yoldash.net

Berkejaran dengan Ancaman Penurunan Tanah

Penurunan tanah di kawasan pesisir pantai utara Jakarta mengakibatkan banjir rob, terdapat 26 titik rawan banjir rob di Jakarta Utara.
Gedung Olveh di Kota Tua yang baru selesai direstorasi (CNN Indonesia/Safir Makki)

Jakarta, Indonesia -- Gedung peninggalan kolonial Belanda, Onderlinge Levensverzekering Van Eigen Hulp (Olveh), menjadi saksi terjadinya penurunan permukaan tanah di wilayah Utara Jakarta. Lantai dasar gedung yang berusia 94 tahun, kini berada 95 sentimeter di bawah permukaan jalan.

Sebuah penggaris besar sepanjang satu meter dipasang di depan gedung Olveh. Penggaris itu sebagai penanda turunnya permukaan tanah.

"Gedung itu dibangun tahun 1921. Saat ini lantai dasarnya sudah turun sampai 95 sentimeter. Artinya, dalam satu tahun permukaan tanah di Jakarta tenggelam satu sentimeter," kata Direktur Pelaksana revitalisasi Kota Tua, PT Jakarta Old Town Revitalization Corporation (JOTRC), Lin Che Wei, pertengahan Maret lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Olveh dulunya merupakan kantor asuransi milik pemerintah kolonial berdiri di Jalan Jembatan Batu, Pinangsia. Saat gedung tua itu direstorasi, tim pekerja bangunan JOTRC yang menemukan fakta lantai gedung pernah berkali-kali ditinggikan.

Dari pembongkaran oleh pekerja diketahui gedung mengalami penurunan tanah hingga 95 sentimeter. Peninggian bangunan ini, seperti halnya bangunan dan rumah-rumah di sekitarnya, untuk mencegah banjir.

ADVERTISEMENT

“Kalau hujan, gedung ini yang paling duluan terendam,” katanya.
Gedung Olveh 1879 di Jalan Jembatan Batu no 50, Pinangsia, Jakarta Barat. Gedung tiga lantai ini dibangun arsitek Schoemaker (Indonesia/Silvia Galikano)

Fenomena penurunan permukaan tanah sangat terlihat di Jakarta Utara. Ada empat faktor penyebab penurunan tanah, yakni konsolidasi alami, penggunaan air tanah, pembebanan permukaan air tanah dan tektonik.

Menurut Asisten Deputi Perumahan, Pertanahan dan Pembiayaan Infrastruktur Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Bastary Pandji Indra, pengambilan air tanah secara berlebihan dan percepatan laju urbanisasi sehingga memberikan tekanan terhadap tanah, yang menyebabkan penurunan tanah.

"Penggunaan air tanah dalam berkontribusi dalam penurunan tanah di wilayah-wilayah Jakarta Utara," ujarnya.

Bastary juga menuturkan, penurunan tanah dapat menyebabkan perubahan struktur bangunan, kerusakan struktur, drainase dan meningkatkan kemungkinan bencana banjir.

Dia mengatakan, penurunan tanah terus menerus mengancam kawasan pesisir Jakarta Utara tenggelam.

Badan Perencana dan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta memprediksi, permukaan tanah Jakarta akan turun lima hingga enam sentimeter hingga tahun 2100 jika air tanah diekstraksi secara terus-menerus dan masif.

Langganan Rob dan Banjir

Penurunan tanah di kawasan pesisir pantai utara Jakarta mengakibatkan banjir rob. Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah DKI Jakarta, terdapat 26 titik rawan banjir rob di Jakarta Utara.

Kawasan itu antara lain Penjaringan, Pluit, Tanjung Priok, Ancol, Pademangan, Marunda, Koja dan Kelapa Gading.

Seorang warga Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara, Yanto (28) menyebut air laut terus meninggi. Jika sedang pasang, air laut yang berjarak dua meter dari rumah sederhananya, nyaris meluber ke jalan.

Perantau dari Cirebon, Jawa Barat, itu berkata, tatkala ia tiba di Muara Baru tahun 2008 silam, air laut masih lebih rendah dibandingkan bibir tanggul Muara Baru.

"Sekarang kalau air laut pasang, bedanya tinggal 10 sentimeter. Bisa diprediksi, dalam setahun naiknya berapa sentimeter," ujarnya Senin (21/3).

Untuk mengatasi rob, pada Oktober 2014, Pemda DKI Jakarta meresmikan program peninggian tanggul di kawasan Muara Baru. Tanggul baru tersebut ditargetkan akan setinggi 3,2 meter dengan ketinggian 10 meter.

Muara Baru di Kelurahan Penjaringan dipilih karena penurunan permukaan tanah tertinggi di ibukota terjadi di wilayah tersebut.

Rendahnya permukaan tanah dibandingkan air juga terjadi di Kelurahan Mangga Dua, Kecamatan Sawah Besar. Secara kasat mata, anak sungai Ciliwung yang mengalir di depan WTC Mangga Dua tampak lebih tinggi daripada permukaan jalan.

Untuk menghindari melubernya aliran anak sungai yang berhilir di pantai utara Jakarta itu, tanggul setinggi kurang lebih 2,5 meter dibangun di Jalan Gunung Sahari Raya.

Kawasan Mangga Dua ini merupakan daerah paling yang rentan banjir. Pada Februari lalu, setelah hujan turun beberapa hari, kawasan tersebut terendam banjir. Arus lalu lintas dari Salemba dan Ancol yang melalui daerah itu pun terputus.

Menurut Bappeda, penurunan muka tanah Jakarta dapat dibatasi sebesar dua meter jika masyarakat dan industri berhenti menyedot air tanah pada tahun 2020.

Selain itu, solusi lain yang ditawarkan adalah memperbanyak pembuatan sumur resapan. Dua solusi itu dapat mencegah turunnya permukaan tanah Jakarta. (yul/sip)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat