yoldash.net

Review Film: Siksa Kubur

Review Siksa Kubur: film Joko Anwar ini jelas bukan untuk mereka bernyali
Review Siksa Kubur: film Joko Anwar ini jelas bukan untuk mereka bernyali "rapuh" atau menonton horor cuma buat "have fun". (dok. Rapi Films via YouTube)

Jakarta, Indonesia --

Sebelum saya panjang lebar mengulas Siksa Kubur, pertama-tama saya ingin mengatakan bahwa film Joko Anwar ini jelas bukan untuk mereka bernyali "rapuh" atau menonton horor cuma buat "have fun".

Joko Anwar mewujudkan imaji personal dan liarnya yang pernah tertuang dalam film pendek Siksa Kubur (2012) ke film berdurasi nyaris dua jam. Bahkan saya berani bilang Jokan bukan cuma menampilkan imajinya soal konsep siksa kubur dalam agama Islam, tetapi juga memang ingin 'menyiksa' psikis penonton.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

'Siksaan' dari Jokan bahkan sudah terasa dari awal film ini dimulai. Gaya psychological horror yang digunakan Joko Anwar sudah dimulai di babak cerita yang mestinya berisi rona kebahagiaan dan kenangan indah.

Joko dengan sengaja menggunakan pengadeganan yang kikuk, ganjil, dan agak terasa mengganggu yang memang bertujuan mencolek-colek kenyamanan penonton. Jokan pun konsisten dengan hal itu setidaknya hingga 2/3 film berjalan.

ADVERTISEMENT

Bukan cuma itu, Joko turut menggunakan dramaturgi dan menyisipkan gaya teatrikal dalam memberikan latar belakang cerita kepada penonton. Ditambah dengan dialog yang menguji nalar, jujur saja tontonan ini tak akan bisa dibandingkan dengan horor laris di luar sana, termasuk saga Pengabdi Setan yang Jokan buat.

Siksa Kubur menjadi proyek terbaru Joko Anwar yang telah menggarap sembilan film panjang sejak debut melalui Janji Joni (2005). Proyek ini juga akan menjadi karya horor terbaru Joko Anwar.Review film Siksa Kubur: Gaya psychological horror yang digunakan Joko Anwar sudah dimulai di babak cerita yang mestinya berisi rona kebahagiaan dan kenangan indah. (dok. Rapi Films via YouTube)

Pada aspek dialog inilah saya merasa sisi personal dan pemikiran Joko Anwar tertuang dengan gamblang. Pengujian nalar akan konsep-konsep pemahaman keagamaan yang kompleks, bagi saya, membuat film horor (sedikit) religi ini jadi punya bobot tersendiri.

Pada saat itu pula, saya memahami mengapa tidak ada aktor lain yang bisa membintangi Siksa Kubur selain mereka sekaliber Slamet Rahardjo, Reza Rahadian, Christine Hakim, dan Arswendy Bening Swara.

Bagi saya, Slamet Rahardjo dan Reza Rahadian adalah bintang utama dalam film ini.

Lihat Juga :
LAPORAN INTERAKTIF
Lagi-lagi Reza Rahadian

Kemampuan mereka dalam bermain akting teatrikal tereksplorasi sempurna dalam film ini. Melihat keduanya saling bergulat dalam satu frame, saya berterima kasih kepada Joko Anwar untuk momen tersebut.

Meski begitu, Joko Anwar memang terlihat tidak menggantungkan beban Siksa Kubur pada pemain.

Penulisan naskah yang kompleks nan menjelimet bagai puzzle, dan menantang nalar penonton bahkan hingga keluar bioskop adalah bahan utamanya. Naskah realis nan rumit khas Joko Anwar itulah yang sebenarnya menjadi tantangan sekaligus peluang besar para aktor dan aktris dalam berakting di depan kamera.

Siksa Kubur menjadi proyek terbaru Joko Anwar yang telah menggarap sembilan film panjang sejak debut melalui Janji Joni (2005). Proyek ini juga akan menjadi karya horor terbaru Joko Anwar.Review film Siksa Kubur:Slamet Rahardjo dan Reza Rahadian adalah bintang utama dalam film ini. (dok. Rapi Films via YouTube)

Saya mengapresiasi cara Joko Anwar membawa konsep kehidupan setelah mati menurut agama Islam dalam Siksa Kubur. Joko tidak sembarangan mencampurkan konsep tersebut dengan imajinasi ala sineas dalam membuat film.

Joko memilih untuk memodifikasi dan menampilkan konsep-konsep pengajaran agama tersebut secara metaforis, agar tetap mempertahankan aspek dramatisasi tanpa harus jatuh pada eksploitasi secara ugal-ugalan.

Lihat Juga :
LAPORAN INTERAKTIF
Dramaturgi Slamet Rahardjo

Tentu saja, penulisan cerita Siksa Kubur ini jauh lebih logis dibanding film yang mengusung siksa setelah mati beberapa waktu lalu yang tak jelas dan saya anggap hanya eksploitasi kisah religi semata.

Joko Anwar juga tak main-main dalam menampilkan imajinasi siksa kubur atau teror makhluk gaib sepanjang film ini. Joko tampak mencoba mengeksplorasi gaya teror baru dalam Siksa Kubur.

Gaya teror dan rupa makhluk gaib tersebut memang lebih terasa Western dibanding sebelum-sebelumnya, misalnya saat Pangabdi Setan. Namun saya rasa itu jadi upaya Joko untuk bisa membawa Siksa Kubur ke pasar internasional dan sejauh ini masih 'aman'.

[Gambas:Video CNN]



Apalagi, Joko bukan cuma terlibat dalam penulisan dan penyutradaraan dalam Siksa Kubur. Ia sendirian duduk sebagai penyunting film ini, yang membuat Siksa Kubur semakin terasa personal dan setiap potongan adegannya terasa punya tujuan tersendiri.

Usai dari aspek visual yang memang "Joko Anwar dan Ical Tanjung banget", hal lain yang saya apresiasi dari Siksa Kubur adalah scoring dan musik yang menjadi penyiksaan untuk penonton setelah aspek cerita dan visual.

Aghi Narottama dan tim sungguh mengeksplorasi suara-suara yang mengganggu tanpa harus menggunakan pitch tinggi yang memekakkan telinga. Hanya dengan bass dan drum nada rendah repetitif yang bertempo cepat, scoring Siksa Kubur bisa membuat kursi bioskop terasa tak nyaman.

Siksa Kubur (2024)Siksa Kubur (2024): Joko Anwar sendirian duduk sebagai penyunting film ini, yang membuat Siksa Kubur semakin terasa personal dan setiap potongan adegannya terasa punya tujuan tersendiri. (dok. Come and See Pictures/Rapi Films/Legacy Pictures via IMDb)

Saya juga mengapresiasi tim riasan, prostetik, efek, desain produksi, serta art department yang jelas bekerja keras dalam film ini. Terutama, adegan kuku yang sanggup membuat separuh penonton bioskop memekik.

Di luar dari segala sajian mantap Joko Anwar dalam Siksa Kubur ini, saya cuma berharap masyarakat bisa menyaksikan film ini dengan pandangan yang terbuka dan tanpa berekspektasi apa pun. Apalagi sekadar mengisi waktu luang dan berharap menemukan hal yang sama seperti pada Pengabdi Setan.

Yang jelas, Siksa Kubur membuktikan daya imajinasi dan kapasitas Joko Anwar yang --sekali lagi-- memang di atas rata-rata sutradara dan penulis naskah film di Indonesia.

[Gambas:Youtube]



(end)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat