yoldash.net

3 Peneliti Resmi Jadi Profesor Riset, Termasuk yang Termuda di BRIN

Tiga Peneliti Ahli Utama BRIN di bidang optik, iklim, dan pencemaran laut, resmi dikukuhkan sebagai Profesor Riset hari ini.
Pakar bidang optik Isnaeni (kiri), pakar iklim Erma Yulihastin (tengah), dan pakar bidang pencemaran laut Muhammad Reza Cordova (kanan) resmi dikukuhkah sebagai Profesor Riset BRIN, hari ini. (CNN Indonesia/ Arif Hulwan)

Jakarta, Indonesia --

Tiga Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) resmi dikukuhkan sebagai Profesor Riset hari ini, Kamis (25/4).

Menurut rilis resmi BRIN, Profesor Riset di Indonesia merupakan posisi akademik tertinggi di lembaga pendidikan tinggi atau institusi riset.

Tiga peneliti BRIN itu, yakni pakar bidang optik Isnaeni, pakar cuaca dan iklim ekstrem Erma Yulihastin, dan pakar bidang pencemaran laut Muhammad Reza Cordova, menjalani Sidang Terbuka pengukuhan tiga profesor riset baru oleh Majelis Profesor Riset, di Gedung B.J. Habibie, Jakarta, hari ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam orasinya, Isnaeni, yang secara konsisten melakukan penelitian atas masalah efisiensi energi listrik dan pencemaran lingkungan, dengan menghadirkan quantum dots karbon sebagai solusinya.

"Quantum dots adalah partikel berukuran skala nanometer, di mana terjadi pengurungan elektron yang menyebabkan tingkat energi dalam quantum dots bersifat diskrit dan menghasilkan sifat yang unik," jelas dia.

ADVERTISEMENT

Sedangkan quantum dots karbon adalah jenis quantum dots yang dapat dibuat dari bahan limbah domestik, memiliki keunggulan sifat optik yang baik, dan mudah disintesis.

Penggunaan satu jenis quantum dots karbon pada LED berhasil menciptakan warna lampu kuning, merah, jingga, hingga putih. Selain tidak bersifat toksik, quantum dots karbon juga sensitif terhadap logam berat.

"Hasil pengembangan ini tentu akan sangat bermanfaat bagi pemantauan polusi logam berat pada perairan sungai, danau, dan lautan," katanya.

Sementara itu, Erma Yulihastin tekun melakukan penelitian terkait model prediksi hujan yang akurat untuk wilayah Indonesia.

"Salah satu penyebab model global memiliki bias prediksi hujan terbesar di wilayah Indonesia adalah komposisi wilayah laut dan darat serta distribusi topografinya yang kompleks," ungkap dia.

Menurutnya, pengembangan metode kopel model antara komponen atmosfer dan laut berguna untuk memperbaiki prediksi onset hujan ekstrem berbasis model dinamik skala meso.

Metode ini selanjutnya disebut Sistem Pendukung Keputusan Numerical-based Atmosphere-ocean prediction and Knowledge Using deep Learning Artificial Intelligence (NAKULA).

"Pengembangan NAKULA merupakan salah satu solusi kemandirian nasional dalam teknologi prediksi cuaca ekstrem agar dapat menghasilkan dataset prediksi cuaca resolusi tinggi untuk wilayah Indonesia," ujar Erma.

Pada kesempatan yang sama, Muhammad Reza Cordova, yang merupakan kelahiran 1986, menyebut Indonesia dianggap sebagai penghasil sampah plastik laut terbesar kedua.

Namun, dari hasil riset yang dilakukannya, angkanya lebih kecil dua hingga enam kali dari klaim modelling secara global.

"Perhitungan tersebut menjadi dasar pengurangan kebocoran sampah plastik laut untuk periode delapan tahun, terhitung sejak 2018 sampai 2025, yakni sebesar 70 persen. Hal ini tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang penanganan sampah laut," kata Profesor Riset termuda di BRIN ini.

Implementasi data dasar dan strategi yang dirumuskannya, menunjukkan selama periode 2018 hingga 2023 produksi sampah di laut di Indonesia diklaim sudah berkurang hingga 41 persen.

Usai menggelar orasi ilmiah, yang merupakan saripati dari riset yang dilakukan selama ini, ketiga peneliti ahli utama itu menerima piagam Profesor Riset dan Widyamala.

Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian, yang hadir dalam pengukuhan profesor riset itu, mengatakan status tersebut harus ditunjukkan dengan kinerja yang semakin andal.

Ia pun menggarisbawahi lima poin penting; pertama, seorang profesor riset harus mampu melakukan riset berkualitas dan berkontribusi pada pengetahuan di bidang kepakaran terkait.

Kedua, mampu membimbing periset lain ataupun mahasiswa. Ketiga, mampu memberikan ide, masukan, dan strategi dalam pengembangan kebijakan riset dan inovasi, baik di bidang kepakaran yang bersangkutan ataupun peran manajerial.

"Selanjutnya yang keempat, mampu berkolaborasi dengan berbagai mitra baik nasional maupun global. Dan yang terakhir adalah dapat berperan aktif tidak hanya pada ruang lingkup organisasi, namun juga secara luas sebagai pengabdian terhadap masyarakat," kata dia yang akrab disapa Vian itu.

[Gambas:Video CNN]

(tim/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat