yoldash.net

Alasan Manusia Susah Balik ke Bulan, Bagaimana dengan Program Artemis?

Apa alasannya astronaut saat ini sulit untuk bisa kembali ke Bulan? Simak penjelasan pakar di sini.
Ilustrasi. Pakar mengungkap mengapa saat ini astronaut sulit untuk kembali menginjakkan kakinya di Bulan. (Foto: WikiImages/Pixabay)

Jakarta, Indonesia --

Sejarah mencatat sejumlah negara pernah berlomba-lomba mengirimkan astronaut terbaiknya menginjakkan kaki di Bulan pada periode akhir 60-an hingga awal 70-an.

Keberhasilan Uni Soviet mengirimkan Yuri Gagarin sebagai manusia pertama ke luar angkasa pada April 1961 menjadi pemantik Amerika Serikat (AS) sebagai rivalnya dalam perang dingin kala itu. AS tak mau kalah dan akhirnya berupaya mengirimkan manusia untuk menginjakkan kaki di Bulan pertama kalinya.

AS, lewat misi Apollo 11, akhirnya berhasil mengirimkan manusia ke Bulan pertama kalinya pada 20 Juli 1969. Apollo 11 terdiri dari Komandan Neil Armstrong, Pilot Modul Komando Michael Collins, dan Pilot Modul Lunar Edwin "Buzz" Aldrin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diperkirakan 650 juta orang menonton saat Armstrong menjejakkan kaki di Bulan dan mendengar suaranya yang menggambarkan peristiwa itu sebagai "...sebuah langkah kecil bagi seorang manusia, satu lompatan raksasa bagi umat manusia".

ADVERTISEMENT

Setelah keberhasilan Apollo 11, AS kembali mencoba peruntungannya dengan mengirimkan lagi astronautnya ke Bulan. Tercatat, sejak Armstrong dkk, sudah ada 12 orang yang menginjakkan kakinya di Bulan.

Namun begitu, keberhasilan AS mengirimkan astronaut ke Bulan di era 70-an itu tidak berlanjut, bahkan sampai dengan sekarang. Lalu, apa alasannya astronaut sulit untuk bisa kembali ke Bulan?

Paul M. Sutter, astrofisikawan di SUNY Stony Brook dan Flatiron Institute di New York City, mengatakan ada tiga alasanpara astronot kesulitan untuk bisa kembali ke Bulan, yakni masalah dana, politik, dan prioritas.

Sebelumnya antara tahun 1969 dan 1972, misi Apollo dalam mengirim 12 astronaut ke permukaan Bulan dinilai sangat mahal. NASA bahkan menghabiskan sampai sekitar 5 persen dari seluruh anggaran federal untuk program Apollo.

Sutter, dalam sebuah artikel yang tayang di Space pada Minggu (21/4), mengatakan jika memperhitungkan inflasi yang terjadi saat ini, seluruh misi Apollo akan menelan biaya lebih dari US$260 miliar. Terlebih jika memasukkan proyek Gemini dan program robotik bulan, angkanya bahkan mencapai lebih dari US$280 miliar.

"Sebagai perbandingan saat ini NASA hanya menerima kurang dari setengah persen dari total anggaran federal, itu pun dengan prioritas dan arahan yang lebih luas," kata Sutter.

Dalam satu dekade terakhir, NASA sudah menghabiskan sekitar $90 miliar untuk program Artemis (program antariksa yang bertujuan mendaratkan "wanita pertama dan pria berikutnya" di Bulan).

Masih terkait dengan realitas keuangan, terdapat realitas politik. Pada tahun 1960 an, Amerika berada dalam persaingan dengan Uni Soviet di bidang luar angkasa, terutama pendaratan manusia pertama di Bulan.

NASA mendapat dukungan besar baik dari masyarakat maupun para anggota parlemen. Dukungan ini dibuktikan dengan pendanaan besar dari negara, yang sayangnya tidak berkelanjutan. Begitu Amerika menang dalam persaingan, masyarakat yang cepat kehilangan minat membuat pendanaan NASA menjadi anjlok karena tidak ada keinginan dari politik dan publik.

Situasi ini memaksa NASA untuk mengambil keputusan penting pada akhir tahun 1990 yang berpengaruh dalam program Artemis saat ini.

NASA memutuskan untuk mempertahankan infrastruktur lamanya dengan menggunakan kembali banyak bagian pesawat ulang-alik, terutama mesin, dan memasukkannya ke dalam desain Artemis.

Terakhir, dari segi prioritas saat ini untuk program Artemis yang memiliki serangkaian prioritas jauh berbeda dibandingkan misi Apollo. Misalnya pada toleransi risiko yang jauh lebih rendah dibandingkan misi Apollo.

Sebelumnya dalam misi Apollo bahkan terdapat beberapa misi yang menghadapi bencana, diantaranya kebakaran Apollo 1 yang menewaskan tiga astronot, matinya mesin selama Apollo 6, dan cacat desain yang hampir fatal yang hampir menyebabkan kematian para astronot Apollo 13.

Hal tersebut yang menyebabkan NASA, anggota parlemen, hingga masyarakat tidak bersedia mengambil risiko sebesar itu lagi, terutama setelah bencana Challenger dan Columbia.

Program Artemis kali ini dirancang dengan tujuan yang berbeda, yakni bukan hanya untuk mengembalikan manusia ke Bulan, tapi akan ada pembangunan infrastruktur untuk mempertahankan keberadaan manusia secara permanen di sana.

Ini akan menjadi program yang jauh lebih memberikan dampak karena memberikan kerangka kerja untuk mencapai impian generasi mendatang.

[Gambas:Video CNN]



(rni/dmi)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat