yoldash.net

Review Film: Kingdom of the Planet of the Apes - Halaman 2

Review film: Kingdom of the Planet of the Apes berhasil menjadi awal menjanjikan bagi waralaba yang tengah merintis era baru.
Review film: Kingdom of the Planet of the Apes berhasil menjadi awal menjanjikan bagi waralaba yang tengah merintis era baru. (20th Century Studios)

Pemikiran, motif, dan ambisi setiap karakter kera yang muncul itu terlihat bagaikan cermin yang memantul ke manusia. Friedman juga memberi porsi yang seimbang antara baik dan buruk, bahkan bagi Noe yang didapuk sebagai karakter utama.

Meski menjanjikan, Kingdom of the Planet of the Apes tetap sulit lepas dari kekurangan. Bobot cerita bermutu nyatanya tak dibarengi dengan pengaturan ritme yang proporsional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saya sesungguhnya cukup puas melihat babak pertama yang menampilkan awal perjalanan Noa dan Mae (Freya Allen) si perempuan misterius menuju Klan Kera Pesisir. Namun, tempo cerita itu beralih menjadi pelan ketika memasuki babak kedua cerita.

Tempo yang melambat pada pertengahan film sayangnya membuat saya harus berjibaku untuk menjaga antusiasme selama menonton. Untung saja "hambatan" itu berhasil tertolong ending cerita yang kembali menegangkan.

ADVERTISEMENT

Proximus Caesar (Kevin Durand), kera berjenis bonobo, juga hanya mencapai level cukup ketika menjadi villain Kingdom of the Planet of the Apes. Ia sesungguhnya punya peluang menjadi villain kera yang lebih kompleks dibanding Koba dalam Dawn of the Planet of the Apes (2014).

Menurut saya, Proximus Caesar kurang mendapat porsi untuk menggambarkan sisi jahatnya. Padahal, ia sempat menunjukkan bagian itu ketika berbicara soal eksistensi manusia dan kera yang terlalu naif untuk dapat hidup berdampingan.

Noa (voiced by Owen Teague) in 20th Century Studios' KINGDOM OF THE PLANET OF THE APES. Photo courtesy of 20th Century Studios. © 2023 20th Century Studios. All Rights Reserved.Review film: Kingdom of the Planet of the Apes menampilkam pemikiran, motif, dan ambisi setiap karakter kera yang muncul itu terlihat bagaikan cermin yang memantul ke manusia. (20th Century Studios)

Karakter Mae dalam film ini juga masih dikisahkan secara dangkal. Namun, saya enggan menganggap itu sebagai kekurangan karena sekuel ini seperti baru menjadi awal bagi karakter manusia tersebut.

Namun, di samping catatan miring dalam urusan naskah, Kingdom of the Planet of the Apes masih tetap impresif berkat elemen teknis yang jempolan. Film keempat ini benar-benar ditunjang dengan eksekusi audio visual yang menakjubkan.

Dunia distopia yang sudah tidak lagi dikuasai manusia berhasil digambarkan dengan menawan. Visualisasi itu didukung pengambilan gambar yang menarik berkat Wes Ball dan eksekusi sinematografer Gyula Pados.

Kamera sesekali bergerak cepat dan diarahkan secara close up mengikuti lincahnya kawanan kera yang tengah memanjat tebing. Pada momen lain, kamera dibiarkan diam dan dibidik secara long shot agar mata penonton mampu menangkap keindahan panorama zaman itu.

Efek CGI untuk setiap karakter juga patut diapresiasi. Film ini mampu mengoptimalkan suntikan dana besar-besaran untuk mengerjakan visual kera dengan detail yang mulus dan begitu nyata.



Eksekusi Kingdom of the Planet of the Apes semakin megah berkat scoring musik gubahan John Paesano. Komposisi dan penempatan scoring film ini mampu memperkuat nyawa setiap adegan.

Keberhasilan Kingdom of the Planet of the Apes secara umum menjadikan rilisan ini cukup pantas menyandang predikat penerus trilogi Planet of the Apes. Saya bahkan optimis film ini akan melahirkan trilogi baru jika capaian penjualannya memuaskan.

Namun, pastinya, Kingdom of the Planet of the Apes berhasil menjadi awal menjanjikan bagi waralaba yang tengah merintis era baru.

[Gambas:Youtube]



(end/end)

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat