yoldash.net

Menkominfo Klaim WhatsApp Lebih Bahaya dari Starlink, Cek Alasannya

Menkominfo Budi Arie Setiadi mengklaim WhatsApp lebih berbahaya ketimbang Starlink. Berikut penjelasannya.
Di depan Komisi I DPR, Menkominfo Budi Arie mengungkap bahaya WA. (ANTARA FOTO/MUHAMMAD ADIMAJA)

Jakarta, Indonesia --

Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi menyebut layanan chat WhatsApp lebih berbahaya ketimbang layanan internet satelit Starlink lantaran faktor jumlah pengguna.

Hal itu diungkapkannya saat dicecar soal Starlink dalam Rapat Kerja Komisi I DPR, Senin (10/6). 

Dalam rapat itu, Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar Nurul Arifin mempertanyakan soal kontroversi pemberian izin Starlink di RI dan potensi dampaknya terhadap industri telekomunikasi dalam negeri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hal ini menjadi pro dan kontra, sikap Kominfo untuk ini bagaimana? Apakah sudah dipelajari baik yang pro atau yang kontra? Karena ini juga bisa merugikan industri telekomunikasi nasional, kenapa tidak di 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) saja beroperasinya?" cetus dia dalam Raker itu.

ADVERTISEMENT

Pada saat yang sama, Anggota Komisi I DPR dari F-PKS Jazuli Juwaini menggarisbawahi, "Jangan sampai karena investasi kita melupakan aspek-aspek tidak kalah pentingnya, menyangkut kedaulatan data."

Menkominfo kemudian membandingkannya dengan keberadaan layanan streaming konten di internet, Over The Top (OTT), yang sudah lebih dulu hadir ketimbang Starlink, yang belum diatur secara optimal.

"OTT ini harus kita atur, terutama WhatsApp. Jadi kalau saya mau katakan lebih berbahaya mana Starlink? lebih berbahaya WhatsApp," ungkap Budi Arie dalam rapat itu.

Ia pun membandingkan angka pengguna layanan WA yang jauh lebih besar.

"Di Indonesia, dari 340 juta pengguna handphone di Indonesia, 250 jutanya adalah pengguna Whatsapp."

"Sekarang mau ditanya kedaulatan data mana? WA-WA kita harus kita delete, kalau enggak kesimpen di sana, berbahaya," lanjut Menkominfo.

Sementara, menurut dia, Starlink saat ini baru memiliki 1.000 hingga 2.000 pengguna.

"Makanya kita soal OTT diatur apa segala, nanti kita perlu diskusi khusus, ini soal kedaulatan. Termasuk bagaimana mindahin data center-nya dia nih ke Indonesia," tandas dia.

[Gambas:Video CNN]

(lom/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat