yoldash.net

Seperti Apa Kiamat? - Halaman 2

Berbagai jenis ancaman berpotensi membuat kehidupan di Bumi musnah. Simak rinciannya berikut berdasarkan penelitian para ahli, bukan cuma dongeng.
Ilustrasi. Lubang hitam gemar melahap benda-benda langit di sekitarnya. (iStockphoto/Elen11)

Dilahap Matahari

Seperti planet, bintang dapat berakhir dan perubahannya dapat berdampak drastis pada planet yang mengorbitnya. Terlebih, ada bintang yang bisa melahap planet.

Di tata surya kita, Venus dan Merkurius diprediksi akan ditelan oleh Matahari. Sementara, perubahan gravitasi Matahari akan mendorong Mars dan planet luar lebih jauh.

Bumi berada tepat di ujung tanduk dan mungkin mengalami nasib baik. Sekitar 4 miliar dunia berbatu kemungkinan besar dikonsumsi oleh bintang yang perlahan-lahan bersinar terang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan pengamatan, bintang paling masif biasanya akan meledak dalam bentuk supernova setelah masa hidup yang relatif singkat selama beberapa juta tahun.

ADVERTISEMENT

Tidak ada planet yang ditemukan di sekitar bintang masif ini, tetapi itu mungkin karena hanya ada sedikit bintang masif untuk dicari, dan planet ekstrasurya masih sulit ditemukan.

Apa pun itu, planet mana pun di sekitar bintang raksasa kemungkinan besar akan dihancurkan oleh ledakan kematian bintang tersebut.

Disantap Lubang Hitam

Lubang Hitam atau black hole super besar banyak ditemukan di antariksa. Lubang ini perlahan terus-menerus memakan benda langit seukuran Bumi setiap detiknya sehingga bisa menyebabkan kiamat jika melahap bumi.

Para astronom menemukan Lubang Hitam itu tumbuh begitu cepat dan bersinar 7.000 kali lebih terang dari seluruh penghuni di Bima Sakti. Mereka juga menyebut Lubang Hitam tersebut tumbuh paling cepat dalam 9 miliar tahun terakhir.

Lubang hitam itu dinamai SMSS J114447.77.430859.3 atau disingkat J1144. Lubang itu berjarak 7 miliar tahun untuk melahap Bumi.

J1144 memiliki massa 2,6 miliar kali massa Matahari atau 500 kali lebih besar dari Sagitarius A, lubang hitam terbesar di Bima Sakti.

Biasanya lubang hitam tidak dapat dilihat karena tidak memancarkan cahaya. Namun para astronom dapat melihat lubang hitam karena gravitasinya yang kuat menarik materi menuju cakrawala.

Lava di perut bumi

Benda-benda langit di sekitar Bumi dapat menarik orbit planet yang artinya bisa memberi tekanan hawa panas pada bagian planet untuk meningkatkan panas lapisan tengah bumi, yaitu mantel.

Hawa panas itu harus menemukan cara untuk keluar, dan metode yang paling umum adalah melalui gunung berapi.

Aktivitas vulkanik dapat secara signifikan mempengaruhi lingkungan planet. Partikel gas dan debu yang dibuang ke atmosfer oleh gunung berapi dapat memengaruhi atmosfer planet, mendinginkan planet, dan melindunginya dari radiasi yang masuk.

Pada 1815, letusan Gunung Tambora tercatat sebagai letusan terbesar dalam sejarah Bumi. Tambora memuntahkan begitu banyak abu sehingga menurunkan suhu global, membuat tahun 1816 disebut sebagai "tahun tanpa musim panas".

Gunung berapi juga dapat menyebabkan efek sebaliknya, yaitu pemanasan global. Hal itu karena pemanasan global melepaskan gas rumah kaca ke atmosfer.

Letusan gunung berapi yang sering dan besar dapat memicu efek rumah kaca yang tak terkendali, yang akan mengubah dunia layak huni seperti Bumi menjadi sesuatu yang lebih mirip Venus.

(can/arh)

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat