yoldash.net

2022 Masih Saja Percaya Teori Konspirasi, Kok Bisa?

Tak sedikit orang yang percaya kepada teori konspirasi semisal teori Bumi datar dan Covid-19 meski tak masuk akal. Pakar pun mengungkap sebabnya.
Ilustrasi. Teori konspirasi subur karena memanfaatkan masalah psikologis warga. (Foto: Istockphoto)

Jakarta, Indonesia --

Teori konspirasi kian ramai dibahas oleh sejumlah kelompok masyarakat, dengan mengaitkan fenomena yang bersinggungan dengan manusia baik itu virus Covid-19 maupun teori Bumi datar. Lantas mengapa orang bisa percaya atas pembahasan ini?

Karen Douglas, seorang profesor psikologi sosial di University of Kent di Inggris, mengatakan teori konspirasi merupakan keyakinan yang dituturkan oleh buah pikir individu dan disebarkan kepada publik.

"Teori konspirasi adalah keyakinan bahwa dua atau lebih aktor telah berkoordinasi secara rahasia untuk mencapai suatu hasil, dan bahwa [mengekspos] konspirasi ini adalah kepentingan publik," kata Karen seperti dilansir Live Science.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dia, teori tak masuk akal ini dipercaya karena bisa memenuhi rasa ingin tahu dengan cara sederhana.

"Penelitian mengungkap orang-orang tertarik kepada teori konspirasi ketika salah satu atau lebih kebutuhan psikologis mereka tidak terpenuhi. Salah satu dari kebutuhan itu adalah epistemik, kebutuhan untuk tahu kebenaran, kejelasan dan kepastian," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Menurut Karen, kebutuhan lain yang tak kalah penting adalah eksistensial. Kebutuhan itu berkaitan dengan rasa aman dan memiliki kontrol atas apa yang terjadi serta secara sosila berhubungan dengan kepercayaan diri dan rasa positif terhadap kelompok.

Penafsiran ini didukung oleh Hugo Drochon, seorang profesor teori politik di University of Nottingham di Inggris.

"Pada intinya, teori konspirasi adalah keyakinan bahwa ada sekelompok kecil orang yang mengendalikan segala sesuatu di dunia," ujarnya.

Daniel Jolley, profesor psikologi sosial Universitas Nottingham, mengatakan teori konspirasi bisa dibilang menawarkan solusi sederhana untuk masalah kompleks. Ia mengatakan gagasan seperti itu acap kali berkembang ketika orang membutuhkan jawaban di saat stres atau kondisi emosional tertekan.

"Teori konspirasi cenderung muncul ketika hal-hal penting terjadi yang ingin dipahami orang," katanya.

"Khususnya, mereka cenderung muncul di saat krisis ketika orang merasa khawatir dan terancam. Mereka tumbuh dan berkembang di bawah kondisi ketidakpastian," sambungnya.

Jolley mencontohkan teori konspirasi yang muncul ketika Covid-19. "Itu adalah fenomena signifkan yang coba dimengerti oleh banyak orang. Dasarnya sudah bagus karena Covid-19 membuat perasaan orang menjadi tidak pasti dan khawatir. Aspek-aspek itulah yang membuat teori konspirasi tumbuh subur," katanya.

Seperti diketahui, beberapa teori konspirasi sempat muncul ketika pandemi Covid-19. Salah satunya adalah teori bahwa Covid-19 disebabkan oleh jaringan 5G.

Kepercayaan itu sempat membuat menara 5G di Birmingham, Inggris dirusak massa. Berita di New York Times menyebut, ada 100 lebih insiden dalam sebulan pada April 2020 akibat dari kepercayaan itu.

Cara Melawan Teori Konspirasi di halaman berikutnya...

Cara Melawan Pemercaya Teori Konspirasi

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat