yoldash.net

Ahli Jelaskan Penyebab Pulau Pari Hampir 'Tenggelam'

Sejumlah kawasan di Pulau Pari di kawasan Kepulauan Seribu, Jakarta hampir tenggelam. Apa penyebabnya?
Pulau Pari terancam tenggelam karena perubahan iklim. Namun warga pulau tersebut mengguggat Holcim atas aktivitasnya karena diduga menjadi salah satu penyebab naiknya permukaan air laut Foto: Arsip Istimewa

Jakarta, Indonesia --

Sejumlah pakar buka suara mengungkap penyebab terendamnya sejumlah area di pulau Pari, Kepulauan Seribu. Perubahan iklim disebut jadi faktor kuat penyebabnya.

Kondisi ini berkenaan dengan empat warga Pulau Pari, Kepulauan Seribu, menggugat perusahaan semen Holcim Limited ke pengadilan Swiss karena aktivitas perusahaan dinilai memperburuk perubahan iklim terutama di pulau tempat mereka tinggal.

Keempat warga ini meminta Holcim untuk membayar kompensasi atas kerugian yang mereka dapatkan karena aktivitas perusahaan tersebut dinilai berkontribusi menyebabkan level permukaan laut semakin tinggi di Pulau Pari, hingga menyebabkan beberapa bangunan warga termasuk usaha rumah singgah di pulau itu terendam air.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dosen Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran, Dicky Muslim mengungkapkan banjir di Pulau Pari murni akibat perubahan iklim.

ADVERTISEMENT

"Betul (perubahan iklim). Kalau menurut penelitian-penelitian di kami di geologi perubahan suhu bumi ini memang dalam posisi naik, kemudian keberadaan industri yang memberikan kontribusi besar terhadap perubahan iklim," ujar Dicky kepada Indonesia.com, lewat sambungan telepon, Kamis (25/8).

Dengan demikian sejumlah pulau-pulau kecil yang berada di laut harus bersiaga akan adanya potensi tenggelam. Namun ia tak menyebut kapan proses penenggelaman berlangsung.

Namun, kata Dicky, apabila kejadian banjir dikaitkan secara langsung dengan aktivitas industri, ia ragu. Pasalnya, hanya sedikit pengaruh industri secara langsung.

"Kalau hubungan langsungnya sih kayanya engga ada ya. Kalau dari sisi rantai material gitu, misalnya gara-gara dibangun pabrik, di satu tempat jadi lebih panas dibanding yang lain, tentunya tidak ada laporannya sih ya," beber dia.

Lebih lanjut ia menyarankan kepada warga Pulau Pari harus waspada dan perlu adanya adaptasi dengan lingkungan yang rentan terhadap banjir.

Terpisah, Ahli Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas menilai banjir di wilayah Pulau Pari itu merupakan fenomena abrasi, lantaran air perlahan menggerus bibir pantai.

"Ini ada proses abrasi. Air laut itu menggerus pantai, seolah-olah membanjiri kemudian tanahnya seolah hilang," ujar Heri kepada Indonesia.com lewat sambungan telepon, Kamis (25/8).

Meski demikian proses terjadinya bukan karena iludasi atau karena tanah tenggelam dan ada air laut naik, tetapi akibat tanah yang perlahan hilang karena dihantam gelombang air laut.

Lebih lanjut ia ragu jika ketinggian tanah di Pulau Pari turun. Menurutnya, penggunaan air di wilayah pulau wisata tersebut tidak menggunakan air yang, melainkan pakai teknologi desalinasi.

Desalinasi (desalinization) adalah teknologi untuk menghilangkan kadar garam berlebih pada air, agar bisa menghasilkan air yang dapat dikonsumsi manusia, hewan ataupun tumbuhan.

Penggunaan air tanah berlebih digadang-gadang menjadi penyebab besar turunnya tanah di sebuah wilayah.

"Kemungkinan di pulau pari kan tanah turun itu kecil ya karena airnya sudah dari desalinasi air laut," tuturnya.

"Tentunya perlu penelitian lebih lanjut, karena saya dulu kesana engga diterusin lagi penelitiannya pada 2016, tapi kita menemukan problematika abrasi waktu itu," tandasnya.

[Gambas:Video CNN]

(can/lth)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat