yoldash.net

Menguji Klaim Dokter Tifa Jakarta Tak Tenggelam Meski Es Kutub Mencair

Berlawanan dengan rangkaian studi ilmiah, Dokter Tifa mengklaim mencairnya es kutub tak akan membuat Jakarta tenggelam. Pendapat yang tak sesuai kepakaran?
Masjid Wal-Adhuna, Muara Baru, Jakut, perlahan tenggelam akibat kenaikan permukaan laut. (CNN Indonesia/Safir Makki)

Jakarta, Indonesia --

Aktivis Tifauzia Tyassuma alias Dokter Tifa mengklaim Jakarta dan kota-kota lainnya tak akan tenggelam akibat es di kutub mencair. Sementara, para pakar dan lembaga ilmiah punya fakta berlawanan. Simak ulasannya berikut.

Dalam sebuah utas pendek, Tifa, yang merupakan Doktor bidang Epidemiologi Molekular dan Filsafat, mulanya mengomentari pemberitaan yang berisi komentar Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria soal potensi Jakarta tenggelam pada 2050 berdasarkan data sejumlah lembaga internasional.

"Jakarta, hanya bisa tenggelam, kl bumi tiba2 dapat kiriman air dari planet Mars atau Jupiter," kicaunya, pada Selasa (16/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Es yg mencair di Kutub, tidak akan bikin kota manapun di dunia ini, tenggelam," lanjut dia.

Dia, yang merupakan Presiden Advancing Health Literacy on Nutrion & Neuroscince Indonesia (Ahlina) Institute itu, menganalogikannya dengan gelas berisi air yang tak meluap meski es batunya sudah mencair.

ADVERTISEMENT

"Pernah pesan Es Teh, lupa diminum? Batu2 es nya mencair, kan? Apakah lantas airnya jd tambah banyak & tumpah? Tidak, kan. Volume air nya tetap, tdk bikin air dlm es teh itu jd lbh banyak," urainya.

"Es yg mencair di Kutub, volume airnya tdk berubah sedikitpun. Hanya beda bentuk," imbuh Tifa.

[Gambas:Twitter]

Unggahan itu ramai menuai respons netizen, terutama yang bernada skeptis, karena menganggap pandangan Dokter Tifa terlalu menyederhanakan masalah yang bukan merupakan bidang keahliannya.

Mari kita uji satu persatu pendapat Tifa itu.

Apakah es mencair tidak memicu kenaikan air?

Dikutip dari laman sains University of California, Santa Barbara, AS, mencairnya es justru akan mengurangi berat dan volume total air. Sebab, es memiliki tingkat kepadatan lebih rendah daripada air. Massa jenis es adalah 0,9167 gram/cm3. Sementara massa jenis air adalah 0,997 gram/cm3.

Contohnya, Anda memiliki 12 ons air + es batu dalam gelas (1 ons = 28,9435 gram). Ketika membiarkannya mencair, Anda akan mendapatkan kurang dari 12 ons, atau tepatnya 12 x 0,9167/0,997 = 11,034 ons air dalam gelas.

"Jika Anda mengukur ketinggian air, Anda tidak akan melihat perubahan. Namun, jika Anda mengukur volume keseluruhan air + es, Anda akan melihat penurunan secara total," demikian dikutip dari situs UC Santa Barbara.

Analogi es teh dalam kasus es kutub tepat?

Para saintis di UC Barbara mengatakan tidak pas menyamakan es di kutub dengan es batu di dalam gelas. Pasalnya, tak semua bongkahan es raksasa Bumi berada di lautan.

Contohnya, Kutub Selatan atau Antartika, Greenland yang adalah pulau terbesar di Bumi, serta gletser di Gunung Himalaya.

Para ilmuwan menilai lebih pas menganalogikan bongkahan es di Bumi dengan es batu yang diletakkan terpisah tepat di atas segelas air. Ketika suhu makin panas, es batu itu perlahan mencair dan membuat gelas makin penuh. Seperti itu pula pemanasan global yang melelehkan es di daratan.

"Alasan mengapa permukaan laut diperkirakan akan naik saat lapisan es mencair selama pemanasan global adalah karena fakta bahwa [masih ada] es yang belum mengapung di lautan," tutur keterangan UC Santa Barbara. 

Kenaikan air laut menenggelamkan pesisir?

Polemik selanjutnya adalah apakah penambahan volume lautan akibat pencairan es itu bisa membuat kota-kota tenggelam atau tidak.

Dikutip dari situs lembaga antariksa AS (NASA), berdasarkan pengukuran satelit, kenaikan permukaan air laut secara global sejak 1993 hingga 2 Mei 2022 mencapai 101,2 mm (10,1 cm), atau 3,3 mm per tahun.

Kenaikan permukaan laut itu diperparah oleh faktor perluasan air laut saat memanas, yang juga terkait pemanasan global.

"Ekspansi termal air" itu terjadi ketika air menjadi lebih hangat yang menyebabkan volume air meningkat. Menurut NASA, sekitar setengah dari kenaikan permukaan laut global berasal dari faktor ini.

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengungkapkan, berdasarkan data Pentagon, bahwa ancaman terbesar yang dihadapi Amerika adalah perubahan iklim. Sepuluh tahun lagi, katanya, Indonesia bahkan bisa jadi mesti pindah ibu kota karena faktor kenaikan air laut.

"Jika nyatanya permukaan laut naik 2,5 kaki (76,2 cm) lagi, jutaan orang akan bermigrasi, memperebutkan tanah yang subur," cetusnya, dalam pidato di acara National Counterterrorism Center Liberty Crossing Intelligence Campus McLean, Virginia, 27 Juli 2021, dikutip dari situs Gedung Putih.

"Apa yang terjadi di Indonesia jika proyeksi [kenaikan air laut]-nya benar, bahwa, dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena mereka akan berada di bawah air?" lanjut Biden.

Penurunan muka tanah di halaman berikutnya...

Kombinasi Es Mencair dan Penurunan Muka Tanah

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat