yoldash.net

Apa Penyebab Gelombang Panas di Asia?

Simak paparan ahli soal pemicu gelombang panas atau heatwave di sejumlah negara di Asia, termasuk tetangga RI.
Gelombang panas di Vietnam memicu kematian ribuan ikan, 30 April. Cek penyebabnya berikut. (Foto: AFP/STR)

Jakarta, Indonesia --

Gelombang panas atau heatwave tengah melanda sejumlah negara di Asia dalam beberapa pekan terakhir. Apa penyebabnya?

Jutaan orang di negara-negara Asia Selatan hingga Asia Tenggara terdampak gelombang panas yang tengah terjadi. Akibatnya, beberapa sekolah dipaksa tutup demi menjaga muridnya agar tak terkena serangan panas yang berbahaya bagi kesehatan.

Selain itu, produktivitas lahan pertanian juga terganggu akibat dari gelombang panas yang terjadi secara berkelanjutan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu negara yang mengalami gelombang panas adalah Filipina. Di negara ini, ribuan sekolah di seluruh negara, termasuk di Manila, menangguhkan kelas tatap muka.

ADVERTISEMENT

Menurut PBB, separuh dari 82 provinsi di negara ini mengalami kekeringan, dan hampir 31 provinsi lainnya menghadapi musim kemarau atau kondisi kering.

Selain itu, gelombang panas juga dialami Thailand. Pihak berwenang mengatakan 30 orang tewas akibat serangan panas (heatstroke) sepanjang tahun ini sambil memperingatkan masyarakat untuk menghindari aktivitas di luar ruangan.

Suhu di Bangkok bahkan sempat mencapai 40,1 derajat Celsius, Rabu pekan lalu, dengan indeks panas yang melebihi 52 derajat Celcius. Gelombang panas juga dialami oleh Bangladesh, India, hingga China selatan.

Para ahli menyebut kerusakan iklim memicu cuaca ekstrem, termasuk gelombang panas, lebih sering melanda dan suhu rata-rata dunia makin naik.

Pemicu krisis iklim sendiri adalah aktivitas manusia terutama penggunaan berlebih bahan bakar fosil, yakni BBM dan batu bara.

Wilayah rentan

Sebuah studi pada 2017 menyebut bahwa pada akhir abad ini perubahan iklim dapat menyebabkan gelombang panas dengan tingkat panas dan kelembapan yang melebihi batas kemampuan manusia untuk bertahan hidup tanpa perlindungan.

Tanpa upaya signifikan untuk mengurangi emisi karbon, studi tersebut menyebut gelombang panas yang mematikan ini dapat mulai terjadi hanya dalam beberapa dekade mendatang dan melanda wilayah India, Pakistan, dan Bangladesh.

Termasuk, daerah aliran sungai Indus dan Gangga yang subur dan menghasilkan sebagian besar pasokan makanan di wilayah tersebut.

Penelitian ini meneruskan laporan sebelumnya dari Eltahir dan timnya yang mengamati proyeksi gelombang panas di wilayah Teluk Persia.

Meski gelombang panas yang diproyeksikan untuk wilayah tersebut lebih buruk daripada di Asia Selatan, Eltahir mengatakan dampaknya di wilayah Asia Selatan bisa jauh lebih parah. Hal ini dikarenakan wilayah Teluk Persia memiliki populasi yang relatif kecil, relatif kaya, dan lahan pertanian yang sedikit.

Dikutip dari situs Massachussets Institute of Technology (MIT), wilayah yang kemungkinan akan terkena dampak paling parah adalah India utara, Bangladesh, dan Pakistan selatan yang menjadi rumah bagi 1,5 miliar orang.

Daerah-daerah ini juga termasuk yang termiskin di kawasan ini, dengan sebagian besar penduduknya bergantung pada pertanian subsisten yang membutuhkan kerja selama berjam-jam di tempat terbuka dan tidak terlindung dari sinar matahari.

"Hal ini membuat mereka sangat rentan terhadap perubahan iklim, dengan asumsi tidak ada mitigasi," ujar Eltahir.

Studi tersebut memproyeksikan bahwa Teluk Persia akan menjadi wilayah dengan gelombang panas terburuk di planet ini, disusul India bagian utara pada urutan kedua, dan China bagian timur yang juga berpenduduk padat pada urutan ketiga.

[Gambas:Video CNN]

(lom/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat