yoldash.net

Baju Bekas dan Angan-angan Sustainable Fashion

Tak sekadar cara berhemat, membeli baju bekas juga dianggap sebagai salah satu praktik sustainable fashion yang membantu kelestarian Bumi.
Ilustrasi. Tak sekadar cara berhemat, membeli baju bekas juga dianggap sebagai salah satu praktik sustainable fashion yang membantu kelestarian Bumi. (MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA)

Jakarta, Indonesia --

Baju bekas kini dianggap naik kelas. Tak sekadar cara berhemat, lebih dari itu, berbelanja baju bekas kini juga dianggap sebagai kontribusi untuk pelestarian Bumi.

Menggunakan baju bekas atau second-hand kini tengah jadi pilihan gaya hidup banyak orang. Mereka menyebutnya dengan istilah thrifting.

Dengan berbelanja baju bekas, Anda dianggap membantu meminimalisasi limbah tekstil yang jumlahnya sudah tak terbilang. Thrifting digadang-gadang sebagai salah satu cara menjalankan konsep sustainable living.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seniman daur ulang sekaligus salah satu pendiri Setali, Intan Anggita Pratiwie sedikit sepakat akan anggapan tersebut. Setali sendiri merupakan komunitas atau organisasi yang bergerak dalam bidang fesyen berkelanjutan.

"Mau mulai belanja second-hand udah bagus banget," ujar Intan pada Indonesia.com, beberapa waktu lalu. Belanja baju bekas memang bisa menjadi salah satu cara untuk membantu meminimalisasi limbah tekstil.

ADVERTISEMENT

Menurut Intan, sampah tekstil di Indonesia sudah begitu menggunung. Bumi sendiri menampung sekitar 90 juta ton sampah tekstil setiap tahunnya.

Setali, yang fokus pada pengelolaan limbah pakaian, telah mengelola belasan ton sampah tekstil sejak 2018 lalu.

Hati-hati malah jadi sampah

Pekerja memilah limbah sisa kain di tempat pengepul limbah tekstil, Jakarta.Ilustrasi. Tren thrifting justru dinilai menjadikan Indonesia sebagai tempat pembuangan sampah dari negara tetangga. (MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA)

Berbelanja baju bekas memang bisa menjadi salah satu cara untuk meminimalisasi limbah tekstil. Tapi, bukan berarti semudah itu.

Intan justru menyoroti tren baju bekas yang justru bisa memberikan efek terbalik. Tren seperti ini, menurut Intan, berpotensi menambah permintaan baju bekas yang berujung menjadikan Indonesia jadi tempat pembuangan sampah pakaian dari luar negeri.

"Padahal, sampah mode di Indonesia sudah begitu menggunung," ujar Intan.

Sebagaimana diketahui, baju-baju bekas yang dijajakan di banyak tempat merupakan baju yang diimpor dari luar negeri. Bukan tak mungkin jika kemudian Indonesia justru malah akan jadi tempat pembuangan limbah fesyen dari negara-negara impor.

Selain itu, tren yang meningkat dan harga yang cukup terjangkau juga tak sedikit membuat banyak orang tergiur untuk berkali-kali berbelanja baju bekas.

"Kalau orang itu dirasa saking sukanya, beli berulang kali, malah numpuk pakaian tersebut," ujar Intan.

Sustainable fashion sendiri, menurut Intan, merupakan konsep yang terdiri dari beberapa lapis. Tak hanya dengan berbelanja baju bekas, lantas Anda disebut menjalankan konsep sustainable fashion.

Intan menyoroti adanya kesalahpahaman banyak orang memaknai sustainable fashion. Bicara soal fesyen, pada dasarnya yang dibutuhkan seseorang adalah pakaian yang fungsional.

"Yang kita butuhkan [adalah] badan terlindungi dari panas, dingin," ujar Intan. Beli baju secukupnya, sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

Intan mengingatkan bahwa tren dibuat untuk menggiring kebutuhan pasar. Hal ini setidaknya terlihat dari tren thrifting yang belakangan digilai.

"Tren itu, kan, ilusi yang dibuat untuk menggiring kebutuhan pasar," ujar Intan.

Sah-sah saja jika Anda ingin mengikuti tren yang kini tengah digilai. Intan menyarankan Anda untuk membeli baju bekas milik seorang kenalan atau tangan orang pertama.

"Ikut garage sale orang, ngumpulin teman, buka lapak. Itu sehat dan ada management fashion waste," katanya.

Simak cara menjalankan sustainable fashion di halaman selanjutnya..

Cara Mudah dan Murah Terapkan Sustainable Fashion

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat