yoldash.net

Duka Mendalam Anak yang Ditinggal Wafat Orang Tua saat Ibadah Haji

Saida Wurie tak pernah menyangka impian seumur hidup kedua orang tuanya untuk berhaji justru menjadi takdir duka yang mendalam untuknya.
Saida Wurie tak pernah menyangka impian seumur hidup kedua orang tuanya untuk berhaji justru menjadi takdir duka yang mendalam untuknya. Ilustrasi. (iStockphoto).

Jakarta, Indonesia --

Saida Wurie tak pernah menyangka impian seumur hidup kedua orang tuanya untuk berhaji justru menjadi takdir duka yang mendalam untuknya.

Wurie mau tidak mau harus merelakan kepergian kedua orang tuanya yang meninggal dunia saat menjalankan ibadah rukun Islam kelima, yakni melaksanakan ibadah haji di Makkah, Arab Saudi.

"Mereka (kedua orang tua) menggunakan hampir semua hidupnya untuk hal ini (berangkat haji)," kata Wurie mengutip CNN.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Impian dan perjalanan seumur hidup itu kini berubah menjadi kisah sedih. Kedua orang tuanya yang telah menghabiskan uang sebanyak US$23 ribu atau setara Rp378 juta dengan menggunakan perusahaan tur di negara bagian Maryland itu tutup usia.

Lihat Juga :

ADVERTISEMENT

Ibunya, Isatu Tejan Wurie (65) dan ayahnya, Alieu Dausy Wurie (71) termasuk dalam ratusan jemaah haji yang meninggal dunia akibat suhu ekstrem di Arab Saudi. Akibat cuaca ekstrem ini lebih dari 500 orang meninggal dunia, dan muncul kekhawatiran jumlah korban akan terus bertambah.

Ibu Wurie sendiri baru saja pensiun dari tugasnya sebagai kepala perawat di Kaiser Permanente di Prince George Cunty. Wurie juga sempat berkontak dengan ibu dan ayahnya itu ketika mereka baru saja tiba di Arab Saudi.

Dalam obrolan itu dia mengetahui bahwa perusahaan tur tidak menyediakan transportasi atau kredensial yang diperlukan selama beribadah haji.

Rombongan orang tuanya yang ikut bepergian, termasuk 100 rekan jamaah, kekurangan makanan dan perbekalan untuk perjalanan lima hingga enam hari yang merupakan rukun Islam itu.

Wurie pun yakin kedua orang tuanya juga tidak melakukan persiapan yang maksimal untuk perjalanan ini. Mereka juga tidak menerima kompensasi sesuai harga yang dibayarkan dari perusahaan tur itu.

Terakhir kali Wurie menerima kabar dari orang tuanya pada 15 Juni waktu setempat. Saat itu ibunya menyampaikan pesan mereka sudah berjam-jam menunggu angkutan untuk dibawa ke Gunung Arafah.

Karena angkutan yang tak kunjung datang, pasangan itu memilih berjalan kaki dan mengirim pesan kembali ke Wurie bahwa keduanya sudah berjalan kurang lebih dua jam.

Tak berapa lama, seorang pria dalam rombongan mengabari Wurie bahwa orang tuanya hilang di Gunung Arafah tidak lama setelah ayahnya mengaku tidak bisa melanjutkan perjalanan dan berhenti untuk istirahat.

Setelah itu, Wurie menerima pemberitahuan kematian dari Konsulat Amerika Serikat di Jeddah yang dikabari oleh Kementerian Dalam Negeri Saudi. Pemberitahuan itu menyatakan bahwa orang tua Wurie meninggal karena 'sebab alamiah' pada 15 Juli.

Dia kemudian diberitahu oleh seseorang di Kedutaan Besar AS bahwa serangan panas adalah penyebab kematian yang kemudian dianggap sebagai penyebab alami. Orang tuanya juga disebut telah dimakamkan meskipun hingga kini tidak diberi tahu dimana persisnya makam mereka.

Kini, Wurie terus berjuang untuk mendapatkan informasi detail soal lokasi pemakaman kedua orang tuanya itu.

"Kami memang meminta pemerintah Saudi untuk menahan jenazah tersebut agar kami dapat melakukan perjalanan ke Arab Saudi untuk setidaknya memberikan mereka penguburan yang layak dan kehadiran anak-anak (mereka) serta mengidentifikasi jenazah tersebut," kata dia.

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat juga mengonfirmasi banyak "warga negara AS yang meninggal di Arab Saudi," namun menolak berkomentar secara spesifik seputar keluarga Wurie.

Panas ekstrem disebut-sebut sebagai faktor utama dibalik ratusan kematian dan cedera yang dilaporkan tahun ini selama ibadah haji. Mekah, kota suci yang menjadi pusat jamaah haji, mengalami suhu yang melonjak hingga mencapai rekor 125 derajat Fahrenheit pada hari Senin.

Sebenarnya, suhu tinggi ini juga sudah diperkirakan, dengan tentara Saudi mengerahkan lebih dari 1.600 personel dengan unit medis dan 30 tim tanggap cepat khusus untuk mengantisipasi serangan panas tersebut.

Kurang lebih 5.000 sukarelawan kesehatan dan pertolongan pertama lainnya juga telah ditugaskan. Namun CNN telah berbicara dengan jamaah haji lainnya yang mengatakan bahwa persiapan tersebut tidak cukup, salah satu dari mereka bahkan mengaku melihat rekan jemaahnya kehilangan kesadaran dan berjalan melewati mayat-mayat yang ditutupi kain putih.

Kejadian ini sebenarnya bukan pertama kali terjadi saat ratusan jamaah meninggal ketika melakukan perjalanan haji. Hanya yang menarik di tahun ini lebih dari 1,8 juta orang telah meninggal.

Pada 2015, lebih dari 700 orang tewas akibat terinjak-injak di kota Mina, Arab Saudi, tepat di luar Mekah. Pada 2006, 363 orang tewas akibat terinjak-injak di lokasi dimana para peziarah berkumpul untuk berpartisipasi dalam ritual 'rajam setan' di Mina. Tahun lalu, lebih dari 200 orang meninggal.

(tst/sfr)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat