yoldash.net

Emomali Rahmon, Presiden Tajikistan yang Larang Atribut Islam

Tajikistan menjadi sorotan usai kembali menerapkan aturan anti-Islam dengan meloloskan undang-undang yang melarang penggunaan hijab, pekan lalu.
Tajikistan menjadi sorotan usai kembali menerapkan aturan anti-Islam dengan meloloskan undang-undang yang melarang penggunaan hijab, pekan lalu. (AFP/ALEXANDER KAZAKOV)

Daftar Isi
  • Profil Emomali Rahmon
  • Islam sebagai alat politik
  • Berawal dari teknisi
Jakarta, Indonesia --

Tajikistan menjadi sorotan usai kembali menerapkan aturan anti-Islam dengan meloloskan undang-undang yang melarang penggunaan hijab, pekan lalu.

Pemerintah beralasan larangan penggunaan hijab ditetapkan "demi melindungi nilai-nilai budaya nasional" dan "mencegah takhayul serta ekstremisme."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ini bukan kali pertama Tajikistan menerapkan aturan anti-Islam. Pemerintah sebelumnya melarang pria memiliki jenggot karena dinilai termasuk ke dalam kelompok radikal.

Aturan-aturan anti-Islam semacam ini bermunculan sejak Emomali Rahmon memimpin Tajikistan mulai tahun 1994 lalu. Presiden negara mayoritas Muslim itu ingin agar Tajikistan menjadi negara yang sekuler.

ADVERTISEMENT

Profil Emomali Rahmon

Rahmon dapat dikatakan sebagai pemimpin yang tak sengaja menjadi presiden seumur hidup Tajikistan karena dukungan keadaan.

Tajikistan semula merupakan republik konstituen dari Uni Soviet. Sejak 1991, negara itu merdeka dan pemilu langsung digelar, yang memenangkan Rahmon Nabiyev sebagai presiden pertama negara itu.

Nabiyev meraup 57 persen suara dalam pemilu langsung pertama tersebut.

Meski merdeka, kondisi Tajikistan tak serta merta langsung stabil. Pemberontakan dan demonstrasi pecah di mana-mana.

Pada 1992, demo anti-pemerintah di ibu kota Dushanbe berubah menjadi perang sipil antara pasukan pemerintah, kelompok Islam, dan kelompok pro-demokrasi. Perang itu menewaskan 20 ribu orang dan membuat anjlok ekonomi Tajikistan.

Kekacauan itu pun memaksa Nabiyev mundur pada September 1992, demikian dikutip dari Radio Free Europe.

Usai kepergian Nabiyev, jabatan presiden ditiadakan. Ketua parlemen Tajikistan, yang saat itu diduduki Rahmon, otomatis menjadi kepala negara de facto.

Rahmon mulai melancarkan aksinya dengan memberangus semua partai oposisi dan menyisakan Partai Komunis Tajikistan sebagai satu-satunya partai oposisi sah di negara itu.

Pada 6 November 1994, Rahmon menjadi presiden usai menang "pemilu semu". Di tahun itu, ia berhasil mencapai perjanjian gencatan senjata dengan pemberontak Islam.

Pada 1997, rezim Rahmon dan kelompok pemberontak United Tajik Opposition (UTO) menyepakati perjanjian damai. Meski mengampuni para oposisi, Rahmon mengontrol ketat gerakan oposisi dan pemberontak.

Islam sebagai alat politik

Sejak berkuasa, Rahmon terus berusaha keras menjadikan Tajikistan sebagai negara sekuler yang bebas dari nilai-nilai agama, terutama Islam. Pasalnya, ia menganggap Islam sebagai ancaman terhadap kepemimpinannya menyusul perang sipil dahulu melawan UTO.

Kendati begitu, Rahmon tetap memanfaatkan Islam sebagai alat diplomasi, terutama dalam mendekati negara-negara berpenduduk Muslim di Arab.

Bahkan pada 1993, dua minggu sebelum berkunjung ke Arab Saudi, Rahmon bersedia masuk Islam dan mempelajari agama tersebut. Hasilnya, ia mendapatkan jutaan dolar bantuan finansial dari negara Arab usai tur diplomasinya ke sejumlah negara di Timur Tengah.

Meski begitu, Rahmon tetap membatasi pengaruh agama terutama Islam di negaranya. Laporan Kementerian Luar Negeri AS soal Freedom of Religion pada 1997 menyebutkan Rahmon bahkan tidak segan mengampanyekan Islam sebagai ancaman pemerintah dan masyarakat.

Tak hanya Islam, Tajikistan juga membatasi dan mengontrol ketat praktik keagamaan lainnya seperti Kristen dan Yahudi.

"Pemerintah Tajikistan menekan semua aktivitas keagamaan secara mandiri menjadi dikontrol negara, khususnya aktivitas umat Islam, Protestan, dan Saksi-Saksi Yehuwa. Pemerintah juga memenjarakan individu atas tuduhan kriminal yang tidak terbukti terkait dengan aktivitas dan afiliasi keagamaan Islam," bunyi laporan tahunan US Commission on International Religious Freedom soal Tajikstan pada 2013.

Berawal dari teknisi

Rahmon merupakan kelahiran 1952 di Kulob Oblast, Uni Soviet. Ia dibesarkan di keluarga tentara, di mana sang ayah, Sharif Rahmonov, merupakan veteran tentara Soviet atau Red Army yang ikut berperang dalam Perang Dunia II.

Rahmon muda sempat mengabdi sebagai tentara Soviet yang bertugas di kapal induk Soviet di Pasifik pada 1971-1974.

Setelah merampungkan dinasnya, Rahmon kembali ke kampung halaman dan bekerja sebagai tukang listrik.

Ia kemudian mengambil jurusan ekonomi di Tajik State National University.

Rahmon mulai menjajaki dunia politik sekitar 1990 usai terpilih menjadi wakil DPRD Tajik Soviet.

Sejak itu, karir Rahmon terus menanjak hingga akhirnya terpilih sebagai presiden sampai hari ini.

(blq/rds)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat