yoldash.net

BMKG Ungkap Deret Kota RI yang 'Terbakar' 30 Tahun Terakhir

Berdasarkan Urban Heat Island (UHI), sejumlah kota besar di Indonesia terdeteksi makin membara. Simak daftarnya.
Ilustrasi. Simak deret kota yang panasnya membara. (REUTERS/CARLOS BARRIA)

Jakarta, Indonesia --

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap beberapa kota besar di Indonesia makin memanas akibat kondisi lahan yang kebanyakan aspal dan beton.

Hal itu terkait fenomena peningkatan suhu pada wilayah perkotaan yang dikenal sebagai Urban Heat Island (UHI), yang merupakan fenomena alam berupa tingginya temperatur atau suhu daerah perkotaan dibandingkan pedesaan.

"UHI ini harus kita mitigasi bersama. Perlu kesadaran dan aksi nyata untuk menghadapi UHI ini," ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dalam siaran pers lembaga.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam 30 tahun terakhir, kata dia, efek UHI relatif cukup kuat dirasakan. Ia pun mengungkap sejumlah kota besar di Indonesia yang masuk dalam 20 persen kota dengan nilai Land Surface Temperature (LST) terbesar.

ADVERTISEMENT

Yakni, kawasan Jakarta, Bogor, Tangerang Bekasi (Jabodetabek), Medan, Surabaya, Makassar, dan Bandung. Menurut dia, adalah permukaan yang kedap air dan lebih sedikit vegetasi menambah efek dari UHI tersebut.

Melansir NASA, LST menunjukkan seberapa panas 'permukaan' Bumi jika disentuh di lokasi tertentu. Dari sudut pandang satelit, 'permukaan' ini berarti segala sesuatu yang dilihat satelit ketika memantay melalui atmosfer hingga ke Bumi.

Penyebab

Dwikorita menerangkan peningkatan suhu yang terkait dengan fenomena UHI perkotaan bervariasi tergantung pada tutupan lahan.

Fenomena ini, kata dia, dipicu oleh beberapa faktor, diantaranya struktur geometris kota yang rumit, sedikitnya vegetasi, hingga efek rumah kaca. Selain itu, perubahan tutupan lahan yang menjadi lahan terbangun juga memperparah terjadinya UHI.

Badan Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan 2023 sebagai tahun terpanas. Anomali suhu rata-rata global mencapai 1,45 derajat Celsius di atas zaman pra industri.

Angka ini, kata Dwikorita, nyaris menyentuh batas yang disepakati dalam Paris Agreement tahun 2015 bahwa dunia harus menahan laju pemanasan global pada angka 1,5 derajat C.

Pada 2023, terjadi rekor suhu global harian baru dan terjadi bencana heat wave ekstrem yang melanda berbagai kawasan di Asia dan Eropa.

"Rekor iklim yang terjadi di tahun 2023 bukanlah kejadian acak atau kebetulan, melainkan tanda-tanda jelas dari pola yang lebih besar dan lebih mengkhawatirkan yaitu perubahan iklim yang semakin nyata," tambah Dwikorita.

Pusat Pendidikan Sains University Corporation for Atmospheric Research (UCAR) SciED menyebut UHI menggambarkan perbedaan suhu lokal, umumnya antara daerah perkotaan dan pedesaan.

Namun, indeks panas perkotaan ini tak terkait langsung sebagai pemicu perubahan iklim. Pemanasan global mengacu pada kenaikan suhu permukaan Bumi secara keseluruhan.

Para ilmuwan memperhitungkan panas perkotaan saat mereka mengukur suhu Bumi sehingga tidak mempengaruhi pengukuran iklim global.

[Gambas:Video CNN]

(tim/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat