yoldash.net

Membedah Rahasia Sandiwara Radio Tetap Bertahan Hingga Kini

Sandiwara radio memiliki kekuatan tersendiri yang membuat hiburan jenis ini tak lekang oleh zaman meski teknologi kini sudah jauh berbeda.
Ilustrasi. Sandiwara radio memiliki kekuatan tersendiri yang membuat hiburan jenis ini tak lekang oleh zaman meski teknologi kini sudah jauh berbeda. (iStockphoto)

Jakarta, Indonesia --

Perubahan zaman dan teknologi nyatanya tak menjadi penghalang sandiwara radio tetap bertahan hidup meski tak sehingar-bingar pada dekade '80-90-an. Bahkan, sandiwara radio mulai kembali jadi tren di era digital.

Bagi pengamat budaya populer Hikmat Darmawan, sandiwara radio memiliki kekuatan tersendiri yang membuat hiburan jenis ini tak lekang oleh zaman meski teknologi kini sudah jauh berbeda dari beberapa tahun lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu mitos jika ada suatu media mencuat dibicarakan seolah olah ada perilaku kanibalistik antar media," kata Hikmat saat berbincang dengan Indonesia.com, beberapa waktu lalu.

"Audio kan bisa sambil masak, nyetrika, ngangon kebo. jadi itu yang dibilang kekuatan radio," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Fleksibilitas medium audio ini bahkan punya rangsangan lebih jauh terhadap pendengarnya, yakni mengajak pendengar untuk menyelami imajinasi masing-masing dalam membayangkan reka adegan dari sandiwara radio.

Theatre of mind, namanya. Hanya lewat suara, intonasi, dan efek, sandiwara radio bisa membuat pendengarnya membayangkan sebuah cerita.

[Gambas:Video CNN]

Kekuatan sandiwara radio ini disebut Titik Renggani dalam bukunya yang berjudul Drama Radio adalah menampilkan drama tanpa aspek gerak. Aspek yang sebelumnya justru menjadi ciri khas dari sebuah drama.

Dengan kekuatan ini, pada tahun 1938, Amerika Serikat pernah digemparkan oleh sebuah sandiwara radio berjudul The War of the Worlds. Sandiwara radio yangdigarapoleh Orson Welles dan disiarkan di CBS Radio itu disiarkan dengan durasi 60 menit per episodenya.

The War of the Worlds bercerita tentang invasi alien dari planet Mars ke Bumi. Drama ini ditayangkan laiknya berita, sehingga banyak orang yang percaya bahwa fenomena itu terjadi. Lelucon dalam sandiwara radio itu pun membuat panik pendengar di AS.

Menurut Hikmat, The War of the Worlds adalah salah satu contoh bagaimana theater of mind dalam sebuah sandiwara radio bisa menciptakan imajinasi luar biasa untuk pendengarnya. Sehingga, naskah yang baik sangat berperan pada keberlangsungan sandiwara radio.

"Seninya itu lebih bertumpu pada seni suara," kata Hikmat Darmawan.

"Makanya kemudian ketika dialihwahana ke media lain, misalnya dulu ada sandiwara yang top saat itu Saur Sepuh atau Misteri Gunung Merapi, itu jadi beda ketika difilmkan," lanjutnya.

Saur Sepuh dan Misteri Gunung Merapi adalah salah satu dari sedikit drama radio yang begitu tenar sehingga diangkat dalam gambar bergerak bertahun-tahun, bahkan sinetronnya yang kolosal juga jadi legenda tersendiri di industri hiburan Indonesia.

Dua judul drama radio itu jadi salah satu bukti keterhubungan dengan pendengar turut menjadi hal penting yang membuat sandiwara radio diterima di tengah masyarakat, terlepas dari pada zaman kapan drama itu disiarkan.

Titik menyebut dalam bukunya, bahwa ciri khas lain dari sandiwara radio adalah kentalnya unsur lokal. Hal itu membuat sebuah sandiwara bisa punya tempat tersendiri di telinga pendengarnya dan akhirnya pendengar merasa terhubung dengannya.

Lanjut ke sebelah...

'Imajinasi Masing-masing'

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat