang terjadi di dunia. Kenapa begitu?

Laurence Tubiana, pakar di balik Perjanjian Paris Tahun 2015, menyerukan agar seluruh orang-orang kaya di dunia mendapatkan pajak lebih atau pungutan untuk membantu mengatasi masalah krisis iklim dunia.

"Jika ingin menghindari konflik yang nyata, kita harus mengedepankan unsur keadilan sosial. Sah-sah saja membicarakan perpajakan, mengingat besarnya elemen dampak iklim, dan perlunya memobilisasi lebih banyak dana untuk merespons transisi [menuju ekonomi rendah karbon] dan adaptasi [terhadap dampak cuaca ekstrem]," kata Tubiana yang juga menjabat sebagai salah satu ketua International Tax Task Force (ITTF) melansir The Guardian, Selasa (4/6).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini disebabkan oleh konsensus yang berkembang mengenai diperlukannya semacam pajak kekayaan global.

ADVERTISEMENT

"Pada pertemuan G20, terdapat konsensus yang cukup besar, ya, kita harus berbuat lebih baik, kita harus mereformasi sistem perpajakan kita," kata Tubiana.

Banyak negara-negara miskin yang sedang berjuang untuk mengumpulkan dana eksternal sebesar US$1 triliun (sekitar Rp16 ribu triliun)) per tahun untuk mengurangi emisi dan mengatasi dampak krisis iklim.

Bahkan menurut Direktur Jenderal Persemakmuran Inggris Patricia Scotland banyak dari negara kecil dan berkembang sangat berisiko terkena hutang bila terdampak fenomena krisis iklim.

"Banyak negara kepulauan kecil berkembang yang sangat berisiko terkena krisis iklim sudah terlilit utang, dan memerlukan bantuan untuk pengampunan atau restrukturisasi utang."

Beberapa negara berkembang lainnya memang ada yang lebih beruntung dengan PDB yang meningkat atau perekonomian yang lebih berkembang. Namun tetap ketika terjadi bencana krisis iklim, mereka bisa hancur dan sangat membutuhkan bantuan.

Lantas mengapa pajaknya harus menyasar orang-orang kaya?

Melansir The Guardian, setidaknya 1 persen kelompok orang terkaya di dunia bertanggung jawab lebih banyak atas emisi gas rumah kaca dibandingkan 66 persen kelompok pada skala ekonomi bawah.

Laurence, yang juga menjabat sebagai kepala eksekutif European Climate Foundation menyebut contoh paling mudah dari pernyataan tersebut adalah ketika orang-orang kaya cenderung melakukan lebih banyak penerbangan setiap tahunnya, dibanding orang-orang biasa pada umumnya.

Padahal emisi karbondioksida (CO2) pada pesawat per tahunnya sendiri bisa menyumbang sekitar 2 persen emisi secara global.

Belum lagi emisi yang dihasilkan dari gedung-gedung perusahaan, kendaraan pribadi meliputi mobil, kapal super yacht, jet pribadi, dan rumah mewah, hingga bunker hari kiamat yang bisa membuat pemanasan global mencapai puncaknya pada 1,5C.

Studi yang berjudul 'Income-based US household carbon footprints (1990-2019) offer new insights on emissions inequality and climate finance' juga menunjukkan peran para crazy rich terhadap krisis iklim.

Studi yang terbit tahun lalu itu menemukan 10 persen orang terkaya di AS bertanggung jawab atas hampir setengah dari polusi yang menyebabkan pemanasan global di Amerika.

Para peneliti dalam studi tersebut menyerukan kepada pemerintah untuk beralih dari pajak "regresif" terhadap intensitas karbon dari apa yang dibeli oleh masyarakat dan fokus pada pajak investasi yang menyebabkan polusi iklim sebagai gantinya.

Oleh karena itu isu pendanaan untuk mengatasi krisis iklim ini akan menjadi fokus utama dalam pembahasan pada KTT Iklim PBB COP 29 tahun ini, di Azerbaijan pada November mendatang.

Tubiana berharap agar para crazy rich di dunia mau bekerja sama dengan pemerintah dalam mengatasi perekonomian yang terdampak akibat krisis iklim yang akan terjadi.

"Saya optimistis ada di antara mereka yang bisa angkat bicara, khususnya generasi muda," pungkas Tubiana.

[Gambas:Video CNN]



(rni/dmi)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat