Sebab Indonesia 'Di-skip' Musisi Asing Macam Coldplay dan Taylor Swift
![Sebab Indonesia 'Di-skip' Musisi Asing Macam Coldplay dan Taylor Swift Menjadi negara berpopulasi terbanyak ke-empat dunia tak serta-merta menjadikan Indonesia 'seksi' di mata industri bisnis konser internasional.](https://akcdn.detik.net.id/visual/2023/05/07/taylor-swift-3_169.jpeg?w=650&q=90)
Para pencinta musik di Indonesia bertanya mengapa Coldplay dan Taylor Swift lebih memilih berlama-lama di Singapura dibanding mampir ke Jakarta yang penduduknya dua kali lipat dari negara itu.
Singapura mulai jadi sorotan setelah Coldplay mengumumkan akan menggelar konser di negara tersebut selama enam hari pada Januari 2024, terbanyak dibanding negara Asia Tenggara lainnya.
Sementara itu, Indonesia hanya kebagian satu hari pada 15 November 2023 dan menjadi satu dari empat negara di dunia yang hanya didatangi Coldplay satu hari untuk konser Music of the Spheres World Tour.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertanyaan makin menukik setelah Taylor Swift mengumumkan hanya akan menggelar konser The Eras Tour di Singapura, selama enam hari pula. Tak ada negara Asia Tenggara lainnya yang didatangi Swift.
Padahal, Jakarta adalah pendengar Taylor Swift terbanyak di dunia versi layanan streaming Spotify dengan 2,1 juta orang per bulan. Kemudian, Swift pun pernah ke Jakarta pada 2014.
ADVERTISEMENT
Apa sebab Indonesia di-skip dua musisi besar ini?
"Menurut saya bukan hanya soal calo," kata akademisi manajemen pertunjukan musik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Yosia Revie Pongoh, saat berbincang dengan Indonesia.com, beberapa waktu lalu.
"Ada banyak hal lain yang menjadi track record kita yang buruk dalam penyelenggaraan event, baik hiburan, olahraga, atau event lainnya, yang dengan mudah bisa dibaca di media ketika artis asing melakukan riset awal mengenai Indonesia dan kaitannya dengan penyelenggaraan event," lanjutnya.
"Mereka akan menemukan catatan-catatan permasalahan kita mengenai pengelolaan keramaian, mengenai calo, mengenai tendensi penonton kita seperti apa, termasuk kondisi sosial, politik, dan lingkungan di Indonesia," kata Revie.
Revie tak memungkiri Indonesia dengan populasi yang amat besar adalah sasaran bisnis yang strategis, termasuk bagi industri musik. Ia berkaca kepada pengalaman war ticket konser Coldplay di Jakarta yang melibatkan perputaran uang hingga ratusan juta hingga miliaran rupiah.
Apalagi untuk persoalan venue, Indonesia juga memiliki sejumlah lokasi yang bisa digunakan sebagai lokasi konser besar dari mulai Stadion Utama GBK dan JIS di Jakarta, hingga Garuda Wisnu Kencana di Bali.
Namun Revie menilai, sejumlah musisi dunia bukan hanya melihat dari segi bisnis semata. Mereka juga menilai sebuah negara dan masyarakatnya dari soal lingkungan, sikap dan penerimaan terhadap mereka, hingga soal sosial seperti inklusivitas pada kelompok minoritas.
![]() |
"Jika artis yang dimaksud di sini adalah artis-artis kelas dunia yang sudah mapan, tentu saja mereka tidak hanya mempertimbangkan kepentingan bisnis saja, tapi ada penilaian-penilaian yang didasarkan kepada hal-hal lain seperti yang disebutkan di atas," kata Revie.
"Yang sangat disayangkan, ada negara seperti Singapura yang lokasi geografinya tidak jauh dari Indonesia, tapi lebih friendly dan vibrant untuk melaksanakan konser. Hal ini melemahkan posisi Indonesia dari sudut pandang bisnis," lanjutnya.
Pernyataan Revie tersebut selaras dengan upaya Pemerintah Singapura yang jor-joran menjadikan negara tersebut sebagai destinasi tujuan hiburan, sebagai upaya pulih dari pandemi.
Pemerintah setempat bahkan mengambil alih kawasan Singapore Sports Hub, lokasi Singapore National Stadium, pada Desember 2022 agar bisa sejalan dengan ambisi menjadikan negara itu pusat tujuan pariwisata.
Setelah diambil alih, Kallang Alive Sport Management (KASM) diberikan tugas dan mereka secara aktif menyusun portofolio acara berskala besar untuk kawasan tersebut.
"Konser satu-satunya Taylor Swift di Singapura di luar Jepang adalah contoh kaliber acara yang kami targetkan untuk menambah penawaran kami kepada warga Singapura dan turis," kata Menteri Budaya, Komunitas, dan Pemuda Singapura, Edwin Tong.
Direktur Pengembangan Konsep Atraksi, Hiburan, dan Pariwisata Singapore Tourism Board, Ashlynn Loo, mengaku mereka bekerja sama dengan pihak promotor untuk memperkuat negara itu sebagai tujuan rekreasi dengan slogan 'only in Singapore'.
Lanjut ke sebelah...
'Perlu Perubahan Perilaku'
BACA HALAMAN BERIKUTNYATerkini Lainnya
'Perlu Perubahan Perilaku'
Geliat Singapura Jaga Konser Coldplay-Taylor Swift Jangan Sampai Lolos
Unjuk Taji aespa dalam Debut Konser di Indonesia
Taylor Swift Tambah Konser di Singapura, Total Jadi 6 Hari
FOTO: Pesta Musik Lagi di Festival Glastonbury
Jokowi Sebut Duit Kabur dari RI ke Singapura Imbas Konser Taylor Swift
Pangeran William Rayakan Ulang Tahun ke-42 di Konser Taylor Swift
Mengapa Banyak Orang Menangis Dengar Lagu Patah Hati Taylor Swift?
Ghisca Penipu Tiket Coldplay Divonis 3 Tahun Penjara