Review Film: Dua Hati Biru
Di tengah persaingan sengit dua film horor yang rilis pada momen Lebaran 2024, Gina S Noer bersama Dinna Jasanti menyajikan sajian hangat yang menyentuh emosi saya lewat Dua Hati Biru.
Empat tahun berlalu dari versi sebelumnya, tentu ada sejumlah hal yang berubah. Namun ada juga yang masih bertahan dalam kisah Bima dan Dara.
Bila film sebelumnya, Dua Garis Biru, Gina selaku penulis mengajak penonton fokus dalam kekalutan hubungan dua remaja, Dua Hati Biru menampilkan kerumitan konflik cerita yang lebih semrawut.
Konflik antaranggota keluarga, mulai dari perselisihan anak dengan orang tua hingga menantu dengan mertua, hingga masalah keterbatasan ekonomi, arti keluarga, dan arti sahabat jadi bobot cerita kali ini.
Gina pun menegaskan peran anggota keluarga dalam kisah kali ini, bukan melulu soal Bima dan Dara. Hal itu terlihat dari bagaimana kehidupan sepasang remaja itu juga dipengaruhi dari sekelilingnya.
Angin segar itu yang membuat saya merasa lebih terhubung dan dekat dengan Dua Hati Biru dibandingkan sebelumnya. Apalagi, chemistry antar pemain jadi salah satu yang saya suka dari babak kedua ini.
Review Film Dua Hati Biru (2024): Empat tahun berlalu dari versi sebelumnya, tentu ada sejumlah hal yang berubah. Namun ada juga yang masih bertahan dalam kisah Bima dan Dara. (Starvision/Wahana Kreator) |
Pemilihan Aisha Nurra Datau sebagai Dara menggantikan Adhisty Zara terbilang sukses. Nurra berhasil membawakan interpretasinya akan sosok Dara tanpa harus terbayang-bayang Zara.
Kesuksesan itu tak lepas dari ketegasan perubahan karakter Dara yang memang sejalan dengan latar waktu yang berubah empat tahun setelah Dua Garis Biru.
Begitu juga dengan Farrel Rafisqy yang memerankan Adam, dan Keanu Angelo yang berperan sebagai Iqy. Keduanya memberikan warna baru dalam saga ini.
Farrel menampilkan aksi natural anak berusia 4 tahun yang menggemaskan. Meski begitu, pesan karakter yang ia bawa mampu dibawakan dengan baik, terutama posisinya sebagai anak Bima dan Dara.
Lewat Adam, Gina jelas menggambarkan tantangan menjadi orang tua dengan ketidaksiapan, baik secara fisik hingga mental. Hal itu dikuatkan dengan penyampaian yang baik dari Angga Yunanda dan chemistry dengan Farrel.
Sementara itu, Keanu juga membawa kepribadian aslinya dalam karakter Iqy yang memancing tawa penonton. Meski tetap seperti Keanu, karakter Iqy yang dipegang Keanu sanggup dijaga Gina sesuai dengan cerita utama.
Review Film Dua Hati Biru (2024): Lewat Adam, Gina jelas menggambarkan tantangan menjadi orang tua dengan ketidaksiapan, baik secara fisik hingga mental. (Starvision/Wahana Kreator) |
Selain itu, hal yang membuat saya lebih menikmati Dua Hati Biru adalah Gina dengan frontal menyampaikan nilai dan pesan pentingnya dalam film ini.
Edukasi soal pengasuhan atau parenting disampaikan dengan begitu apik sehingga tidak membuat segala pesan tersebut terkesan menggurui penonton.
Apalagi, satu karakter dalam film ini sejatinya punya peran ganda, seperti selayaknya manusia dalam kehidupan nyata. Misalnya Bima yang bukan cuma menjadi sosok ayah muda, tetapi juga suami dan anak.
Kompleksitas peran itulah yang memiliki sudut pandang, fungsi, dan masalahnya masing-masing sehingga membuat unsur humanisme dalam film ini begitu kental.
Meski begitu, saya mengakui film ini tetap meninggalkan tanya, seperti perjalanan macam apa yang terjadi dengan para karakter ini selama selang empat tahun, alasan mereka berubah, dan cerita di antara itu semua.
Namun tetap saja, melihat cerita hangat nan nyaman dari Dua Hati Biru di antara persaingan ketat dua film horor raksasa di layar lebar adalah sebuah oase bagi relung jiwa yang akan selalu didamba.
[Gambas:Youtube]