yoldash.net

Gara-gara Mimpi Ketinggian, Kami Tukar Posisi di Rumah Tangga - Halaman 2

'Jika mimpi tak perlu sempurna, mungkin kami tak perlu bertukar posisi di rumah tangga. Saya sibuk mencari nafkah, suami saya sibuk mengurus anak di rumah.'
Ilustrasi pasangan suami istri. (iStock/FilippoBacci)

Tapi perlahan saya gemas juga. Saya bertanya-tanya sampai kapan kondisinya akan seperti ini.

"Kita, tuh, gini-gini aja. Kamu, tuh, sebenernya mau ngapain?" tanya saya suatu waktu pada Elang.

Saya lelah melihat Elang yang tak juga memperlihatkan kemajuan. Bertahun-tahun kehidupan berjalan seperti ini, ia masih belum juga menemukan apa yang akan dilakukannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal, menurut saya, sebenarnya banyak hal-hal remeh yang bisa dimonetisasi Elang, tanpa perlu mengikuti impian idealisnya.

Kau tahu bagaimana idealisnya Elang? Misalnya, begini. Pembuatan satu produk, menurut Elang, membutuhkan alat yang harganya mahal bukan kepalang. Ya, masak kita harus beli alat mahal dulu baru bisa jalan. Sudah tahu sekarang kondisi keuangan pas-pasan karena hanya bergantung dari saya.

ADVERTISEMENT

Lihat Juga :

Apa lacur, modal tipis dan idealisme yang tinggi pun membuat impian bisnis menguap ke udara. Ia pergi entah ke mana.

Sempat juga saya mempertanyakan keberlanjutan rumah tangga kami. Tapi, kalau dipikir-pikir, apa iya rumah tangga saya harus gagal hanya karena uang? Rasanya saya terlalu egois.

"Maaf, ya, aku begini orangnya. Aku belum bisa memenuhi kebutuhan kita. Apa pun pilihan dan keputusan kamu, aku siap, kok, nerimanya," ujar Elang suatu waktu.

Lagi pula dipikir-pikir, saya juga sebenarnya ikut andil membikin masalah kian rumit. Saya sendiri juga terlalu sibuk bekerja. Tak ada waktu untuk mengurus si kecil di rumah.

Dengan kondisi begini, secara tidak langsung saya juga membatasi ruang gerak Elang untuk bereksplorasi mencari peluang-peluang cuan yang lain. Pasalnya, waktu Elang jadi habis menggantikan posisi saya mengurus anak di rumah seharian.

Saya sadar, saya juga egois kala itu. Saya hanya memikirkan diri saya dan mimpi untuk berkarier tinggi di bidang yang disukai. Saya ingin menjadi sesuatu.

Tak cuma sibuk bekerja, saya juga bahkan sempat mengikuti workshop dan kegiatan-kegiatan lain di luar pekerjaan formal. Sok sibuk, ya?

ilustrasi pasanganIlustrasi pasangan suami istri. (iStockphoto)

Sebenarnya, kalau dipikir-pikir, yang jadi korban di sini adalah anak. Kasihan si kecil punya orang tua yang mimpinya sama-sama ketinggian.

Si kecil tumbuh kembang lebih banyak bersama Elang. Jujur, saya sendiri saat itu tak merasakan bonding yang kuat dengan si kecil. Mungkin gara-garanya karena saya yang terlalu sibuk bermimpi dan fokus bekerja demi mengumpulkan cuan untuk kebutuhan bersama.

Tapi, kini kondisinya telah berubah. Dimulai dari momentum saat saya diberhentikan dari pekerjaan.

Tiga-empat bulan setelahnya tabungan masih bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga kami. Tapi selanjutnya kami ketar-ketir.

Momen itu mungkin jadi titik balik bagi rumah tangga kami. Saya jadi punya lebih banyak waktu untuk membangun ikatan dengan si kecil. Sementara Elang juga punya waktu untuk kembali mengembangkan bisnisnya.

Katanya, selalu ada jalan menuju Roma. Pepatah itu mungkin benar adanya. Waktu yang sangat luang membuat Elang akhirnya menemukan jalan. Perlahan, rumah tangga kami berangsur membaik.

Saya kini resmi menjadi ibu rumah tangga penuh waktu. Mengurus anak dan mengerjakan urusan-urusan domestik.

Kalau boleh jujur, ada rasa kecewa yang berkecamuk di dalam hati. Bertahun-tahun menjadi wanita karier ternyata bikin transisi untuk menjadi ibu rumah tangga tak mudah dijalani.

Saya stres. Saya bosan. Saya juga punya perasaan gemas pada mimpi-mimpi yang belum tercapai. Mungkin, ini juga yang dirasakan Elang saat periode 2-3 tahun itu.

Saya tahu posisi menjadi ibu/bapak rumah tangga ternyata tak mudah. Apalagi bagi kami yang sebelumnya terbiasa aktif dan sibuk berkegiatan. Elang pernah ada di posisi ini.

Elang, suamiku tersayang, kamu hebat!

Tulisan ini merupakan cerita dari pembaca Indonesia.com, Fayya (36). Love Story merupakan program kanal Gaya Hidup Indonesia.com yang berisi tentang kisah cinta dan peliknya lika-liku kehidupan masa kini yang disajikan secara intim dan personal. Kirim tulisan pengalaman pribadi Anda dengan minimal 800 kata ke [email protected].
(asr/asr)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat