Jakarta Tenggelam: Air Laut Naik atau Muka Tanah Turun?
![Jakarta Tenggelam: Air Laut Naik atau Muka Tanah Turun? Mazhab global warming beradu kuat dengan aliran penurunan muka tanah dalam kasus Jakarta tenggelam. Sejauh ini, data dan bukti fisik condong ke salah satunya.](https://akcdn.detik.net.id/visual/2021/12/18/tanggul-laut-ncicd-di-pesisir-antisipasi-banjir-rob-4_169.jpeg?w=650&q=90)
Jakarta terancam tenggelam. Ragam studi puluhan tahun dan bukti fisik penurunan penurunan permukaan tanah menjadi rujukan prediksi para peneliti. Sementara sejumlah pihak juga ada yang meyakini banjir rob di pesisir merupakan efek kenaikan muka air laut.
Berbagai 'saksi bisu' prediksi Jakarta tenggelam sudah bisa dilihat. Misalnya, masjid Wal Adhuna, Muara Baru, Jakarta Utara, yang perlahan terendam air, atau kampung teko di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat.
Sejumlah pakar, berdasarkan hasil pemantauan panjang, memprediksi Jakarta tenggelam di masa depan sebagai efek penurunan muka tanah. Penyedotan air tanah berlebih jadi sorotan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anggota tim riset Masyarakat Air Indonesia Fatchy Muhammad menilai kenaikan muka air laut, yang merupakan dampak pemanasan global yang mencairkan es di kutub, menjadi pemicu banjir rob.
Lihat Juga : |
"Muka tanah turun atau air lautnya naik? Kalau muka tanah turun titik ikatnya dari mana? Laut? air laut kan beda-beda tingginya. Enggak tetap titik ikatnya. Jadi yang bener adalah muka air laut yang naik," kata Fatchy saat ditemui di kediamannya, di Jakarta Selatan, Rabu (9/2).
ADVERTISEMENT
"Kita lihat air laut itu nyambung semua. Dulu di kutub semuanya nyatu, tapi karena esnya mencair, airnya naik, daratan berkurang," kata dia.
Alumnus teknik geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) ini mengatakan penyedotan air tanah tak berdampak terhadap penurunan muka Jakarta.
"Kalau muka air laut naik, seakan-akan muka tanahnya bakal turun. Kalau muka tanah turun karena beban [di atasnya] oke. Kalau [karena] pengambilan air tanah itu bisa diisi lagi," ucapnya.
Fatchy pun menyangkal klaim Presiden AS Joe Biden yang menyatakan Jakarta bisa tenggelam 10 tahun lagi.
"Pertanyaannya air laut berapa naiknya per tahun? Kalau 2 mili-[meter], untuk naik [menjadi] 1 meter perlu 50 tahun. Paling [kota] yang ketinggian 0 [meter dari permukaan laut] aja yang tenggelam. Ini [Jakarta tenggelam 2035] terlalu wah meski Presiden AS yang ngomong," cetusnya.
Saat berpidato di Pusat Kontra-Terorisme Nasional AS, Selasa (27/7/2021), Biden mengatakan akan ada jutaan orang yang harus pindah di berbagai kota bila permukaan air laut naik 2,5 kaki atau 7,6 cm. Ini termasuk Jakarta yang diproyeksikan bisa tenggelam 10 tahun lagi.
![]() |
Terlepas dari itu, Fatchy juga meyakini ada potensi Jakarta bakal tenggelam. Ia pun mendorong perbaikan di seluruh dunia, terutama terkait hal yang memicu pemanasan global.
"Jakarta Utara tenggelam, iya, kalau enggak ada perbaikan. Itu juga harus seluruh dunia," ujar dia.
Penurunan Permukaan Tanah
Terpisah, pengajar Geodesi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas mengakui banyak pro-kontra terkait penurunan muka tanah sebagai penyebab banjir rob, termasuk dari sesama peneliti. Ia pun mengajukan sejumlah bukti dan analisis.
Pertama, terkait polemik kenaikan air laut versus penurunan muka tanah. Heri menuturkan banjir rob besar yang melanda 20 titik di Jakarta pada 2007 sempat menjadi teka-teki lantaran tak ada hujan serta kenaikan muka air laut (sea level rise).
Para pakar pun mengukur ketinggian air laut dengan memakai satelit altimetri selama 20 tahun. Cara kerjanya, satelit menembakkan laser ke permukaan laut, yang kemudian dipantulkan kembali ke asalnya.
Lihat Juga :Liputan Khusus Berkejaran dengan Ancaman Penurunan Tanah |
Memakai rumus fisika dasar untuk menghitung jarak, didapatkan angka kenaikan air laut hanya 6 mm-1 cm per tahun.
"Ternyata di permukaan jaraknya makin pendek. Ketika jaraknya makin pendek, berarti ada kenaikan muka air laut," jelas Heri.
"Berarti 100 tahun baru tuh 1 meter. Itu berarti naik pelan. Tadi ada yang bilang, ini akibat dari global warming, sea level rise, itu terbantahkan. Tidak berkontribusi signifikan terhadap banjir rob di Jakarta," urainya.
Bersambung ke halaman berikutnya...
Berkaca Kebijakan Air Tanah Negara Maju
BACA HALAMAN BERIKUTNYATerkini Lainnya
-
Istri di Tangerang Dibakar Suami, Pelaku Ditangkap
-
Cak Imin Harap Tak Ada Lagi Monopoli Maskapai Penerbangan Jemaah Haji
-
FOTO: Nabawi dan Quba, 2 Masjid yang Dibangun Rasulullah
-
Liga Arab Cabut Hizbullah dari Daftar Organisasi Teroris
-
Warga soal Invasi Israel di Shujaiya Gaza City: Situasi Bak Neraka
-
Sandi Sebut Familly Office di Bali Banyak Diminati
-
Tingkatkan Kualitas Layanan, Mulai 1 Agustus BRI Tutup Rekening Pasif
-
Harga Beras Naik 11,88 Persen per Juni 2024
-
Zhang Zhi Jie Meninggal, AJC 2024 Tetap Bergulir
-
Susunan Pemain Indonesia vs Australia di Semifinal Piala AFF U-16 2024
-
PBSI Bakal Surati BWF Usai Insiden Zhang Zhi Jie Meninggal
-
Arkeolog Malaysia Temukan Patung Buddha Lebih Tua dari Borobudur
-
NASA Temukan Bukti Air Pernah Genangi Asteroid
-
Fenomena Langit Juli 2024, Termasuk Jarak Terjauh Bumi-Matahari
-
Vinfast VF 5 Dibanderol Rp242 Juta dengan Skema Sewa Baterai
-
Kenali Tanda Minyak Rem Mobil Harus Diganti
-
Motor Roda 3 Can Am Resmikan Dealer di PIK
-
Sinopsis The Fast and the Furious, Bioskop Trans TV 1 Juli 2024
-
Pihak Sexy Goath Ungkap Alasan Juliette Angela Gugat Cerai
-
Sinopsis Despicable Me 4, Gru Harus Sembunyi dan Muncul Mega Minions
-
Apakah Vitiligo Bisa Diobati? Ini Penjelasan Dokter
-
Studi Ungkap 7 dari 10 Ibu di Indonesia Alami Mom Shaming
-
Ci(n)ta Rasa William Wongso