yoldash.net

Kesaksian WNI Soal Udara 'Membara' Saudi dan Tumbangnya Jemaah Haji

Panas ekstrem yang melanda Arab Saudi, meski sempat dijeda hujan sesaat, masih menghantui jemaah haji. Simak kesaksian WNI tentang efek fenomena ini.
Jemaah haji terdampak panas ekstrem di Mina, 16 Juni. Fenomena ini disebut terkait pemanasan global. (AFP/FADEL SENNA)

Yogyakarta, Indonesia --

Seorang warga Negara Indonesia (WNI) mengungkap efek panas yang menggila terhadap jemaah haji selama rangkaian ibadah di Arab Saudi.

L. Hakim (36), salah satu WNI yang melaksanakan ibadah haji tahun ini, melihat dengan mata kepala sendiri para jemaah haji bertumbangan akibat suhu tinggi di sana.

Hakim adalah jamaah haji asal Gamping, Sleman, DI Yogyakarta, yang berkesempatan menunaikan ibadah haji berkat kemitraan antara tempatnya bekerja dengan Pemerintahan Arab Saudi. Dia memang tidak tergabung dalam rombongan kloter jamaah Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Memang puanass sekali, terhirup udara itu rasanya hangat," kata Hakim saat dihubungi, Selasa (18/6).

ADVERTISEMENT

Hakim mengungkap suhu ekstrem yang menerjang Mekah dan sekitarnya membuat panas di sana menjadi bukan main dibandingkan dengan Indonesia. Suhu terukur antara 45 hingga 48 derajat Celsius.

Ia merasakan sendiri sengatan panas itu kala berjalan kaki menuju lokasi lempar jumrah yang berjarak sekitar satu kilometer dari tempatnya menginap di Mina.

Itu adalah momen jumrah pertama pada 10 Zulhijah saat dalam kondisi masih mengenakan kain ihram.

"Saya enggak berani kalau matahari itu langsung kena kepala, maka pakai payung. Lalu minum terus, nyemprotin air pakai semprotan itu ke wajah. Ada orang yang kelihatan sudah mulai [kepanasan] saya semprot juga," ungkap pria asli Pati, Jawa Tengah, itu.

Atasannya sebelumnya sudah mewanti-wanti agar mempersiapkan segala sesuatunya dari rumah. Khususnya, perlengkapan untuk mendinginkan tubuh selama cuaca panas demi mencegah kelelahan hingga heat stroke.

Saat prosesi lontar jumrah ini, dia juga melihat banyak jemaah haji dari rombongan lain yang tak kuat menghadapi suhu tinggi ini. Sampai-sampai, ada yang menggedor-nggedor pintu tempatnya menginap untuk minta minum.

"Pas itu kan banyak jamaah desak-desakan yang lewat, itu gedor-gedor pintu minta minum, kan saking panasnya. Karena yang jamaah biasa itu [jarak] tendanya bisa sampai 4 kilometer dari lokasi [lempar jumrah]," ungkapnya.

Hakim juga melihat empat sampai lima jamaah terkapar di tanah. Ada pula satu dari mereka yang sudah dalam posisi tubuhnya ditutupi kain. Kesaksiannya, jemaah tersebut sudah wafat.

"Di depan tempat saya nginap itu ada yang meninggal, tergeletak gitu ditutupi kain di pinggir jalan. Ya karena mungkin sudah sepuh juga. Ada yang pingsan juga didampingi istrinya, itu jemaah, mungkin baru mau berangkat atau sesudah lempar jumrah sekitar jam dua siang," sambung dia.

Melihat kondisi itu, dua jemaah haji lain kawan Hakim asal Malaysia sampai-sampai mengurungkan niat berjalan kaki untuk mencari Dam Haji. Mereka baru melangkah kurang dari 1 kilometer sebelum memantapkan diri kembali ke penginapan.

Pasalnya, otoritas setempat juga sudah mengeluarkan peringatan agar tak meninggalkan area hotel saat cuaca panas.

Pemandangan tak jauh beda dilihat Hakim sewaktu melaksanakan wukuf di Arafah. Ketika malam hari pun udara masih tetap saja terasa panas, sekalipun tanpa terik sinar matahari.

Dilanda hujan 15 menit di halaman berikutnya...

Dijeda hujan 15 menit

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat