yoldash.net

Cuaca Panas Dongkrak Penjualan AC di RI

Asosiasi Praktisi Pendingin dan Tata Udara Indonesia (Apitu) menyebut cuaca panas belakangan ini membuat 20 ribu unit AC terjual dalam sebulan.
Asosiasi Praktisi Pendingin dan Tata Udara Indonesia (Apitu) menyebut cuaca panas belakangan ini membuat 20 ribu unit AC terjual dalam sebulan. (: iStockphoto/simpson33).

Jakarta, Indonesia --

Cuaca panas yang telah beberapa minggu melanda kawasan dunia termasuk Asia Tenggara, mendorong konsumsi mesin pendingin ruangan (air conditioner atau AC) yang makin tinggi.

Asosiasi Praktisi Pendingin dan Tata Udara Indonesia (Apitu) memperkirakan sejak cuaca yang sangat panas tahun lalu, rata-rata terjual sedikitnya 20 ribu unit AC di Indonesia dalam sebulan. Itu berarti, dalam setahun 240 ribu unit dengan berbagai daya dan kapasitas ludes.

"Ke depan pastinya akan terus terjadi lonjakan konsumsi AC. Terbukti saat ini banyak brand produsen AC dari luar negeri berlomba-lomba merebut pasar penjualan AC di Indonesia," kata Ngadiyanto Sekjen Apitu kepada Indonesia di Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada umumnya, mesin pendingin ruangan di Indonesia dijual dalam kapasitas 0,5 sampai dengan 2 PK (paard kracht atau daya kuda, satuan yang dipakai untuk mengukur daya mesin mendinginkan ruangan). Rata-rata satu unit mesin AC membutuhkan 850 watt daya listrik agar dapat berfungsi mendinginkan ruang.

Tingginya angka pertumbuhan pemakaian AC saat ini menurut Ngadiyanto menunjukkan publik melihat pendingin ruangan sebagai alat bantu utama hidup sehari-hari.

ADVERTISEMENT

"Sekarang sudah jadi kebutuhan pokok. Jaman dulu AC diasosiasikan sebagai barang mewah, untuk kalangan tertentu. Sekarang tidak lagi," tambahnya.

Jutaan unit laku

Akibat perubahan iklim dan cuaca ekstrem yang menyebabkan suhu bumi terus naik, Apitu memperkirakan konsumsi AC akan terus melonjak pada tahun-tahun mendatang.

"Perkiraannya sampai 5 tahun ke depan bisa sampai ada penambahan 1,2 juta unit AC baru di Indonesia. Jutaan memang kebutuhannya," tambahnya.

Konsumsi ini diakui akan membebani produksi energi nasional, terlebih karena baru sebagian kecil produk AC di Indonesia bertipe inverter - yang diklaim mampu menghemat daya listrik hingga hanya 30 persen daya pendingin konvensional.

Teknologi inventer menyebabkan harga AC lebih mahal sekitar dua kali lipat dari AC biasa.

"Pasokan daya listrik ke depan memang harus disiapkan untuk antisipasi konsumsi mesin pendingin ini. Kalau di negara-negara maju, semua AC sudah menggunakan teknologi inverter," kata Ngadiyanto.

Menurut Apitu pemerintah saat ini mewajibkan produsen AC untuk melengkapi produknya dengan label hemat energi dengan menyematkan tanda bintang di unitnya. Kewajiban ini diberlakukan untuk mendorong agar makin banyak produsen menghasilkan AC hemat listrik karena sebagian besar AC buatan Indonesia konsumsi dayanya masih dianggap terlalu boros.

Sementara itu kalangan pegiat lingkungan mengkhawatirkan melonjaknya konsumsi AC akan berujung pada konsumsi batubara yang makin besar. Batu bara adalah bahan baku utama produksi listrik Indonesia saat ini, meski dianggap sebagai energi kotor dan penyebab terjadinya krisis iklim. Produksi listrik dari energi terbarukan baru mencapai 14 persen dari seluruh kebutuhan energi nasional.

[Gambas:Video CNN]



(dsf)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat