yoldash.net

Lebih dari 2.000 Pedemo Mahasiswa AS Bela Palestina Ditangkap Polisi

Lebih dari 2.000 mahasiswa dan pedemo bela Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat ditahan aparat keamanan.
Lebih dari 2.000 orang ditahan dalam aksi demonstrasi bela Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat. Foto: AP/Mike Stewart

Jakarta, Indonesia --

Lebih dari 2.000 orang ditangkap di kampus-kampus di Amerika Serikat, sejak gelombang protes mahasiswa bela Palestina semakin meningkat di Negeri Paman Sam. 

Para pedemo menyerukan Israel menyetop agresinya di Jalur Gaza dan menuntut kampus-kampus AS menghentikan kerja sama bisnis dengan Israel maupun perusahaan yang mendukung perang di Gaza. 

Aksi protes yang berujung kekerasan hingga penangkapan semakin intens per 1 Mei kemarin, di mana hampir 200 orang ditahan dalam satu hari. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penahanan tersebut terjadi di Universitas California Los Angeles (UCLA), usai polisi dan pedemo terlibat aksi saling dorong karena para mahasiswa menolak dibubarkan. 

ADVERTISEMENT

Sebagian pedemo bahkan membentuk barikade pertahanan, ketika polisi melepaskan tembakan peringatan untuk membubarkan massa. 

Selain di UCLA, aksi demo yang diwarnai dengan pendirian tenda-tenda untuk bermukim di kampus juga menyebar di sejumlah universitas terkemuka.

Gelombang protes mahasiswa AS ini dimulai di Columbia University pada 17 April lalu, di mana para pedemo menyerukan diakhirinya perang Israel-Hamas.

Pada 18 April, Kepolisian New York membersihkan tenda-tenda di Columbia dan menangkap sekitar 100 pengunjuk rasa. Namun para demonstran mendirikan tenda baru dan menentang ancaman skorsing, bahkan lanjut menduduki Hamilton Hall untuk melanjutkan aksi mereka.

Menanggapi aksi ini, Israel mencap protes tersebut sebagai antisemitisme. Sementara para kritikus Israel mengatakan bahwa mereka menggunakan tuduhan itu untuk membungkam oposisi.

Sementara itu Presiden Amerika Serikat Joe Biden juga angkat bicara dan membela hak para mahasiswa yang melakukan aksi damai itu. Namun Biden mengecam kekacauan yang terjadi beberapa hari terakhir.

Dia menegaskan ketertiban juga harus tetap ditegakkan ketika menggelar demonstrasi.

"Kita [AS] bukan negara otoriter yang membungkam orang atau membungkam perbedaan pendapat," kata Biden di Gedung Putih seperti diberitakan AFP pada Kamis (1/5).

"Tetapi kita juga bukan negara tanpa hukum. Kita adalah masyarakat sipil, dan ketertiban harus ditegakkan," ia menegaskan.

Ia menyatakan aksi protes tidak boleh terus dibiarkan hingga mengganggu perkuliahan hingga jadwal wisuda ribuan mahasiswa di kampus-kampus seluruh AS.

"Seharusnya tidak ada tempat di kampus mana pun, tidak ada tempat di Amerika untuk anti-Semitisme, atau ancaman kekerasan terhadap mahasiswa Yahudi," tambah Biden.

"Tidak ada tempat untuk ujaran kebencian atau kekerasan dalam bentuk apa pun, baik itu anti-Semitisme, Islamofobia, atau diskriminasi terhadap orang Arab Amerika atau orang Amerika Palestina," ujarnya. "Itu salah."



(dna/dna)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat