yoldash.net

Suar Demo Pro-Gaza di Kampus AS hingga Sejarah Protes di Univ Columbia

Columbia University bisa jadi suar bagi kampus lain untuk menggelar demo dukung Palestina di tengah agresi Israel di Gaza.
Demo mahasiswa Columbia University bela Palestina dari agresi Israel. (REUTERS/Eduardo Munoz)

Jakarta, Indonesia --

Columbia University bisa jadi suar bagi kampus lain untuk menggelar demo dukung Palestina di tengah agresi Israel di Gaza.

Aksi di salah satu kampus Ivy League itu terjadi pada pertengahan April. Mereka juga mendirikan tenda di kawasan kampus.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para pedemo ini menuntut kampus memutus hubungan dengan lembaga-lembaga di Israel dan mendesak gencatan senjata.

Mereka juga berusaha menduduki Hamilton Hall, gedung yang punya nilai historis dalam pergerakan di kampus tersebut. Banyak pihak menilai aksi ini mirip dengan Sejarah Protes 1968.

ADVERTISEMENT

"Ketika Anda ke Columbia, Anda tahu bahwa Anda pergi ke institusi yang mendapat tempat terhormat dalam sejarah protes Amerika," kata profesor dari Universitas Fordham, Mark Naison, dikutip Associated Press.

Dia lalu berujar, "Kapan pun ada pergerakan, Anda tahu Columbia pasti hadir."

Namun, aksi dukung Palestina baru-baru ini memanas usai polisi menangkap pengunjuk rasa di Universitas Columbia.

Setelah penangkapan tersebut, banyak kampus menggelar aksi serupa.

Protes semacam itu bukan hal baru di Universitas Columbia. Kampus ini punya sejarah sendiri tentang gerakan di Amerika Serikat.

Pada April 1968, Universitas Columbia menyita perhatian usai terjadi kerusuhan dalam demonstrasi.

Saat itu, pedemo marah karena keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Vietnam dan rencana kampus membangun pusat kebugaran di dekat Morningside Height.

Para pelajar Universitas Columbia menganggap kampus mencuri lahan dan sumber daya dari kawasan West Harlem. Aksi ini dikenal "Gym Crow" dan menjadi saksi perjuangan epik kampus yang bersejarah dan masyarakat yang lebih luas.

Sebagai bentuk kekecewaan, para pelajar ini mengambil alih gedung-gedung kampus termasuk Hamilton Hall, demikian dikutip NBC News.

Mereka juga dilaporkan membentuk barikade dan menawan penjabat dekan Henry S Coleman di Hamilton Hall selama satu malam.

Kampus lantas meminta bantuan polisi dan 1.000 personel pun dikerahkan. Bentrok tak terhindarkan.

"Kami bertempur sengit dengan polisi. Ini jauh lebih kejam dari apa yang kita lihat sejauh ini dalam demonstrasi-demonstrasi sekarang," kata salah satu pedemo di kampus itu, Juan Gonzales.

Menurut laporan pers kampus, Columbia Spectator, polisi menangkap hampir 700 orang dan 100 lainnya mengalami luka-luka.

Dari korban luka, empat di antaranya mengalami luka parah di kepala.

Media kampus itu menggambarkan tindakan polisi sebagai "unjuk kekuatan yang brutal dan berdarah."

Kampus pada akhirnya menghentikan pembangunan pusat olahraga di Morningside dan memutus hubungan dengan Lembaga think tank yang terkait dengan Pentagon.

Tahun-tahun selanjutnya demo tetap menggema di Universitas Columbia.

Pada 1985, mereka menduduki gedung kampus untuk memprotes agar sekolah melakukan divestasi dengan perusahaan yang berbisnis di Afrika Selatan. Ini sebagai bentuk para pedemo menolak aksi apartheid di Benua Hitam.

Tujuh tahun kemudian, para pelajar kembali merebut Hamilton Hall untuk menentang rencana kampus mengubah ballroom, tempat Malcolm X tewas, menjadi pusat penelitian biomedis.

Malcolm X merupakan aktivis kulit hitam yang memperjuangkan hak sipil dan kelompok minoritas.

(isa/bac)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat