yoldash.net

NATO Sewot China Terus Bantu Rusia, Desak Putus Hubungan

Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg marah gegara China yang terus bantu Rusia dalam agresi ke Ukraina.
Ilustrasi Bendera NATO. (REUTERS/KACPER PEMPEL)

Jakarta, Indonesia --

Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg marah gegara China yang terus bantu Rusia dalam agresi ke Ukraina.

Stoltenberg juga mendorong China agar melepas hubungan dengan Rusia jika ingin mempunyai relasi baik dengan negara-negara Barat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"China mengatakan pihaknya menginginkan hubungan baik dengan Barat. Pada saat yang sama, Beijing terus mengobarkan konflik bersenjata terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua. Mereka tidak bisa melakukan dua arah," tegas Stoltenberg seperti dikutip Reuters, Jumat (26/4).

Dia mengatakan hal tersebut usai menghadiri sebuah pertemuan di Berlin, Jerman, pada Kamis (25/4).

ADVERTISEMENT

Dalam pidatonya, Stoltenberg menggarisbawahi berbagai bantuan pertahanan Beijing yang selama ini berdampak buruk pada perang Rusia-Ukraina.

"Tahun lalu, Rusia mengimpor 90% mikroelektronikanya dari China, yang digunakan untuk memproduksi rudal, tank, dan pesawat terbang. China juga berupaya memberikan Rusia peningkatan kemampuan satelit dan pencitraan," ungkap Stoltenberg.

Kemudian, dia juga akui bahwa negara-negara Barat dan NATO menyesal karena pernah memiliki ketergantungan minyak terhadap Negeri Beruang Merah.

"Di masa lalu, kami melakukan kesalahan dengan bergantung pada minyak dan gas Rusia," ujar Stoltenberg.

"Kita tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama dengan China. Tergantung pada uangnya, bahan bakunya, teknologinya - ketergantungan membuat kita rentan," tambahnya.

Belakangan ini, China memang sedang gencar-gencarnya mendekat ke Rusia. Beijing memiliki sejumlah perjanjian dagang hingga pertahanan dengan Kremlin dalam kurun waktu yang cukup lama.

Kedua negara pun telah menyepakati perjanjian 'tanpa batas' pada Februari 2022 lalu. Perjanjian tersebut mencakup tentang kesepakatan ekonomi hingga pertahanan antar dua negara.

Menanggapi demikian, AS dan negara-negara Barat telah memberikan sejumlah sanksi kepada Rusia usai menginvasi Ukraina pada beberapa tahun lalu.

Namun, hal itu tidak memberikan efek jera dan justru membuat negara-negara Barat kehilangan salah satu sumber kebutuhan minyaknya.

Berdasarkan data dari bea cukai China, China dan Rusia memiliki hubungan perdagangan mencapai US$240,1 miliar pada 2023 hingga naik sebesar 26,3 persen.

Selain itu, Presiden Rusia Vladimir Putin disebut bakal bertemu dengan Presiden China Xi Jin Ping pada Mei mendatang.

"Beberapa kunjungan presiden dan beberapa kontak tingkat tinggi sedang dipersiapkan saat ini," ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.

"Kami akan memberitahumu saat kami semakin dekat," tambahnya.

(val/bac)


[Gambas:Video CNN]

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat