yoldash.net

PBB Bongkar Siapa Paling Menderita Imbas Krisis Iklim di Pelosok

Laporan terbaru PBB mengungkap bahwa perempuan, baik dewasa dan anak-anak, menjadi yang paling menderita kekeringan air di daerah pelosok.
Ilustrasi. Laporan terbaru PBB mengungkap bahwa perempuan, baik dewasa dan anak-anak, menjadi yang paling menderita kekeringan air di daerah pelosok. (Foto: ANTARA FOTO/YUSUF NUGROHO)

Jakarta, Indonesia --

Laporan terbaru Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengungkap bahwa perempuan, baik dewasa dan anak-anak, menjadi pihak paling menderita kekeringan yang melanda daerah miskin dan pedesaan.

PBB mengatakan perempuan dewasa maupun anak-anak adalah pihak pertama yang menderita ketika kekeringan melanda daerah miskin dan pedesaan. Oleh karena itu, menurut PBB strategi air di seluruh dunia harus mencerminkan hal ini.

Menurut laporan PBB, tekanan terhadap sumber daya air, yang diperparah oleh krisis iklim, serta penggunaan berlebihan dan polusi pada sistem air tawar dunia, merupakan sumber konflik yang besar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perempuan memikul tanggung jawab utama dalam pengambilan air di daerah miskin dan pedesaan di seluruh dunia, dan kurangnya sanitasi yang aman merupakan faktor penyebab anak perempuan putus sekolah. Selain itu hal ini turut meningkatkan kerentanan mereka dan perempuan.

ADVERTISEMENT

"Ketika tekanan air meningkat, begitu pula risiko konflik lokal atau regional. Pesan Unesco jelas: jika kita ingin menjaga perdamaian, kita harus bertindak cepat tidak hanya untuk melindungi sumber daya air tetapi juga untuk meningkatkan kerja sama regional dan global di bidang ini," kata Audrey Azoulay, direktur jenderal Unesco, badan PBB yang menerbitkan laporan tahunan atas nama UN-Water, mengutip The Guardian, Rabu (27/3).

Laporan itu juga mengungkap hanya sedikit kemajuan yang dicapai dalam mengatasi masalah air dalam beberapa tahun terakhir karena krisis iklim, polusi, dan penggunaan sumber daya air tawar yang berlebihan di beberapa daerah. Hampir setengah dari populasi dunia tidak memiliki akses terhadap sanitasi yang higienis, dan sekitar 2,2 miliar orang tidak dapat mengandalkan pasokan air minum yang aman.

Tingkat kebutuhan yang tidak terpenuhi di seluruh dunia ini meningkat tajam selama dua dekade terakhir.

Pada tahun 2022, sekitar setengah dari populasi dunia mengalami kelangkaan air yang parah setidaknya selama satu tahun, dan antara tahun 2002 dan 2021, kekeringan telah menimpa lebih dari 1,4 miliar orang.

Sengketa air

Pemimpin redaksi laporan tersebut, Rick Connor mengakui air paling sering menjadi alat, target atau korban peperangan. Namun begitu, air biasanya tidak menjadi penyebab perang atau konflik.

Menurutnya sengketa air dapat terjadi ketika permintaan melebihi pasokan, ketika ketersediaan terganggu karena polusi, ketika akses terhadap alokasi air dibatasi, atau ketika pasokan air dan layanan sanitasi terganggu.

"Sengketa ini dapat berkisar dari sengketa hukum hingga pertikaian dengan kekerasan, yang sering kali mencerminkan kondisi sosial, politik, lingkungan, dan demografi yang spesifik pada suatu peristiwa dan lokasi tertentu," ujar Connor.

Dampak dari kekurangan air dan ketegangan atas air termasuk migrasi paksa, kerawanan pangan dan ancaman kesehatan lainnya serta bahaya khusus bagi perempuan dan anak perempuan, demikian temuan laporan tersebut.

"Hukum humaniter internasional, termasuk konvensi Jenewa, secara eksplisit melarang penargetan infrastruktur air sipil. Alat-alat di tingkat internasional untuk mempromosikan perdamaian melalui air, termasuk perjanjian dan kerja sama atas perairan yang digunakan bersama secara internasional dan pendekatan berbasis hak asasi manusia," katanya.

Laporan tersebut menemukan ketegangan atas air memperburuk konflik di seluruh dunia. Namun, meskipun peran air dalam perang telah sering disebut, terlalu sedikit perhatian yang diberikan pada potensi kerja sama terkait air untuk menciptakan atau mempertahankan perdamaian, menurut Alvaro Lario, presiden Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian yang juga menjabat sebagai ketua UN-Water.

"Air, jika dikelola secara berkelanjutan dan adil, dapat menjadi sumber perdamaian dan kesejahteraan. Air juga merupakan sumber kehidupan pertanian, pendorong sosial ekonomi utama bagi miliaran orang," jelas dia.

[Gambas:Video CNN]



(tim/dmi)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat