Deret Kepulauan yang Terancam Hilang Imbas Krisis Iklim, RI Masuk?
![Deret Kepulauan yang Terancam Hilang Imbas Krisis Iklim, RI Masuk? Krisis iklim memicu kenaikan muka air laut dan mengancam banyak pulau. Simak daftar wilayah rentan berikut.](https://akcdn.detik.net.id/visual/2021/06/18/maladewa_169.jpeg?w=650&q=90)
Perubahan iklim dapat meningkatkan permukaan air laut dan mengancam eksistensi banyak pulau dengan ketinggian rendah hingga ke level 'tidak layak huni'. Mana saja wilayah rentan itu?
Beberapa pulau kecil yang masuk jenis Atoll (berbentuk cenderung bulat) seperti yang ada di Maladewa atau Maldives, Tuvalu, Kiribati, dan Kepulauan Marshall, tercatat punya ketinggian hanya beberapa meter saja di atas permukaan laur.
Hal ini menjadikan mereka sebagai tempat-tempat yang paling berisiko terhadap naiknya air laut akibat perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir LiveScience, sudah ada lima pulau tak berpenghuni di Kepulauan Solomon yang lenyap ditelan gelombang dalam satu abad terakhir.
ADVERTISEMENT
Pulau Maladewa, Kiribati, Tuvalu, dan Kepulauan Marshall memiliki persentase wilayah paling berisiko tertinggi karena semuanya masuk jenis Pulau Atoll.
Negara-negara lain juga memiliki pulau-pulau di dataran rendah, namun memiliki lebih banyak dataran tinggi yang bisa dijadikan tempat pengungsian jika air laut naik.
Untuk lebih lengkapnya, berikut beberapa pulau dataran rendah yang terancam perubahan iklim:
Mainadhoo, Atol Huvadhoo, Maladewa
Para ilmuwan sebenarnya tidak memiliki data ketinggian yang akurat untuk pulau-pulau terpencil ini. Jika pun ada, informasi tersebut tidak dapat memprediksi kapan pulau-pulau tersebut akan tenggelam.
"Kepulauan Atoll adalah tempat yang sangat dinamis. Bentuknya berubah, mereka tumbuh di ketinggian. Kadang-kadang mereka bergabung dengan sangat cepat," kata Geronimo Gussmann, peneliti di Global Climate Forum.
Pasir dapat membentuk pulau-pulau terumbu karang seperti itu, demikian menurut studi pada 2018 yang mempelajari pulau Mainadhoo di Maladewa.
Namun, pulau-pulau mendapatkan pasir baru dari terumbu karang, sementara pemanasan global membunuh karang.
Pada suhu tambahan 3,6 derajat Fahrenheit (2 derajat Celsius), 99 persen terumbu karang mati. Pada suhu 2,7 F (1,5 derajat C), beberapa karang masih tersisa.
Pulau Roi-Namur, Kwajalein Atoll, Republik Kepulauan Marshall
Pulau-pulau sebenarnya tidak perlu hilang agar tidak bisa dihuni. Salah satu penyebabnya adalah ketika ombak melanda pulau-pulau yang letaknya rendah, air tanah murni akan terkontaminasi dengan garam.
Laut yang lebih tinggi berarti sering terjadi banjir dan air tanah tidak dapat pulih dari genangan harian atau bahkan tahunan, pohon-pohon pangan pun mati dan air harus diimpor.
Makalah tahun 2018 di Science Advances menganalisis banjir di Roi-Namur di Kepulauan Marshall. Laporan tersebut memperkirakan bahwa sebagian besar pulau-pulau Atoll tidak akan memiliki air minum pada 2060-an, jika target iklim global tidak tercapai.
Atau, pada 2030-an jika lapisan es runtuh karena "skenario terburuk" perubahan iklim. Ribuan penduduk Kepulauan Marshall telah bermigrasi.
Mundoo, Laamu Atoll, Maladewa
Banyak penduduk pulau ini yang beradaptasi, meskipun terjadi banjir besar, sehingga mendefinisikan "layak huni" saja tidak mudah.
Hanya beberapa blok lebarnya di ujung terluar, pulau Mundoo di Maladewa memiliki sekolah, pantai yang indah, dan sejumlah tim olahraga. Jumlah penduduknya kurang dari 200 orang di sini tetapi jumlah tersebut pun mengejutkan.
Pada 2004, banjir menghancurkan Mundoo dan negara tetangganya Kalhaidhoo. Pemerintah mengumumkan bahwa kedua pulau tersebut tidak akan berpenghuni di masa mendatang
"Mundoo pada dasarnya tidak menerima investasi sektor publik," kata Gussmann.
Namun, banyak keluarga Mundoo yang datang kembali. Pulau-pulau yang tidak mendapat pendanaan dari pemerintah pusat, kata Gussmann, mungkin akan menjadi tidak berpenghuni terlebih dahulu, namun kemauan politik bisa membawa kejutan.
Fongafale, Funafuti Atoll, Tuvalu
Tuvalu, ibu kota pulau Fongafale, adalah rumah bagi sekitar 4.000 orang. Pada tahun 2100, 95% pulau ini mungkin akan dilanda banjir saat air pasang.
Untuk mengatasi hal ini, Tuvalu baru-baru ini menambahkan dataran tinggi buatan di salah satu sisi pulau. Rencana jangka panjangnya melibatkan perluasan pulau sekitar 50 persen, kemudian pada akhirnya meninggikan kedua sisinya.
Namun, hasil analisis terhadap berbagai faktor risiko pada 2022 menemukan bahwa upaya perlindungan ini pun mungkin tidak membuat pulau-pulau tersebut tetap layak huni.
Menurunnya ekosistem akan merugikan pariwisata, perikanan, dan kemampuan penduduk pulau untuk mendanai solusi. Skala dan kecepatan upaya global untuk membatasi perubahan iklim akan menghasilkan perbedaan yang nyata.
Pada akhirnya, kepulauan dan komunitas pulau mana yang dapat bertahan akan sangat bergantung pada bagaimana negara-negara lain meresponsnya.
(rfi/arh)Terkini Lainnya
-
FOTO: Penertiban Tenda Pencari Suaka di Setiabudi Jakarta
-
Polisi Ungkap Adik Remaja Bunuh Ayah di Duren Sawit Ikut Terlibat
-
Heru Budi: Pencari Suaka di Depan UNHCR Dikembalikan ke Tempat Layak
-
Viral Gereja di Meksiko Jual Lapak Surga Rp1,6 Juta per Meter Persegi
-
Korut Klaim Sukses Uji Coba Rudal Nuklir buat Gertak AS dan Sekutu
-
Tak Bisa Dituntut, Mahkamah Agung AS Putuskan Trump Kebal Hukum
-
Pelni Ajukan PMN Rp500 M Buat Ganti Kapal Usang Berusia 39 Tahun
-
Jokowi Bahas Nasib Wacana Bea Masuk 200 Persen Impor Produk China
-
28 Perusahaan Garmen-Tekstil Mulai Pangkas Hari Kerja Imbas Lesu Order
-
Kata-kata Diogo Costa Jadi Pahlawan Portugal di 16 Besar Euro 2024
-
Indra Sjafri Ungkap Pelajaran Berharga dari Toulon Cup 2024
-
Guinness World Record Ledek Ronaldo Nangis, Sindir Paceklik Gol
-
Daftar Hp Tidak Bisa Pakai WA Juli 2024, Termasuk iPhone dan Samsung
-
VIDEO: Detik-detik Roket China Tak Sengaja Meluncur dan Meledak
-
Siapa Brain Chiper yang Ngaku Jadi Pembobol PDNS 2?
-
Data Apa Saja Harus Dibawa Saat Bikin SIM Pakai BPJS?
-
Singapura Bakal Larang Sepeda Motor Tua dan Batasi Mesin Diesel
-
Syarat Perpanjang SIM Pakai BPJS Berlaku 1 Juli 2024
-
Perjalanan Cinta Ayu Ting Ting dengan Fardhana hingga Batal Menikah
-
Apa Itu Acara Clash of Champions yang Viral di Media Sosial?
-
Ramai Tren Cek Khodam di Media Sosial, Apa Hukumnya dalam Islam?
-
INFOGRAFIS: Polutan, Kamu Ngapain Aja di dalam Tubuh?
-
Ci(n)ta Rasa William Wongso