Emomali Rahmon, Presiden Tajikistan yang Larang Atribut Islam
Daftar Isi
- Profil Emomali Rahmon
- Islam sebagai alat politik
- Berawal dari teknisi
Tajikistan menjadi sorotan usai kembali menerapkan aturan anti-Islam dengan meloloskan undang-undang yang melarang penggunaan hijab, pekan lalu.
Pemerintah beralasan larangan penggunaan hijab ditetapkan "demi melindungi nilai-nilai budaya nasional" dan "mencegah takhayul serta ekstremisme."
Ini bukan kali pertama Tajikistan menerapkan aturan anti-Islam. Pemerintah sebelumnya melarang pria memiliki jenggot karena dinilai termasuk ke dalam kelompok radikal.
Aturan-aturan anti-Islam semacam ini bermunculan sejak Emomali Rahmon memimpin Tajikistan mulai tahun 1994 lalu. Presiden negara mayoritas Muslim itu ingin agar Tajikistan menjadi negara yang sekuler.
Profil Emomali Rahmon
Rahmon dapat dikatakan sebagai pemimpin yang tak sengaja menjadi presiden seumur hidup Tajikistan karena dukungan keadaan.
Tajikistan semula merupakan republik konstituen dari Uni Soviet. Sejak 1991, negara itu merdeka dan pemilu langsung digelar, yang memenangkan Rahmon Nabiyev sebagai presiden pertama negara itu.
Nabiyev meraup 57 persen suara dalam pemilu langsung pertama tersebut.
Meski merdeka, kondisi Tajikistan tak serta merta langsung stabil. Pemberontakan dan demonstrasi pecah di mana-mana.
Pada 1992, demo anti-pemerintah di ibu kota Dushanbe berubah menjadi perang sipil antara pasukan pemerintah, kelompok Islam, dan kelompok pro-demokrasi. Perang itu menewaskan 20 ribu orang dan membuat anjlok ekonomi Tajikistan.
Kekacauan itu pun memaksa Nabiyev mundur pada September 1992, demikian dikutip dari Radio Free Europe.
Usai kepergian Nabiyev, jabatan presiden ditiadakan. Ketua parlemen Tajikistan, yang saat itu diduduki Rahmon, otomatis menjadi kepala negara de facto.
Rahmon mulai melancarkan aksinya dengan memberangus semua partai oposisi dan menyisakan Partai Komunis Tajikistan sebagai satu-satunya partai oposisi sah di negara itu.
Pada 6 November 1994, Rahmon menjadi presiden usai menang "pemilu semu". Di tahun itu, ia berhasil mencapai perjanjian gencatan senjata dengan pemberontak Islam.
Pada 1997, rezim Rahmon dan kelompok pemberontak United Tajik Opposition (UTO) menyepakati perjanjian damai. Meski mengampuni para oposisi, Rahmon mengontrol ketat gerakan oposisi dan pemberontak.
Islam sebagai alat politik
Sejak berkuasa, Rahmon terus berusaha keras menjadikan Tajikistan sebagai negara sekuler yang bebas dari nilai-nilai agama, terutama Islam. Pasalnya, ia menganggap Islam sebagai ancaman terhadap kepemimpinannya menyusul perang sipil dahulu melawan UTO.
Kendati begitu, Rahmon tetap memanfaatkan Islam sebagai alat diplomasi, terutama dalam mendekati negara-negara berpenduduk Muslim di Arab.
Bahkan pada 1993, dua minggu sebelum berkunjung ke Arab Saudi, Rahmon bersedia masuk Islam dan mempelajari agama tersebut. Hasilnya, ia mendapatkan jutaan dolar bantuan finansial dari negara Arab usai tur diplomasinya ke sejumlah negara di Timur Tengah.
Meski begitu, Rahmon tetap membatasi pengaruh agama terutama Islam di negaranya. Laporan Kementerian Luar Negeri AS soal Freedom of Religion pada 1997 menyebutkan Rahmon bahkan tidak segan mengampanyekan Islam sebagai ancaman pemerintah dan masyarakat.
Tak hanya Islam, Tajikistan juga membatasi dan mengontrol ketat praktik keagamaan lainnya seperti Kristen dan Yahudi.
"Pemerintah Tajikistan menekan semua aktivitas keagamaan secara mandiri menjadi dikontrol negara, khususnya aktivitas umat Islam, Protestan, dan Saksi-Saksi Yehuwa. Pemerintah juga memenjarakan individu atas tuduhan kriminal yang tidak terbukti terkait dengan aktivitas dan afiliasi keagamaan Islam," bunyi laporan tahunan US Commission on International Religious Freedom soal Tajikstan pada 2013.
Berawal dari teknisi
Rahmon merupakan kelahiran 1952 di Kulob Oblast, Uni Soviet. Ia dibesarkan di keluarga tentara, di mana sang ayah, Sharif Rahmonov, merupakan veteran tentara Soviet atau Red Army yang ikut berperang dalam Perang Dunia II.
Rahmon muda sempat mengabdi sebagai tentara Soviet yang bertugas di kapal induk Soviet di Pasifik pada 1971-1974.
Setelah merampungkan dinasnya, Rahmon kembali ke kampung halaman dan bekerja sebagai tukang listrik.
Ia kemudian mengambil jurusan ekonomi di Tajik State National University.
Rahmon mulai menjajaki dunia politik sekitar 1990 usai terpilih menjadi wakil DPRD Tajik Soviet.
Sejak itu, karir Rahmon terus menanjak hingga akhirnya terpilih sebagai presiden sampai hari ini.
(blq/rds)[Gambas:Video CNN]
Terkini Lainnya
-
Ribuan Aparat Gabungan Dikerahkan Amankan Hari Bhayangkara di Monas
-
Sidang Praperadilan Pegi Setiawan Digelar Hari Ini, Polda Jabar Hadir
-
Pencari Suaka Pasang Tenda di Setiabudi, Heru Budi Koordinasi UNHCR
-
FOTO: Tolak Ubah Usia Wamil Israel, Warga Yahudi Bentrok dengan Polisi
-
VIDEO: Serangan bom Rusia ke Kharkiv, Bayi 8 Bulan Jadi Korban Luka
-
Demo Pecah di Israel, Warga Tolak Perubahan Usia Wamil Jadi 21 Tahun
-
Inflasi Juni Capai 2,51 Persen Gara-gara Harga Makanan - Minuman
-
Mulai 5 Juli, Biaya Admin Tarik Tunai EDC BCA Rp4.000
-
Daftar Lengkap Tarif Dasar Listrik per Juli 2024
-
Daftar 5 Tim Negara Lolos ke Perempat Final Copa America 2024
-
Netizen Berduka Pebulutangkis China Zhang Zhi Meninggal di AJC 2024
-
Respons Gregoria Mariska usai Pebulutangkis Zhang Zhi Jie Meninggal
-
Arkeolog Malaysia Temukan Patung Buddha Lebih Tua dari Borobudur
-
Bahaya Kebocoran Data Pribadi, Termasuk Dicatut Buat Pinjol
-
Daftar Hp Tidak Bisa Pakai WA Juli 2024, Termasuk iPhone dan Samsung
-
Perpanjangan SIM Harus Pakai BPJS Dimulai Hari Ini
-
Siap-siap Ramai di Jalan, BYD Serahkan 1.000 Mobil Listrik ke Konsumen
-
Mitsubishi Xpander Cross Elite Edisi Terbatas
-
Wonderland, Film Park Bo-gum hingga Suzy Tayang Juli 2024 di Netflix
-
Voice of Baceprot Usai Debut di Glastonbury: Baceprot till Die!
-
Di Glastonbury, Coldplay Ajak Fan Kirim Cinta ke Israel dan Palestina
-
Bayi Meninggal Usai Vaksin, Kemenkes Sebut Imunisasi Ganda Aman
-
Berapa Langkah Maksimal Jalan Kaki Sehari?
-
Ci(n)ta Rasa William Wongso