yoldash.net

Hamas Minta Rusia jadi Penjamin Gencatan Senjata dengan Israel

Hamas minta Rusia jadi pihak netral dalam kesepakatan gencatan senjata dengan Israel.
Pertemuan Perwakilan Hamas dan Pemerintah Rusia pada Oktober 2023 lalu. Foto: via REUTERS/HAMAS HANDOUT

Jakarta, Indonesia --

Kelompok Hamas meminta Rusia menjadi salah satu penjamin gencatan senjata dengan Israel di Jalur Gaza.

Menurut Wakil Kepala Biro Politik Hamas, Musa Abu Marzouk, Rusia sebagai pihak netral harus jadi penjamin karena Amerika Serikat ada di balik Israel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami masih bersikeras bahwa Rusia harus menjadi penjamin perjanjian gencatan senjata tersebut, karena jelas Amerika Serikat berada di pihak Israel," kata Marzouk kepada Sputnik.

"Posisi Rusia lebih adil, lebih dapat diterima oleh semua pihak, dan siap untuk bertindak ke arah ini. Kami ingin mengakhiri hegemoni AS dan pengaruhnya sepihaknya terhadap masalah Palestina," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Menurutnya tidak ada kemajuan dalam negosiasi perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza. Hamas juga belum memberikan tanggapannya terkait proposal gencatan senjata terbaru.

"Upaya teman-teman kami di Qatar terus berlanjut, namun belum ada kemajuan. Kami telah membuat beberapa revisi dalam yang sampai saat ini belum disetujui oleh Israel," kata dia.

Marzouk juga menegaskan bahwa Hamas tiadk bermaksud meminta bantuan militer dari Rusia.

"Tidak, kami tidak meminta bantuan militer. Perang sedang terjadi di Gaza, kami memproduksi senjata sendiri untuk pertempuran jarak dekat dan, sejauh ini, kami yakin bisa menangani sendiri pertempuran semacam ini," ungkapnya.

Awal pekan ini Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan perang di Jalur Gaza bakal terus lanjut, meski ada kesepakatan gencatan senjata.

Meski mengaku terbuka untuk kesepakatan soal pembebasan sandera, namun Netanyahu menyebut tak akan setuju dengan kesepakatan penghentian perang di Gaza.

"Tujuan kami adalah untuk memulangkan para sandera dan menggulingkan rezim Hamas di Gaza," kata Netanyahu, seperti dikutip Al Jazeera.



Bulan lalu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyodorkan proposal gencatan senjata yang mendesak Hamas dan Israel berhenti berperang selama enam pekan serta membebaskan masing-masing sandera.

Proposal ini juga berisi upaya negosiasi mengenai gencatan senjata permanen jika gencatan senjata enam pekan berhasil dilakukan. Namun, wacana ini ditentang keras oleh Israel.

Israel tak setuju untuk berhenti berperang sepenuhnya lantaran ingin membasmi habis Hamas.

Padahal, menurut para pejabat AS, Israel telah menyetujui proposal tersebut sebelum Biden menyodorkannya.

Hamas sementara itu telah menyambut baik usulan tersebut. Kendati demikian, menurut Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Hamas mengajukan sejumlah perubahan yang akhirnya membuat proses pembicaraan mandek karena menunggu lama persetujuan Hamas.

Hingga kini agresi Israel atas Palestina telah berlangsung selama lebih dari 8 bulan. Selama agresi brutal ini, hampir 38 ribu warga sipil meninggal dunia, di mana sebagian besar korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.

(dan/dna)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat