yoldash.net

Harga Minyak Merangkak Naik Gara-gara Saudi Kerek Harga

Harga minyak dunia naik tipis 0,3 persen pada Senin (6/5) setelah Arab Saudi menaikkan harga minyak mentah di sebagian besar wilayah.
Harga minyak dunia naik tipis 0,3 persen pada Senin (6/5) setelah Arab Saudi menaikkan harga minyak mentah di sebagian besar wilayah. (Foto: iStock/nielubieklonu)

Jakarta, Indonesia --

Harga minyak dunia naik tipis pada Senin (6/5) setelah Arab Saudi menaikkan harga minyak mentah di sebagian besar wilayah.

Selain itu, prospek kesepakatan gencatan senjata di Gaza tampak tipis, sehingga menambah kekhawatiran bahwa konflik Israel-Hamas masih dapat meluas di wilayah penghasil minyak utama tersebut.

Minyak mentah berjangka Brent naik 28 sen atau 0,3 persen menjadi US$83,24 per barel. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS (WTI AS) berada di US$78,40 per barel usai naik 29 sen atau 0,4 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pekan lalu, kedua acuan kontrak berjangka tersebut membukukan penurunan mingguan tertajam dalam tiga bulan. Brent anjlok lebih dari 7 persen dan WTI AS turun 6,8 persen karena investor mempertimbangkan lemahnya data pekerjaan AS, serta kemungkinan penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed).

ADVERTISEMENT

Arab Saudi menaikkan harga jual resmi (OSP) untuk minyak mentah yang dijual ke Asia, Eropa Barat Laut, dan Mediterania untuk Juni, menandakan ekspektasi permintaan yang kuat pada musim panas ini.

"Setelah turun sedikit lebih dari 7,3 persen minggu lalu karena meredanya ketegangan geopolitik, acuan Brent memulai minggu perdagangan baru dengan pijakan yang lebih kuat, dibuka lebih tinggi," kata kepala riset komoditas ING Warren Patterson, dikutip Reuters.

Premi risiko geopolitik pada harga minyak juga telah mereda seiring dengan sedang berlangsungnya pembicaraan mengenai gencatan senjata di Gaza.

Namun, prospek mencapai gencatan senjata tampaknya tipis usai Hamas menegaskan kembali tuntutannya untuk mengakhiri perang dengan imbalan pembebasan sandera pihak Israel.

Di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan tegas mengesampingkan hal tersebut.

[Gambas:Video CNN]

(pta/pta)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat