yoldash.net

Menguji Klaim Dokter Tifa Jakarta Tak Tenggelam Meski Es Kutub Mencair - Halaman 2

Berlawanan dengan rangkaian studi ilmiah, Dokter Tifa mengklaim mencairnya es kutub tak akan membuat Jakarta tenggelam. Pendapat yang tak sesuai kepakaran?
Muara Angke, Jakut, Desember 2021. Tanda nyata Jakarta mulai tenggelam adalah banjir rob. (Foto: CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Terlepas dari itu, cukupkah angka kenaikan air tersebut membuat Jakarta tenggelam setidaknya 10 tahun lagi?

Salah satu indikator kuat tenggelamnya wilayah pesisir adalah banjir rob. Bencana ini terjadi saat air laut pasang naik masuk jauh ke wilayah daratan hingga menggenangi permukiman pesisir.

Banjir rob terbesar yang pernah menerpa DKI adalah yang terjadi di 20 titik pada 2007. Pakar menyebut itu lebih disebabkan oleh penurunan muka tanah ketimbang kenaikan muka air laut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengajar Teknik Geodesi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas mengungkapkan kenaikan air laut sejauh ini 6 mm-1 cm per tahun. Itu berdasarkan pengukuran satelit altimetri selama 20 tahun.

"Berarti 100 tahun baru tuh 1 meter. Itu berarti naik pelan. Tadi ada yang bilang, [banjir rob] ini akibat dari global warming, sea level rise, itu terbantahkan. Tidak berkontribusi signifikan terhadap banjir rob di Jakarta," jelas Heri, beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

Ada faktor lain?

Heri mengungkapkan faktor signifikan yang membuat Jakarta makin cepat tenggelam adalah penurunan muka tanah. Faktor ini membuat sekitar 20 persen wilayah DKI berada di bawah permukaan laut.

Untuk membuktikannya, Heri dan tim memakai global positioning system (GPS) untuk mengukur ketinggian daratan terhadap permukaan laut di titik yang sama secara berulang. Hasilnya, penurunan rata-rata mencapai 10 cm per tahun.

"Saya sudah 20 tahun mengukur di Jakarta, di titik koordinat yang sama, ternyata tingginya berubah," kata Dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB itu.

"Ternyata penurunan [tanah]-nya ada yang sampai 10 cm per tahun, bahkan 20 cm per tahun. Dalam 10 tahun udah 1 meter. Kemudian kalau 100 tahun akan ada penurunan 10 meter. Inilah yang paling signifikan sebagai penyebab banjir rob. Karena kan tanah turun terus, lama-lama di bawah laut," papar Heri.

Apa penyebab penurunan muka tanah itu? Heri menyebut ada beberapa faktor, seperti beban dari bangunan, aktivitas tektonik, pengambilan air tanah yang berlebihan, hingga pemadatan tanah atau kompaksi secara alamiah.

Menurut perhitungannya, faktor-faktor di luar pengambilan air tanah berkontribusi kecil.

Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja sepakat dengan para pakar bahwa penurunan muka tanah ini akibat kontribusi dari eksploitasi air tanah.

"Ada eksploitasi pengambilan air tanah yang berlebihan yang sudah berpuluh-puluh tahun untuk konsumsi masyarakat dan itu yang penyebabnya. Selain faktor lain yaitu sea level rise akibat perubahan iklim," paparnya.

Terlebih, sudah ada penelitian, termasuk dari ilmuwan di Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, yang sekarang diambil Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Robert Delinom bahwa permukaan tanah Jakarta Utara setidaknya turun 75 cm 30 tahun lagi. Dengan kata lain, 2050 makin banyak wilayah Jakarta tenggelam.

Di luar Jakarta, banyak wilayah yang tenggelam dengan faktor pemicu hanya kenaikan air laut akibat es kutub mencair. Misalnya, Kepulauan Marshall, sebuah negara kepulauan mungil di Samudera Pasifik.

Ketinggian rata-rata daratan di atas permukaan laut di Kepulauan Marshall hanya 2 meter. Kenaikan air laut secuil pun amat berarti pada eksistensi manusianya.

Pulau reklamasi picu banjir?

Dalam masalah ini, warga dan para pakar masih beda pendapat.

Puluhan nelayan yang tergabung dalam Forum Kerukunan Masyarakat Nelayan (Forkeman) Muara Angke, 2016, sempat mengatakan pulau reklamasi bisa menyebabkan DKI kian kebanjiran.

Sebab, pulau-pulau buatan itu membuat ketinggian sungai naik akibat terhambatnya aliran di muara.

Sementara, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta Tubagus Soleh Ahmadi mengatakan penurunan muka tanah di pulau reklamasi dan daratan Jakarta dipicu oleh hal yang berbeda.

"Reklamasi akan mengalami penurunan tanah akibat abrasi dan lain-lain," ucapnya, "Kalau di dataran Jakarta akibat eksploitasi air dan beban dari bangunan."

Heri Andreas bahkan mengaku mengusulkan tanggul raksasa atau Giant Sea Wall berbentuk burung garuda sebagai solusi Jakarta tenggelam. Mega-infrastruktur ini terdiri dari tanggul pantai yang menempel ke kawasan pesisir, tanggul laut, serta pulau-pulau reklamasi.

Yang jelas, Jakarta sudah mulai tenggelam, sebagian. Faktor pemicunya adalah kombinasi es kutub mencair, pemanasan global, hingga penurunan muka tanah.

[Gambas:Twitter]

(tim/arh)

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat