yoldash.net

20 Tahun Temuan Manusia Hobbit RI yang Mengubah Sejarah - Halaman 3

Temuan fosil Homo Floresiensis atau Manusia Hobbit dari Indonesia berhasil mengubah sejarah soal pemahaman mengenai evolusi manusia. Simak kisahnya.
Homo Floresiensis ditemukan di Flores, NTT pada 2003. (Foto: CNNIndonesia/Windratie)

Untuk menyelesaikan perdebatan ini dan memahami lebih lanjut tentang Homo floresiensis dan tempatnya dalam silsilah keluarga manusia, diperlukan lebih banyak penemuan fosil, terutama di Asia.

Sebagai contoh, kata Tocheri, tidak ada tulang pergelangan tangan Homo erectus yang diketahui untuk dibandingkan dengan tulang pergelangan tangan hobbit.

Para ilmuwan juga berharap dapat mengekstrak DNA purba dari Liang Bua.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Upaya-upaya yang dilakukan sejauh ini belum berhasil, namun teknik-teknik baru, termasuk mengekstraksi DNA dari kotoran gua atau menguraikan protein kuno, dapat membantu menjelaskan dengan hominin mana hobbit itu paling dekat hubungannya.

ADVERTISEMENT

"Mereka melihatnya seperti cawan suci genom," kata Madison, sang penulis sains.

"Tampaknya hobbit mungkin berada di ujung tanduk dalam hal memulihkan genom. Bukan karena terlalu tua, karena mereka memiliki genom yang jauh lebih tua, tapi karena kondisi lingkungan sangat penting dalam melestarikannya (DNA)."

"Dan lingkungan yang panas, lembab, itu adalah lingkungan yang sangat sulit bagi mereka untuk mengambil DNA," ujarnya.

Kisah berbeda

Masih banyak yang harus dipelajari tentang hobbit.

Misalnya, Sutikna heran bagaimana hominin yang tampak primitif seperti itu bisa mencapai Flores: Hanya Homo sapiens yang diperkirakan mampu membuat kapal laut, dan Flores tidak pernah terhubung dengan daratan yang luas, sehingga manusia purba tidak mungkin berjalan ke sana.

Studi tentang arus laut menunjukkan bahwa spesies ini mungkin berasal dari Sulawesi, meskipun fosil Homo floresiensis hanya ditemukan di Flores. Stringer mengatakan ada kemungkinan sekelompok hobbit tersapu ke daratan setelah tsunami.

Para arkeolog dan ahli paleontologi juga telah mengumpulkan beberapa informasi tentang kehidupan para hobbit. Pulau mereka adalah rumah bagi ekosistem gajah kerdil yang kini telah hilang, stegodon setinggi 1,2 meter, burung bangau kolosal setinggi 2 meter, komodo, dan tikus raksasa.

Tidak jelas apakah para hobbit berburu atau memakan binatang-binatang ini, meskipun Tocheri mengatakan kemungkinan besar mereka berburu karena ukuran para hobbit.

Walaupun arang telah ditemukan di dalam gua, sekarang diperkirakan bukti penggunaan api ini terkait dengan hunian manusia modern yang datang kemudian, bukan hobbit.

Misteri lainnya adalah mengapa para hobbit menghilang setelah bertahan begitu lama di Flores. Sutikna mengatakan lapisan abu vulkanik yang tebal ditemukan tepat di atas lapisan tempat Homo floresiensis pertama kali ditemukan.

"Kami memperkirakan setidaknya telah terjadi delapan kali letusan gunung berapi. Dan di atas lapisan abu vulkanik tersebut, kami tidak menemukan fosil Homo floresiensis atau hewan purba lainnya. Namun, kami tidak dapat memastikan apakah bencana alam ini memusnahkan Homo floresiensis," ujar Sutikna.

Tocheri mengatakan tidak mungkin gunung berapi saja yang memusnahkan para hobbit. Pulau Flores selalu aktif secara vulkanik, dan hobbit telah tinggal di sana selama hampir 1 juta tahun.

Menurut Tocheri, kemungkinan besar, itu adalah kombinasi dari beberapa faktor, seperti perubahan iklim serta kemungkinan kedatangan Homo sapiens di wilayah itu yang membuat hobbit punah.

Madison menambahkan, apapun yang menyebabkan kepunahan hobbit, penemuan ini mengajarkan tentang posisi manusia dalam pohon evolusi dan alam secara lebih luas.

"Kita tahu banyak tentang prinsip-prinsip evolusi pada saat ini, tapi terkadang saya pikir kita sedikit ragu untuk menerapkannya pada diri kita sendiri. Saya pikir [penemuan ini] mengingatkan kita bahwa kita hanyalah salah satu hasil evolusi," kata Madison.

Tocheri menyetujui pernyataan Madison dan mengatakan bahwa penemuan ini tidak benar-benar menulis ulang apa yang sudah diketahui, namun secara eksplosif menunjukkan bahwa ada babak baru soal evolusi manusia.



(tim/dmi)

HALAMAN:
1 2 3

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat