yoldash.net

Pasar Film yang Tak Sehat di Balik Marak Film Horor kala Lebaran

Di balik riuh film horor kala libur Lebaran, ada gejala tren pasar yang dinilai tidak sehat.
Ilustrasi. Di balik riuh film horor kala libur Lebaran, ada gejala tren pasar yang dinilai tidak sehat. (cocoparisienne/Pixabay)

Jakarta, Indonesia --

Bioskop di Indonesia pada masa Lebaran 2023 kembali diramaikan dengan film horor, baik dari produksi lokal maupun impor dari Barat. Namun di balik riuh film horor kala libur Lebaran, ada gejala tren pasar yang dinilai tidak sehat.

Berdasarkan pengamatan Indonesia.com, dua film horor yang baru dirilis pada momen libur lebaran kali ini sudah mencakup separuh atau 50 persen dari film baru yang tayang di bioskop.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dua film horor baru tersebut menambah panjang film horor yang masih tayang di bioskop selama beberapa minggu terakhir sampai lebaran nanti. Tercatat, total ada 4 film horor atau 33 persen dari 12 film yang tayang saat ini di bioskop.

Angka itu jauh lebih tinggi dibanding empat genre film lainnya yang tayang selama musim liburan ini, yakni drama, action, komedi, dan animasi.

ADVERTISEMENT

Untuk film drama, cuma ada 1 judul dari 4 film baru yang tayang, menggenapi jadi 2 judul drama dari 12 film yang tayang di bioskop atau setara dengan 16 persen. Angka ini sama juga terjadi dengan genre komedi.

Sedangkan untuk film action, hanya ada tiga film yang sudah tayang sebelumnya, atau setara dengan 25 persen. Genre animasi lebih sedikit lagi, hanya ada 1 judul dari 12 film yang tayang di bioskop.

[Gambas:Video CNN]





"Film horor sekarang lagi laku dan banyak sebabnya," kata Pengamat Film dan Budaya Populer, Hikmat Darmawan, saat berbincang dengan Indonesia.com beberapa waktu lalu.

"Pertama, kita lihat di seluruh dunia memang lagi naik. Kedua, ini ada persoalan bahwa market film sering didefinisikan oleh pembuat film atau produser itu secara sangat reduktif," lanjutnya.

Hikmat menilai bahwa pasar film di Indonesia ini hanya dianggap satu jenis oleh para pelaku industri, yakni bila satu tren sedang naik maka dianggap tren itulah yang sedang digemari.

Padahal, kata Hikmat, tren film libur lebaran aslinya dimulai dari genre komedi yang ditandai dengan film Warkop DKI yang hanya rilis pada saat libur Lebaran dan akhir tahun.

"Sebetulnya asumsi awal itu kan mestinya film yang ditonton bersama keluarga itu film keluarga, tapi ternyata enggak. Salah satu tonggak yang menyebabkan adanya pasar film lebaran itu adalah Warkop DKI. Jadi, awalnya itu adalah komedi," kata Hikmat.



"Bermula dari komedi, lama-lama menjadi apa yang dianggap sebagai serapan pasar tertinggi dan lima tahun terakhir kita lihat kan horor," katanya.

"Jadi, itu sangat bisa dipahami sebagai pertimbangan bisnis. Lebaran di sini adalah event marketing, bukan event religius dalam konteks film lebaran," lanjut Hikmat.

Namun seiring dengan perjalanan, rupanya pasar penonton film Indonesia 'dikerdilkan' saat para pelaku industri hanya memilih jenis genre tertentu untuk ditayangkan dengan alasan "main aman".

Lanjut ke sebelah...

'Harusnya Majemuk'

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat