yoldash.net

Hindari Konflik, Gajah Diusulkan Punya Jalan Layang Sendiri

BRIN mengusulkan fly over untuk gajah demi menghindari konflik dengan manusia di Riau.
Gajah diusulkan punya jalan layang sendiri demi hindari konflik dengan manusia. Foto: ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI

Jakarta, Indonesia --

Peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengusulkan membuat flyover atau jalan layang untuk perlintasan gajah liar yang kerap konflik dengan manusia.

Peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi BRIN Hendra Gunawan mengatakan untuk mitigasi konflik satwa liar dengan manusia diperlukan upaya komprehensif seperti penataan ruang seperti kantong habitat kawasan yang dilindungi.

"Kantong-kantong habitat ini juga jangan sampai terfragmentasi oleh pembangunan infrastruktur seperti jalan raya. Jika terpaksa harus terfragmentasi oleh jalan, maka perlu dibuat koridor penghubung, dengan cara misalnya jalan dibuat sebagai flyover," ujar Hendra lewat siaran resmi BRIN, Rabu (17/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, ia menyarankan untuk membuat koridor sebagai eco bridge di atas jalan, atau untuk daerah rawa bisa dibuat gorong-gorong besar (culvert).

ADVERTISEMENT

Menurutnya, satwa liar seperti gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis) memiliki daya jelajah yang luas karena ukuran tubuhnya yang besar, sehingga wilayah jelajahnya bisa lintas provinsi.

Oleh karena itu upaya penanganan konfliknya harus melibatkan banyak pihak dan terintegrasi.

Terkait dengan maraknya kegiatan pembangunan seperti pertambangan di kawasan hutan dan pembangunan perkebunan kelapa sawit, Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagai instrumen pencegahan kerusakan lingkungan, kata Hendra harus diterapkan dan dikawal dengan ketat.

Terlebih, kata dia, jika pembangunan memiliki dampak penting dan berskala luas serta berbatasan langsung dengan kawasan-kawasan konservasi.

Dikutip situs resmi BRIN, dalam kurun waktu 10 tahun terakhir konflik antar manusia dan satwa liar terus terjadi dan tidak ada tanda-tanda konflik mereda.

Provinsi Bengkulu menjadi provinsi kedua dengan kasus konflik manusia dan satwa liar terbanyak setelah Provinsi Aceh, di mana gajah dan harimau sumatra menjadi satwa yang sering bergesekan dengan manusia.

Lihat Juga :

Konflik ini dipicu oleh alih fungsi lahan hutan menjadi lahan perkebunan, menjadi pemukiman dan pembangunan infrastruktur yang berdampak penurunan kualitas habitat (habitat degradation).

Sebelumnya, gajah sumatera menerjang jalan tol lintas Pekanbaru-Dumai pada Maret lalu. Gajah jantan bernama Codet itu menerobos pagar tol untuk mencari pasangannya pada saat musim kawin.

Mengutip Antara, Codet melintasi jalan bebas hambatan itu akibat banjir yang menggenangi terowongan di bawah jalan tol yang dibangun khusus untuk menyebrang jalan tol bagi satwa liar.

Kepala Bidang Teknis Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau M Mahfud menyatakan gajah jantan yang dilindungi tersebut merupakan satwa asli cagar alam Balai Raja dan tinggal di suaka gajah di taman tersebut.

"Dia ingin pergi ke wilayah Giam Siak Kecil untuk mencari teman atau betina untuk dikawinkan," kata Mahfud.

Pihak berwenang memperkirakan setidaknya ada 55 ekor gajah yang hidup di Cagar Alam Balai Raja dan Giam Siak Kecil.

Kontraktor jalan tol memutuskan membangun lima terowongan sepanjang 45 meter di bawah jalan tol, agar gajah dapat dengan mudah melintasi terowongan kapan saja.

Situasi banjir yang terjadi belakangan ini di terowongan perlintasan gajah, pengelola jalan tol menyebut telah membangun sumur resapan untuk mencegah terulangnya banjir di masa mendatang.

[Gambas:Video CNN]

(can/lth)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat