Menguji Klaim Dokter Tifa Jakarta Tak Tenggelam Meski Es Kutub Mencair - Halaman 2
![Kombinasi Es Mencair dan Penurunan Muka Tanah Berlawanan dengan rangkaian studi ilmiah, Dokter Tifa mengklaim mencairnya es kutub tak akan membuat Jakarta tenggelam. Pendapat yang tak sesuai kepakaran?](https://akcdn.detik.net.id/visual/2021/12/07/banjir-rob-di-muara-angke-11_169.jpeg?w=650&q=90)
Terlepas dari itu, cukupkah angka kenaikan air tersebut membuat Jakarta tenggelam setidaknya 10 tahun lagi?
Salah satu indikator kuat tenggelamnya wilayah pesisir adalah banjir rob. Bencana ini terjadi saat air laut pasang naik masuk jauh ke wilayah daratan hingga menggenangi permukiman pesisir.
Banjir rob terbesar yang pernah menerpa DKI adalah yang terjadi di 20 titik pada 2007. Pakar menyebut itu lebih disebabkan oleh penurunan muka tanah ketimbang kenaikan muka air laut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Pengajar Teknik Geodesi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas mengungkapkan kenaikan air laut sejauh ini 6 mm-1 cm per tahun. Itu berdasarkan pengukuran satelit altimetri selama 20 tahun.
"Berarti 100 tahun baru tuh 1 meter. Itu berarti naik pelan. Tadi ada yang bilang, [banjir rob] ini akibat dari global warming, sea level rise, itu terbantahkan. Tidak berkontribusi signifikan terhadap banjir rob di Jakarta," jelas Heri, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Ada faktor lain?
Heri mengungkapkan faktor signifikan yang membuat Jakarta makin cepat tenggelam adalah penurunan muka tanah. Faktor ini membuat sekitar 20 persen wilayah DKI berada di bawah permukaan laut.
Untuk membuktikannya, Heri dan tim memakai global positioning system (GPS) untuk mengukur ketinggian daratan terhadap permukaan laut di titik yang sama secara berulang. Hasilnya, penurunan rata-rata mencapai 10 cm per tahun.
Lihat Juga : |
"Saya sudah 20 tahun mengukur di Jakarta, di titik koordinat yang sama, ternyata tingginya berubah," kata Dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB itu.
"Ternyata penurunan [tanah]-nya ada yang sampai 10 cm per tahun, bahkan 20 cm per tahun. Dalam 10 tahun udah 1 meter. Kemudian kalau 100 tahun akan ada penurunan 10 meter. Inilah yang paling signifikan sebagai penyebab banjir rob. Karena kan tanah turun terus, lama-lama di bawah laut," papar Heri.
Apa penyebab penurunan muka tanah itu? Heri menyebut ada beberapa faktor, seperti beban dari bangunan, aktivitas tektonik, pengambilan air tanah yang berlebihan, hingga pemadatan tanah atau kompaksi secara alamiah.
Menurut perhitungannya, faktor-faktor di luar pengambilan air tanah berkontribusi kecil.
Juru Bicara Kementerian PUPR Endra S Atmawidjaja sepakat dengan para pakar bahwa penurunan muka tanah ini akibat kontribusi dari eksploitasi air tanah.
"Ada eksploitasi pengambilan air tanah yang berlebihan yang sudah berpuluh-puluh tahun untuk konsumsi masyarakat dan itu yang penyebabnya. Selain faktor lain yaitu sea level rise akibat perubahan iklim," paparnya.
Terlebih, sudah ada penelitian, termasuk dari ilmuwan di Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, yang sekarang diambil Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Robert Delinom bahwa permukaan tanah Jakarta Utara setidaknya turun 75 cm 30 tahun lagi. Dengan kata lain, 2050 makin banyak wilayah Jakarta tenggelam.
Di luar Jakarta, banyak wilayah yang tenggelam dengan faktor pemicu hanya kenaikan air laut akibat es kutub mencair. Misalnya, Kepulauan Marshall, sebuah negara kepulauan mungil di Samudera Pasifik.
Ketinggian rata-rata daratan di atas permukaan laut di Kepulauan Marshall hanya 2 meter. Kenaikan air laut secuil pun amat berarti pada eksistensi manusianya.
Pulau reklamasi picu banjir?
Dalam masalah ini, warga dan para pakar masih beda pendapat.
Puluhan nelayan yang tergabung dalam Forum Kerukunan Masyarakat Nelayan (Forkeman) Muara Angke, 2016, sempat mengatakan pulau reklamasi bisa menyebabkan DKI kian kebanjiran.
Sebab, pulau-pulau buatan itu membuat ketinggian sungai naik akibat terhambatnya aliran di muara.
Sementara, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta Tubagus Soleh Ahmadi mengatakan penurunan muka tanah di pulau reklamasi dan daratan Jakarta dipicu oleh hal yang berbeda.
"Reklamasi akan mengalami penurunan tanah akibat abrasi dan lain-lain," ucapnya, "Kalau di dataran Jakarta akibat eksploitasi air dan beban dari bangunan."
Heri Andreas bahkan mengaku mengusulkan tanggul raksasa atau Giant Sea Wall berbentuk burung garuda sebagai solusi Jakarta tenggelam. Mega-infrastruktur ini terdiri dari tanggul pantai yang menempel ke kawasan pesisir, tanggul laut, serta pulau-pulau reklamasi.
Yang jelas, Jakarta sudah mulai tenggelam, sebagian. Faktor pemicunya adalah kombinasi es kutub mencair, pemanasan global, hingga penurunan muka tanah.
[Gambas:Twitter]
(tim/arh)Terkini Lainnya
-
Ahli di Sidang Pegi Sebut Keterangan Saksi-Akun Medsos Bisa Jadi Bukti
-
Afif Jadi Plt Ketua KPU Usai Hasyim Dipecat: Innalillahi dan Bismillah
-
VIDEO: Aksi Demo Bela Palestina di Gedung Parlemen Australia
-
Pakar RI soal Upin & Ipin: Media Propaganda Malaysia
-
Dagestan Rusia Larang Niqab usai Serangan ke Gereja hingga Sinagog
-
Direksi Pertamina Jadi yang Terbaik di 2 Ajang Internasional
-
OJK Minta Perbankan Buat Sistem Pendeteksi Transaksi Judi Online
-
PIEP Buka Kantor di Dubai, Jadi Strategi Sasar Blok Baru
-
Joselu dan Kroos Saling Ledek Jelang Spanyol vs Jerman di Euro 2024
-
Jadwal Timnas U-16 di Kualifikasi Piala Asia U-17
-
Nova Arianto dan Jalan Menanjak Timnas Indonesia U-16 di Piala AFF
-
Ahli Ungkap Lukisan Gua Sulawesi Berusia 51.200 Tahun, Tertua Dunia
-
Profil Dirjen Semuel Pangerapan, Pernah Minta Hacker Jangan Nyerang
-
Kominfo Sudah Uji Coba Kunci dari Brain Cipher, Berhasil di Spesimen
-
Berapa Biaya Bikin SIM Pakai BPJS Kesehatan?
-
Bos Hyundai Bicara Target 600 Ribu Mobil Listrik Jokowi di Indonesia
-
Ingat Kereta Lebih Prioritas dari Mobil Damkar, Ambulans dan Presiden
-
Kabut Berduri, Film Terbaru Putri Marino Tayang 1 Agustus 2024
-
Netizen Heboh Lihat SBY Masuk Lineup Pestapora 2024: Negonya Gimana?
-
Daftar Harga Tiket Fan Meeting Wi Ha-joon Jakarta, Mulai Rp1,28 Juta
-
Gaya Sederhana Selvi Ananda, Tapi Sebenarnya Serba Prada
-
Ci(n)ta Rasa William Wongso