yoldash.net

Partai Sayap Kanan Prancis Menang Pemilu, Incar Kursi PM

Partai sayap kanan Prancis RN, mencetak sejarah dalam pemilihan legislatif dengan mengantongi suara terbanyak di putaran pertama pada Minggu (30/6)
Ketua partai sayap kanan Prancis RN, Marine Le Pen, yakin kubunya menang kursi Perdana Menteri. (AFP/EMMANUEL DUNAND)

Jakarta, Indonesia --

Partai sayap kanan Prancis, National Rally (RN), mencetak sejarah dalam pemilihan legislatif dengan mengantongi suara terbanyak di putaran pertama pada Minggu (30/6) mengalahkan partai Presiden Emmanuel Macron.

RN berpeluang membentuk pemerintahan dan berambisi mengamankan kursi perdana menteri. Namun, sebelum ini tercapai, mereka harus melalui putaran kedua serta mengantongi suara mayoritas di Majelis Nasional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua RN Marine Le Pen mengatakan putaran kedua sangat menentukan masa depan Prancis.

"Kami perlu suara mayoritas absolut sehingga Jordan Bardella dalam waktu delapan hari ditunjuk menjadi perdana menteri oleh Emmanuel Macron," kata Le Pen, dikutip AFP, Senin (1/7).

ADVERTISEMENT

Bardella, lanjut dia, ingin menjadi perdana menteri bagi seluruh warga Prancis.

Le Pen juga menegaskan "tak ada warga yang akan kehilangan hak" jika RN memimpin Prancis.

Perempuan 55 tahun itu telah merombak wajah RN menjadi tampak agak moderat. Namun, akademisi dari Universitas Toulouse Capitole ragu perubahan telah terjadi dalam partai.

"Apakah partainya sama busuk, dengan xenophobia, anit-semit, anti Muslim, anti minoritas? Kami tahu yang diperjuangkan sayap kanan," kata Capitole, dikutip Al Jazeera.

Prancis menggelar pemilihan legislatif pada 30 Juni. Menurut jajak pendapat Ipsos, RN meraup suara 34 persen, disusul partai New Popular Front dengan 28,1 persen, dan koalisi Ensemble dari Macron dengan 21,27 persen.

Perolehan suara RN kemungkinan akan membuat mereka menempati 260 hingga 310 dari 577 kursi parlemen.

Namun, pemilu berlanjut ke putaran kedua pada 7 Juli. Ini karena tak ada kandidat yang meraih lebih dari 50 persen suara dan setidaknya 25 persen dari total pemilih terdaftar,demikian dikutip Reuters.

Sejumlah pihak menduga kelompok sayap kanan ini tak akan mudah mengantongi suara mayoritas. Peluang RN mengamankan kekuasaan bergantung kesepakatan lawan politik di hari-hari mendatang.

Prancis juga disebut-sebut akan mengalami kelumpuhan politik dan negosiasi dalam mencari pemerintahan berkelanjutan.

Lembaga analisis risiko Eurasia Group menyatakan RN "mungkin" tak akan mencapai mayoritas absolut.

"[Prancis menghadapi] setidaknya 12 bulan jika Majelis Nasional diblok dengan kejam," demikian menurut mereka.

Tokoh ternama dari kelompok sayap kiri Raphael Glucksmann juga mewanti-wanti Prancis akan dalam bahaya jika RN berkuasa.

"Kita punya Waktu tujuh hari untuk mencegah Prancis dari bencana," ujar dia.

PM Prancis saat ini Gabriel Attal hingga Macron juga akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyingkirkan RN.

"RN seharusnya tak mendapat satu suara pun di putaran kedua," kata Attal.

Di masa lalu, partai-partai berhaluan kanan-tengah dan kiri-tengah bekerja sama untuk menghalangi RN dari kekuasaan. Namun dinamika tersebut kini kian samar.

(isa/bac)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat