yoldash.net

Viral Meteor Hijau Melintas di Langit Yogyakarta, Astronom Buka Suara

Astronom menjelaskan viral momen meteor berpendar melintasi langit Kota Yogyakarta Sabtu (4/5) malam.
Ilustrasi penambakan meteor warna hijau. (@HABIP785 via X via REUTERS/@HABIP785 VIA X)

Jakarta, Indonesia --

Sebuah video menangkap momen benda asing meteor berpendar melintasi langit Kota Yogyakarta Sabtu (4/5) malam yang kemudian viral di media sosial.

Astronom amatir Indonesia Marufin Sudibyo memastikan benda berwarna kehijau-hijauan tersebut adalah sebuah meteor terang alias fireball.

Marufin menyebut meteor ini tak hanya terpantau di langit Yogyakarta, namun juga Solo Raya, Magelang, hingga Semarang berdasarkan laporan yang ia terima.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Terekam bergerak dari Selatan ke Utara," kata Marufin, Minggu (5/5).

Marufin menuturkan meteor terang ini terekam tanpa titik 'spike' khas pemecah-belahan atau fragmentasi ketika memasuki atmosfer bumi.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan data pantauannya, meteor ini memiliki magnitudo antara -6 hingga -7 atau tidak menghasilkan dentuman suara atau sonic boom.

"Pada puncaknya meteor terang ini 20 kali lebih terang dibanding Venus," kata Marufin yang menjabat Wakil Sekretaris Lembaga Falakiyah PBNU.

Sementara, lanjut dia, berdasarkan laporan saksi, meteor ini terlihat dalam kawasan yang cukup luas. Ini mengindikasikan bahwa meteor meteor ini bermula dari ketinggian 100 kilometer dan berakhir pada ketinggian 50 kilometer dari permukaan bumi.

Marufin selain itu juga memastikan bahwa meteor ini bukanlah Eta Aquarids, di mana fenomena langit ini diperkirakan mencapai puncaknya baru pada 5 dan 6 Mei 2024.

"Karena lintasannya dari Selatan dan terlihat sebelum tengah malam, meteor terang ini bukan meteor Eta Aquarids," imbuh dia.

Adapun warna hijau pada ekor meteor, menurut Marufin adalah sebagai indikasi adanya konsentrasi Nikel tinggi. Dia mensinyalir meteor ini adalah pecahan asteroid berukuran kurang lebih berdiameter 30 centimeter.

"Meteor semalam itu tidak ada sisanya dan ini normal terjadi rata-rata 200 jam sekali secara global. Dampak ke bumi tidak ada, karena bumi sudah biasa menerima hujan meteor rata-rata 44 ton per hari," pungkasnya.

(kum/DAL)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat