yoldash.net

Rahasia Gedung Tertinggi Taiwan 'Menari' Bersama Gempa Dahsyat

Apa rahasia gedung tertinggi di Taiwan, Taipei 101, bisa bertahan dari gempuran gempa di atas Magnitudo 7?
Gedung tertinggi di Taiwan, Taipei 101, bisa bertahan dari gempuran gempa di atas Magnitudo 7. (AP/Chiang Ying-ying)

Jakarta, Indonesia --

Salah satu rahasia inti gedung pencakar langit tertinggi di Taiwan, Taipei 101, bisa bertahan dari gempuran gempa di atas Magnitudo 7 adalah bandul raksasa (giant pendulum) yang dipasang di bagian atasnya.

Berdasarkan prakiraan terbaru dari Badan Pemadam Kebakaran Nasional (NFA), gempa berkekuatan 7,4 yang melanda Taiwan pada Rabu (3/4) menyebabkan sedikitnya 9 orang tewas dan 770 bangunan rusak.

Gempa ini merupakan gempa bumi terkuat yang pernah terjadi di Taiwan dalam 25 tahun terakhir. Bahkan, ibu kota Taipei City yang berjarak 80 mil dari pusat gempa, juga turut merasakan goncangan dari gempa tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berkat teknik modern yang ada dalam pembangunan, salah satu gedung pencakar langit tertinggi di dunia, Taipei 101, di Distrik Xinyi, Taipei, berhasil bertahan tanpa mengalami kerusakan.

Berdasarkan rekaman, menara setinggi 1.667 kaki atau 508.0 meter itu sempat sedikit bergoyang.

ADVERTISEMENT

Gerakan ini secara sempurna menunjukkan bagaimana pertahanan terpenting gedung pencakar langit terhadap gempa bumi adalah material buat membangunnya: beton bertulang.

Bukan hanya menggabungkan kekuatan tekan beton dan tarikan baja saja yang membuat gedung tersebut menjadi cukup fleksibel untuk bergoyang bersama gempa namun masih kuat menahan terjangan topan.

Prinsip bahwa bangunan dapat menahan gaya gempa dengan bergerak bersamanya, bukan melawannya, ini telah mendasari arsitektur tradisional di negara-negara Asia Timur yang rawan gempa selama berabad-abad, mulai dari pagoda Jepang hingga istana China.

Peredam Massa Raksasa

Walau begitu, tetap ada juga bantuan dari inovasi teknologi yang merupakan peredam massa (perangkat berbentuk bola besar) yang juga turut membantu melindungi gedung pencakar langit 101 lantai tersebut bertahan.

Bergantung pada 92 kabel tebal di antara lantai 87 dan 92, bola baja emas tersebut dapat bergerak sekitar 5 kaki ke segala arah. Ini membuat bola tersebut bergerak seperti pendulum yang melawan (atau meredam) gerakan ayunan.

Stefan Al, penulis 'Supertall: How the World's Tallest Buildings Are Reshaping Our Cities and Our Lives' menjelaskan bagaimana hubungan silinder hidrolik antara bola dan bangunan mengubah energi tersebut menjadi panas, yang kemudian tersebar.

"Saat bangunan mulai berguncang, (peredam massa yang disetel) akan bergerak ke arah berlawanan. Dalam kasus Taipei 101, ia ditangguhkan, sehingga akan tertinggal saat menara bergoyang dan akan menyerap energi kinetik dengan bergerak ke arah yang berlawanan," jelas dia, melansir CNN, Kamis (4/4).

Peredam massa yang disetel ini bertujuan agar beresonansi pada frekuensi yang sama dengan bangunan, namun dengan panjang gelombang yang dimulai lebih awal atau lebih lambat.

Hal ini dapat memberikan stabilitas yang membantu menghilangkan potensi energi bencana.

Peredam massa seperti ini rupanya bukan hanya dipakai untuk Taipei 101, tapi digunakan juga di beberapa gedung pencakar langit seluruh dunia, termasuk Menara Steinway di New York dan Burj al-Arab di Dubai.

Dukungan struktural

Selain peredam massa, terdapat beberapa dukungan struktural lain yang membantu stabilitas gedung Taipei 101 ini.

Contohnya adalah bangunan fondasi yang sangat dalam dengan 380 tiang beton bertulang dan baja yang dibor ke dalam batuan dasar di bawahnya. Kemudian pada bagian atas, inti dari bangunan dihubungkan ke serangkaian "mega-kolom", melalui rangka cadik baja yang sangat besar.

Selain itu, Taipei 101 sebelumnya juga sudah mematuhi peraturan bangunan anti-seismik yang ketat. Namun, untuk melihat bagaimana Taipei 101 akan bertahan terhadap peristiwa seismik yang lebih kuat masih belum bisa diketahui.

"Meskipun kami memiliki simulasi komputer, masih ada sesuatu tentang fisik yang tidak dapat kami peroleh dari simulasi digital," kata Stefan Al.

[Gambas:Video CNN]

(rni/arh)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat