Review The Tortured Poets Department: Manuskrip Kegetiran Taylor Swift - Halaman 2
Aspek penerimaan akan takdir menyakitkan (So Long, London), memilih mereka yang menghargai (The Alchemy), merangkul inner child (So High School), profesionalitas dan mengapresiasi diri sendiri (I Can Do It With A Broken Heart), serta pulih dan bersyukur atas tindakan menyakitkan dari orang lain (thanK you aIMee), tersebar dalam sajak yang ia tulis.
Selain itu --yang bikin saya makin kagum-- ia mampu menulis semua emosi kompleks manusia itu dengan sajak metaforis yang sederhana, tapi memiliki makna yang dalam, indah, dan menggetarkan bila dicermati secara seksama. Kelihaian linguistik Swift dalam permainan bahasa dan diksi bahasa Inggris jelas sangat terlihat.
Sajak-sajak tersebut kemudian dibungkus dalam melodi yang digarap oleh Jack Antonoff dan Aaron Dessner, yang secara garis besar membagi The Tortured Poets Department menjadi dua kutub, seperti yang dilakukan Swift dalam Midnights (2022).
Dalam The Tortured Poets Department, Antonoff banyak menggunakan instrumen synthesizer dan elektrik ala '80-an seperti biasanya, sedangkan Dessner memakai instrumen klasik dan akustik.
Pembagian keduanya pun membelah album ini menjadi dua mood. Bila diperhatikan, Antonoff banyak menggarap lagu-lagu yang penuh dengan roller coaster mood, mulai dari dramatis hingga extravaganza, yang juga menggambarkan dramatisasi sajak-sajaknya.
Lagu bagian Antonoff yang menampilkan dengan baik dramatisasi tersebut adalah saat Swift berduet dengan Florence and The Machine dalam Florida!!!. Lagu ini juga sekaligus bagai mewujudkan mimpi penggemar merasakan Swift versi rock.
Taylor Swift bersama dua sahabat sekaligus ko-produsernya dalam folklore dan evermore (2020) serta Midnights (2022) dan The Tortured Poets Department (2024): Aaron Dessner (kiri) dan Jack Antonoff (kanan). (AFP/KEVIN MAZUR)
|
Sementara Dessner lebih terasa sederhana, melankolis, dewasa, nostalgia, dan sentimental. Permainan piano Dessner dan sentuhan konsep orkestra dalam sejumlah lagu seperti dalam So Long, London, menumbuhkan sajian yang berbeda dari karya Antonoff.
Sentuhan Dessner yang menyenangkan dalam album ini bagi saya adalah So High School yang kembali mengangkat pop-grunge ala dekade '90-an. Sekilas, drum dan gitar di So High School membuat saya mengenang lagu I Don't Want to Wait (1996) dari Paula Cole di serial Dawson's Creek.
Namun memang, eksplorasi tanpa rem yang dilakukan trio sahabat tersebut membuat album ini bagai kuliah 6 sks yang harus dipahami dalam waktu singkat. Berat dan melelahkan.
[Gambas:Youtube]
Selain daripada jumlah lagunya yang jauh di atas kebanyakan album saat ini, materinya juga gelap yang mungkin memengaruhi psikis pendengar. Sedangkan bagi penggemar --misalnya saya-- referensi lagu-lagu ini bagai ujian nasional tiga mata pelajaran yang harus dipecahkan dalam dua jam pengerjaan.
Meski begitu, saya tidak sepakat Taylor Swift butuh editor untuk album ini.
Selain daripada tidak ada yang paham materinya selain Swift, album ini adalah curahan hatinya dan mungkin sebagai penutup segala hal yang terjadi sebelum dan saat The Eras Tour berjalan, sehingga ia bisa membuka era baru dengan kisah dan perjalanan yang semoga lebih baik di masa depan.
"The only thing that's left is the manuscript. One last souvenir from my trip to your shores. Now and then I reread the manuscript, but the story isn't mine anymore." (The Manuscript)
Top 15 lagu The Tortured Poets Department pilihan Endro Priherdityo:
- So Long, London
- Florida!!! (featuring Florence and the Machine)
- My Boy Only Breaks His Favorite Toys
- Fortnight (featuring Post Malone)
- I Can Do It With a Broken Heart
- The Tortured Poets Department
- Who's Afraid of Little Old Me?
- Guilty as Sin?
- But Daddy I Love Him
- So High School
- ThanK you aIMee
- The Black Dog
- Down Bad
- Clara Bow
- Cassandra
Terkini Lainnya
-
Prabowo Usai Bertemu Surya Paloh: Kami Sepakat Kerja Sama untuk Rakyat
-
Anwar Usman Bisa Tangani Sengketa Pileg 2024, Kecuali Terkait PSI
-
Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Penjara Kasus Dana PEN
-
VIDEO: Detik-detik Polisi Tangkap Pedemo Pro-Palestina di Kampus AS
-
Pasukan Junta Myanmar Keok ke Milisi Bersenjata, 70 Senjata Disita
-
Panas Ekstrem 41 Derajat Celsius di Thailand, Total 30 Orang Tewas
-
FOTO: Bermimpi Jalur MRT Lanjut Sampai Tangsel
-
Kemendag Bakal Bayar Utang Minyak Goreng Rp484 M ke Peritel Pada Mei
-
Pentingkah Perjanjian Pranikah Pisah Harta Seperti Dibuat Sandra Dewi?
-
Hasil Liga 1: Bhayangkara Bantai Barito
-
Kapten Malaysia U-23 Dihujat karena Curhat Dirujak Netizen
-
Hasil PLN Mobile Proliga: Lavani Allo Bank Hajar Garuda Jaya
-
BMKG Ingatkan Bahaya Sesar Lembang, Rumah-Rumah Bisa Rata dengan Tanah
-
VIDEO: 'Iseng' ala China, Nyoba Piara Ikan di Luar Angkasa
-
Bos XL Axiata Soal Wacana Merger dengan Smartfren: Belum Ada Hilal
-
Link Daftar Konversi Motor Listrik Gratis
-
Kumpulan Aksi Koboi Sopir Arogan Fortuner dan Pajero Sport
-
Mobil Listrik Toyota bZ3C dan bZ3X Meluncur di Beijing
-
Min Hee-jin Bongkar Chat dengan Bang Si-hyuk, aespa Terseret
-
Jubir Bantah Melinda Gates Tunangan dengan Eks Reporter: Sudah Putus
-
Dituding HYBE dalam Pengaruh Dukun, Min Hee-jin Buka Suara
-
Jangan Sampai Tertular, Ini Cara Mencegah Malaria
-
FOTO: Warna-warni Tulip Bermekaran di Lisse Belanda
-
Ci(n)ta Rasa William Wongso