Ahli Temukan Lubang Hitam Kedua Terbesar Bima Sakti, 33 Kali Matahari
Para astronom berhasil menemukan lubang hitam raksasa berukuran 33 kali massa lebih besar dari Matahari dan dekat dengan Bumi.
Temuan ini dipublikasikan oleh para peneliti pada Selasa, (16/4) di jurnal Astronomy and Astrophysics.
Lubang hitam yang diberi nama Gaia BH3 ini merupakan lubang hitam paling masif yang pernah ditemukan di Bima Sakti. Terletak sekitar 2.000 tahun cahaya di konstelasi Aquila, ini menjadikannya sebagai lubang hitam terdekat kedua dengan Bumi.
"Ini adalah lubang hitam asal bintang paling masif di galaksi kita dan yang terdekat kedua yang ditemukan sejauh ini." kata Dr Pasquale Panuzzo, astronom dan anggota kolaborasi Gaia di Observatoire de Paris melansir dari The Guardian, Selasa (16/4).
"Hanya lubang hitam pusat di Bima Sakti yang lebih masif dari lubang hitam ini," lanjutnya.
Pengukuran yang dilakukan terhadap bintang pendamping BH3, menemukan hasil tidak adanya tanda-tanda bahwa bintang tersebut terkontaminasi material yang keluar dari ledakan bintang sehingga membentuk lubang hitam.
Ini menandakan bahwa Gaia BH3 terbentuk jauh sebelum bintang pendampingnya terjebak dalam medan gravitasi yang kuat.
Meskipun Gaia BH3 lebih masif dibandingkan lubang hitam bintang lain di Bima Sakti, namun BH3 masih serupa dengan beberapa lubang hitam yang terungkap oleh gelombang gravitasi, yang dihasilkan ketika lubang hitam bertabrakan di galaksi yang jauh.
Melalui pengamatan lebih lanjut dari Very Large Telescope milik European Southern Observatory di gurun Atacama, Chili, dikonfirmasi bahwa massa dari Gaia BH3 dan orbit bintang tersebut, mengelilingi lubang hitam setiap 11,6 tahun sekali.
Untuk melihat rincian Gaia BH3, para peneliti menggunakan pesawat ruang angkasa Gaia milik Badan Antariksa Eropa.
"Begitu hal ini terungkap, orang-orang akan segera mengamatinya untuk melihat apakah ada emisi dari lubang hitam tersebut," kata Panuzzo.
Dalam temuan awalnya, peneliti mengungkapkan bahwa bintang yang mengorbitnya adalah bintang yang "miskin logam," atau kekurangan unsur-unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium.
Data Gaia tahap berikutnya akan dirilis paling cepat pada akhir tahun 2025, tetapi pentingnya penemuan ini membuat tim internasional merilis rincian BH3 lebih awal sehingga para astronom dapat segera mempelajarinya.
(rni/dmi)Terkini Lainnya
-
PDIP Gelar Rapat Pengurus Respons Putusan MK soal Sengketa Pilpres
-
Anies Ucapkan Selamat ke Prabowo-Gibran: Tunaikan Harapan Rakyat
-
Benyamin Davnie Ambil Formulir Pendaftaran Pilkada Lewat PDIP
-
VIDEO: Dua Pria Palestina Ditangkap usai Serang Kelompok Yahudi
-
Bayi Palestina Lahir Selamat dari Rahim Ibu yang Tewas Dibunuh Israel
-
VIDEO: Jembatan Runtuh usai Hujan Lebat dan Angin Kencang di Guangdong
-
BCA Raup Laba Rp12,9 T Kuartal I 2024, Naik 11,7 Persen
-
Bandara Sam Ratulangi Dibuka Lagi Usai Tutup Imbas Erupsi Gunung Raung
-
Sandi Respons Pantai yang Dibersihkan Pandawara Kembali Penuh Sampah
-
Media Korea Sorot Gol Indonesia vs Yordania: Tiki Taka yang Fantastis
-
Jadwal Indonesia di Thomas Cup dan Uber Cup 2024
-
Hai PSSI, Paripurna Sudah Alasan Perpanjangan Kontrak STY
-
Ahli Temukan Lubang Hitam Kedua Terbesar Bima Sakti, 33 Kali Matahari
-
Fakta-fakta Hari Bumi, Demo Massa yang Pernah Ubah Wajah AS
-
Berapa Jumlah Planet di Alam Semesta?
-
Aktivitas Tambang Nikel Meningkat, Fuso Resmikan Dealer di Morowali
-
Pameran Kendaraan Listrik PEVS 2024 Digelar 30 April - 5 Mei
-
AHY Blusukan ke Cianjur Pakai Pikap Ford Ranger Harga Rp1,1 M
-
Menjelajah Memori Pakai 'Lift' Bareng Cha Eun-woo
-
VIDEO: Civil War Masih Kuasai Puncak Box Office Hollywood Pekan Ini
-
Daftar Harga Tiket Konser Sheila on 7 di 5 Kota, Mulai Rp325 Ribu
-
Imunohistokimia: Validasi Diagnosis Kanker Payudara dengan Spesifik
-
Turis Australia Kena DBD, Dinkes Sarankan Vaksinasi Sebelum ke Bali
-
Ci(n)ta Rasa William Wongso