yoldash.net

World Water Forum ke-10 di Bali Bakal Soroti Ekploitasi Air Tanah

World Water Forum (WWF) ke-10 yang akan diselenggarakan di Bali pada 18-25 Mei 2024 akan menyoroti masalah ekploitasi air tanah.
Ilustrasi. World Water Forum (WWF) ke-10 yang akan diselenggarakan di Bali pada 18-25 Mei 2024 akan menyoroti masalah ekploitasi air tanah. (Foto: CNN Indonesia/ Hesti Rika)

Jakarta, Indonesia --

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) menyebut World Water Forum (WWF) ke-10 yang akan diselenggarakan di Bali pada 18-25 Mei 2024 mendatang akan menyoroti berbagai masalah terkait krisis air, salah satunya ekploitasi air tanah.

"Eksploitasi air tanah tentunya juga menjadi salah satu bagian penting dalam WWF, termasuk perumusan kebijakan yang harus diambil oleh negara-negara, baik dalam konteks nasional oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah untuk menjamin bahwa tidak terjadi eksploitasi berlebihan air tanah," ujar Dirjen Kerjasama Multilateral Kementerian Luar Negeri Tri Tharyat dalam konferensi pers daring, Senin (29/4).

Tri menyebut pembahasan ekploitasi air tanah nantinya perlu didukung oleh regulasi dan implementasi dari pihak terkait.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tentunya harus didukung dengan regulasi dan juga implementasi dan penegakan hukum dari pengaturan terkait eksploitasi air tanah tersebut," tuturnya.

ADVERTISEMENT

"Jadi sudah tentu ini menjadi perhatian dalam pembahasan di World Water Forum nanti," imbuhnya.

Ekploitasi air tanah menjadi salah satu isu yang lekat di masyarakat, terutama mereka yang berada di wilayah perkotaan. Pasalnya, eksploitasi air tanah berlebihan menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap penurunan muka tanah.

Pada kota pesisir, seperti Jakarta dan wilayah pantura, penurunan muka tanah yang cepat berpotensi membuat membuat kota-kota tersebut tenggelam.

Dalam sebuah jurnal penelitian oleh Hasanuddin Z. Abidin dan rekannya yang diterbitkan pada 2011, eksploitasi berlebihan air tanah disebut menjadi faktor paling bertanggung jawab menyebabkan penurunan tanah Jakarta.

Selain ekploitasi air tanah, faktor penyebab penurunan muka tanah adalah proses tektonik yang aktif, kompaksi alamiah tanah, dan beban bangunan. Kompaksi alamiah adalah proses pengurangan lapisan sedimen tanah akibat beban sedimen di atasnya.

Krisis air

Krisis air memiliki dua masalah utama, yakni terlalu banyak dan terlalu sedikit. Tri menyebut kedua masalah ini diperparah oleh berbagai masalah yang terjadi di dunia, mulai dari perubahan iklim hingga pertumbuhan populasi yang tak terkendali.

"Masalah terbesar dengan air itu ada dua, too much or too less, terlalu banyak atau terlalu sedikit. Dan situasi saat ini semakin diperparah dengan dampak dari perubahan iklim dan juga meningkatnya konflik di berbagai belahan dunia. Kemudian juga populasi yang terus bertambah tidak terkendali, dan juga termasuk urbanisasi yang tidak terkendali," tutur Tri.

Dalam sebuah laporan dari PBB pada 2022, sekitar 2 miliar orang di dunia tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman. Kemudian, setengah dari populasi dunia mengalami kelangkaan air pada tahun tersebut.

"Hanya 0,5 persen air di Bumi yang dapat digunakan dan tersedia dalam bentuk air tawar - dan perubahan iklim secara berbahaya mempengaruhi pasokan tersebut. Selama dua puluh tahun terakhir, penyimpanan air di permukaan bumi - termasuk kelembaban tanah, salju, dan es - telah menurun dengan laju 1 cm per tahun, dengan konsekuensi besar terhadap keamanan air," dikutip dari laman PBB.

(lom/dmi)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat