yoldash.net

Apa Itu Deflasi yang Dialami Indonesia Dua Bulan Terakhir?

Indonesia mengalami deflasi secara bulanan (month to month/mtm) pada Mei dan Juni 2024.
Indonesia mengalami deflasi secara bulanan (month to month/mtm) pada Mei dan Juni 2024. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).

Jakarta, Indonesia --

Indonesia mengalami deflasi secara bulanan (month to month/mtm) pada Mei dan Juni 2024.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi pada Mei sebesar 0,03 persen (mtm). Kelompok penyumbang deflasi terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan deflasi 0,29 persen dan andil 0,08 persen.

Sementara itu, deflasi Juni tercatat 0,08 persen (mtm). Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan minuman dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,49 persen dan memberikan andil deflasi sebesar 0,14 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas apa yang dimaksud dengan deflasi?

ADVERTISEMENT

Melansir berbagai sumber, deflasi merupakan fenomena penurunan harga dalam suatu wilayah. Penyebab terjadinya deflasi adalah permintaan barang turun sedangkan produksi meningkat.

Permintaan turun disebabkan pelambatan kegiatan ekonomi yang berdampak ke penghasilan yang turun sehingga jumlah uang beredar pun menjadi berkurang.

Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita mengatakan deflasi bisa menjadi kabar baik tetapi juga bisa menjadi sinyal peringatan.

Dari sisi harga, masyarakat menjadi senang jika harga mulai stabil atau kenaikannya sangat minor karena akan membuat disposal income atau pendapatan yang dapat dibelanjakan semakin berdaya beli.

Namun dari sisi makro, melandainya harga karena sisi permintaan turun menjadi sinyal peringatan bagi pemerintah karena berpotensi menurunkan kontribusi konsumsi rumah tangga pada pertumbuhan ekonomi. Jika konsumsi rumah tangga turun maka akan menekan angka pertumbuhan ekonomi.

Kemudian dari sisi investasi, pelemahan permintaan juga menjadi sinyal peringatan. Ronny mengatakan investor akan berpikir ulang untuk melakukan investasi baru atau ekspansi usaha jika permintaan melemah.

Pasalnya prospek investasi menjadi suram jika permintaan kurang bagus karena tidak menjanjikan keuntungan.

"Buat apa investor buka usaha baru, bikin produk baru, jual rumah baru, mobil baru, jika permintaan lemah. Jadi ini sinyal warning buat pemerintah dan dunia usaha, meskipun sinyal bagus buat konsumen," katanya kepada Indonesia.com.

[Gambas:Video CNN]



(fby/sfr)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat