yoldash.net

Kemenkeu Bantah Wacana Kerek Harga Pertalite Meski Rupiah Rontok

Dirjen Anggaran Kemenkeu Isa Rachmatarwata menegaskan tidak ada wacana menaikkan harga BBM subsidi, termasuk Pertalite, meski rupiah melemah terhadap dolar AS.
Dirjen Anggaran Kemenkeu Isa Rachmatarwata menegaskan tidak ada wacana menaikkan harga BBM subsidi atau pertalite meski rupiah melemah terhadap dolar AS. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Safir Makki).

Jakarta, Indonesia --

Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Isa Rachmatarwata menegaskan tidak ada wacana menaikkan harga BBM subsidi, termasuk Pertalite, meski rupiah melemah terhadap dolar AS.

Ia menuturkan pemerintah terus memantau kurs rupiah yang melemah signifikan. Namun, Isa mengaku masih bersyukur karena harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) masih terkendali.

Memang, kata dia, APBN sudah disepakati bersifat fleksibel untuk menyesuaikan anggaran subsidi. Namun, hingga saat ini Kemenkeu, Kementerian ESDM, dan DPR RI belum melakukan pembahasan mengenai hal tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sampai saat ini tidak ada pembahasan mengenai kemungkinan kenaikan harga BBM dengan Kementerian ESDM," kata Isa dalam konferensi pers APBN KiTA Edisi Mei, Kamis (27/6).

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, Isa juga bersyukur saat ini konsumsi BBM subsidi di masyarakat masih terkendali. Artinya, belum ada indikasi konsumsi bakal jebol dari asumsi di APBN.

Kendati, ia tak merinci berapa konsumsi BBM subsidi terbaru. Isa hanya menyebut konsumsi BBM subsidi lebih rendah dari pada tahun lalu.

"Konsumsi untuk BBM masih sedikit bisa dikendalikan sehingga lebih rendah dari tahun lalu. Ini yang mungkin juga terus-menerus kita perlu lakukan secara keseluruhan," kata Isa.

"Kami melihat subsidi masih bisa kita pantau dalam range yang sudah disiapkan di dalam APBN KiTA," imbuhnya.

Terpisah, Ketua Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Sugeng Suparwoto menyebut harga produksi BBM jenis pertalite sudah naik dari Rp12.400 menjadi Rp13.500 per liter.

Artinya, itu lebih tinggi Rp3.500 dibandingkan dengan harga jual pertalite di SPBU Pertamina saat ini.

"Karena Pertalite dengan harga jual Rp10 ribu (per liter), itu harga produksinya kurang lebih Rp12.400. Bahkan akhir-akhir ini akan naik merangkak kurang lebih menjadi Rp3.500. Jadi Rp13.500 harga realnya," beber Sugeng dalam program Energy Corner CNBC Indonesia, Rabu (26/6) seperti dikutip dari CNBC Indonesia.

Sugeng mengatakan selisih harga jual dengan harga asli Pertalite itu bisa memberikan beban berat bagi Pertamina. Terutama, bila penyaluran Pertalite melebihi kuota yang telah ditentukan oleh pemerintah dan DPR pada tahun ini yang 31 juta kilo liter.

"Jadi setiap liternya itu kurang lebih Rp3.500 dikalikan 31 juta kiloliter. Itu untuk Pertalite di 2024 ini kita targetkan demikian. Dan prognosa yang ada itu akan terlampaui tampaknya bahkan menjadi 32 juta kiloliter. Nah ini kan beban juga bagi korporasi sebagaimana saya kemukakan tadi," tambahnya.

Lebih lanjut, Sugeng menilai perhitungan harga jual BBM di dalam negeri setidaknya harus memperhatikan 3 aspek utama.

"Satu adalah kemampuan daya beli masyarakat yang implikasinya kepada inflasi. Kedua adalah kemampuan APBN kita. Ketiga jangan lupa jadi korporasi juga yang mendapat penugasan dalam hal ini adalah Pertamina. Karena ini ketiga-tiganya adalah juga harus mendapat perhatian yang sangat-sangat teliti," ungkap dia.

Selain Pertalite, harga jenis BBM tertentu (JBT) yakni solar subsidi juga sudah bukan lagi Rp 6.800 per liter, melainkan sudah Rp12-an ribu per liter. Hal itu diungkapkan langsung oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif.

Atas hal itu, Kementerian ESDM mengusulkan kenaikan nilai subsidi solar sekitar Rp1.000-Rp3.000 per liter pada 2025 mendatang. Adapun subsidi solar pada tahun 2024 ditetapkan sebesar Rp 1.000 per liter.

"Sampai dengan Mei 2024, dengan subsidi tetap minyak solar sebesar Rp1.000 per liter, besarnya kompensasi yang dialokasikan sampai dengan Mei 2024 adalah Rp 4.496 per liter. Dalam RAPBN T.A. 2025, kami mengusulkan Subsidi Tetap untuk minyak solar sebesar Rp1.000 - Rp3.000 per liter," katanya dalam Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR RI, beberapa waktu yang lalu.

Arifin menjelaskan kenaikan pemberian subsidi untuk BBM jenis solar dalam RAPBN 2025 mempertimbangkan beberapa hal. Salah satunya yakni mengenai harga keekonomian solar yang saat ini mencapai Rp12.100 per liter.

[Gambas:Video CNN]



(mrh/sfr)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat