yoldash.net

Kisah Sritex Dulu Kena Suspend BEI, Kini Diterpa Isu Bangkrut

Sritex, raksasa tekstil yang sekarang ini diterpa isu bangkrut, beberapa waktu lalu perdagangannya sempat disuspensi oleh BEI.
Sritex, raksasa tekstil yang sekarang ini diterpa isu bangkrut, beberapa waktu lalu perdagangannya sempat disuspensi oleh BEI. (CNN Indonesia/Puput Tripeni Juniman).

Jakarta, Indonesia --

PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex diterpa isu bangkrut di tengah bergugurannya industri tekstil dalam negeri. Jauh sebelum isu bangkrut menyeruak, perdagangan saham mereka telah disuspensi BEI sejak 18 Mei 2021.

Artinya, per Juni 2024 ini, suspensi terhadap Sritex telah berjalan selama 36 bulan. Hal tersebut imbas penundaan pembayaran pokok dan bunga medium term note (MTN) Sritex tahap III 2018 ke-6 (USD-SRIL01X3MF).

Awalnya suspensi diberikan sampai sampai 18 Mei 2023 atau menjadi 24 bulan. Namun, Sritex tak kunjung melakukan kewajibannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karenanya, BEI juga telah berulang kali memberikan surat peringatan potensi delisting pada emiten sektor tekstil tersebut.

ADVERTISEMENT

Ketentuan delisting ditetapkan jika saham perusahaan telah diberhentikan sementara (suspensi) selama 24 bulan dan saham mengalami kondisi yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha perusahaan tercatat, baik secara finansial atau secara hukum.

"Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka masa suspensi saham PT Sri Rejeki Isman Tbk. (Perseroan) telah mencapai 30 bulan pada tanggal 18 November 2023," bunyi pengumuman BEI.

Sritex memang tengah menghadapi tumpukan utang. Berdasarkan laporan keuangan per September 2023, total liabilitas perusahaan tercatat US$1,54 miliar.

Utang Sritex tersebut terbagi atas jangka pendek sebesar US$106,41 juta dan jangka panjang US$1,44 miliar. Utang didominasi oleh utang bank dan obligasi.

Jumlah utang Sritex lebih besar dari aset. Total aset perusahaan tercatat hanya US$653,51 juta atau sekitar Rp10,33 triliun.

Kondisi ini pun membuat raksasa tekstil Tanah Air itu diterpa isu bangkrut. Namun, Sritex kemudian membantah kabar bangkrut tersebut.

"Tidak benar (bangkrut), karena perusahaan masih beroperasi dan tidak ada putusan pailit dari pengadilan," kata Direktur Keuangan Sritex Welly Salam dalam keterangannya di Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia 22 Juni lalu.

Ia lantas menjelaskan penyebab penurunan pendapatan secara dramatis imbas pandemi covid-19 dan persaingan ketat di industri tekstil global.

Menurut Welly, kondisi geopolitik perang Rusia-Ukraina serta Israel-Palestina menyebabkan terjadinya gangguan supply chain dan penurunan ekspor karena terjadi pergeseran prioritas oleh masyarakat di Eropa maupun AS.

Selain itu, lesunya industri tekstil terjadi karena over supply tekstil di China. Hal ini menyebabkan terjadinya dumping harga yang mana produk-produk ini menyebar terutama negara-negara di luar Eropa dan China yang longgar aturan impornya dan salah satunya Indonesia.

"Kendati, perusahaan tetap beroperasi dengan menjaga keberlangsungan usaha serta operasional dengan menggunakan kas internal maupun dukungan sponsor," jelasnya.

[Gambas:Video CNN]



(ldy/agt)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat